Jurnal Apero Fublic.- Pada suatu masa yang lampau. Hiduplah
dua anak manusia. Mereka
adalah teman baik. Asan, umurnya lebih tua, mata pencahariannya sebagai petani. Dia selalu menanam
jagung di lembah yang subur.
Khasen, mata pencahariannya sebagai pengembalah domba
di bukit yang sepi. Istri keduanya telah meninggal beberapa tahun silam. Saat ini, mereka menghadapi masa sulit. Asan memiliki seorang putri dan Khasen memiliki anak laki-laki yang selalu membantu Khansen mengembalah domba milik mereka.
Mereka sering saling mengunjungi satu sama lain. Waktu itu keduanya duduk di depan rumah mereka berbicara tentang saat-saat indah ketika mereka masih muda. Dimana kehidupan waktu itu tidak sesulit sekarang. "Apakah kau masih ingat hari-hari musim panas yang panjang ketika kita masih muda?. Kita menghabiskan waktu kosong pergi memancing. Kata Asan di sela-sela percakapan mereka. Khasen mengangguk. Dia ingat hari-hari riang masa mudanya dengan sangat baik. Dia sering berharap bahwa mereka dapat kembali muda seperti dulu.
"Kau tidak berpikir bahwa musim dingin lebih buruk setiap tahun? Tahun lalu, dombaku hanya bertambah puluhan ekor saja. Jumlah yang sedikit peternak di lereng bukit. Aku benar-benar khawatir. Musim dingin tahun ini. Sekarang rumput tumbuh sedikit. Mungkin tidak cukup untuk bertahan satu tahun ini. Kata Khasen.
Waktu berlalu, cuaca tidak berubah bahkan menjadi lebih buruk. Menjadi lebih dingin dan lebih dingin dan segera
rumput apa pun yang hidup di lereng bukit mati beku. Kembali salju mulai
turun setiap hari. Pada akhir pedesaan mereka ditutupi
dengan salju tebal salju dan es. Khansen mencoba mengembala domba-dombanya ke wilayah lain, tetapi di
sana sama juga. Sekarang para gembala menggelengkan
kepala mereka. Mereka mengatakan kepadanya bahwa domba mereka
juga kekurangan makanan. Es menutupi terlalu tebal
di atas tanah dan ditambah angin yang dingin. Khasen
pergi mengunjungi temannya, Asan, untuk meminta nasihatnya.
"Apa, yang harus saya lakukan, Asan?. Semua wilayah tertutup es. Rumput tidak ada dan akan disusul domba-dombaku yang mati karena tidak ada makanan. Kata Khasen.
Putra Khasen juga kebingungan dia berkata. "Kami tidak tahu apa yang harus dilakukan lagi, paman Asan. Kata anak itu sedih.
"Domba akan mati, maka akan kami juga akan mati, diikuti anak saya dan teman-teman saya pengembala domba. Saya pikir saya harus mengucapkan selamat tinggal, kepadamu. Mungkinan ini musim dingin terakhir yang kami lalui. Kata khasen, menangis sedih.
Asan adalah orang yang murah hati dan dia memutuskan untuk membantu temannya. "Ambil setengah ladang jagung saya. Masih banyak tanah yang tidak di tanamai. Dengan begini kita masih dapat hidup dan melewati musim dingin yang mengerikan ini. Kata Asan.
Khasen menatapnya dengan linangan air mata. Da hanya datang untuk pamit. Tidak mengharapkan kebaikan
seperti itU dari sahabatnya. Tapi untuk itu. Maka dia mengucapkan
terima kasih lagi dan lagi. Dari
hari itu dan seterusnya, Khasen
menjadi petani. Dia
bekerja dari pagi sampai larut
malam mengolah tanah ladang. Asan menasihati putra Khasen agar selalu membantunya. Jagung tumbuh tinggi
dan subur. Dalam waktu singkat, Khasen
menjadi petani yang
baik. Dia belajar banyak dari temannya. Tahun berlalu, dua sahabat sekarang hidup bahagia bertetangga.
Suatu hari, Khasen pergi seperti
biasa untuk bekerja di ladangnya.
Matahari bersinar terang dan hari yang bersemangat, riang. Khasen menggali tanah cukup dalam yang subur. Tiba-tiba, dia
mendengar suara. Sekopnya membentur sesuatu keras. Dia menggali lebih dalam lagi dan dia
menemukan gerabah guci besar. Guci yang air sepertinya. Bentuk seperti stoples
di rumahnya. Dia penasaran, dia membuka tutup guci. Di dalam guci ada ratusan benda berkilau, mengkilap.
"Uang emas. Kata Khasen, dengan mulut terbuka. Dia pikir bahwa dia sedang bermimpi, lalu mencubit tubuhnya dengan kuat-kuat. Tapi ini bukan mimpi sadarnya. Dengan gembira dia bergegas pulang memanggil keluar Asan, sahabatnya. "Asan kesini cepat. Panggilnya. Asan tiba di dekatnya. "Kau tidak akan pernah percaya apa yang aku temukan!. Katanya.
"Uang emas. Kata Khasen, dengan mulut terbuka. Dia pikir bahwa dia sedang bermimpi, lalu mencubit tubuhnya dengan kuat-kuat. Tapi ini bukan mimpi sadarnya. Dengan gembira dia bergegas pulang memanggil keluar Asan, sahabatnya. "Asan kesini cepat. Panggilnya. Asan tiba di dekatnya. "Kau tidak akan pernah percaya apa yang aku temukan!. Katanya.
Asan dan Khasen berlari ke ladang jagung bersama-sama. Mereka mengangkat guci keluar dari tempat yang tersembunyi. "Asan kau pemiliknya. Anda sekarang menjadi orang kaya. Kata khasen gembira sekali. "Tidak itu milikmu, saya memberikan tanah ini padamu. Sehingga uang emas ini sah milikmu. Kata Asan tegas.
"Tidak boleh begitu, Kenapa kau berkata begitu. Kau adalah pemilik dari seluruh lahan ladang tanah. Kau membiarkan setengah tanah ini untuk pekerjaanku ketika aku berada di saat-saat sulit. Jadi, apa pun yang ditemukan di sebidang tanah ini adalah milikmu. Argumen Khasen pada Asan. Mereka berdua berdebat siapa pemilik uang emas itu. Karena keduanya adalah orang-orang yang sangat baik. Sehingga keduanya ingin mencari kesepakatan yang sesuai dan adil satu sama lain.
"Cukup Khasen, jangan buang waktu berdebat
tentang siapa yang memiliki uang emas ini. Kita berikan kepada anak-anak kita saja. Aku melihat beberapa waktu ini anakmu menyukai putriku, begitu pun putramu. Mari kita atur
pernikahan dengan pesta besar. Lalu memberi mereka emas ini untuk hadiah
pernikahannya. "Kata Asan. Khasen setuju bahwa itu adalah ide bagus. Dengan ati-hati, mereka
menyembunyikan guci uang emas
di lubang dan kembali menutupinya dengan tanah.
Pernikahan berlangsung beberapa minggu kemudian. Pesta pernikahan berlangsung. Acara pesta ada yang menari dan keluarga yang tinggal ditempat yang jauh datang menghadiri. Beberapa hari setelah pernikahan. "Kami benar-benar tidak bisa menerima uang emas. Tidak baik bagi anak-anak apabila menerima apa yang ayah mereka menolaknya. Kami sudah kaya tanpa uang emas. Cinta kami lebih kaya dari semua harta di dunia. Kata putri Asan itu. Kembali lagi mereka mulai berdebat siapa pemilik uang emas itu.
Pernikahan berlangsung beberapa minggu kemudian. Pesta pernikahan berlangsung. Acara pesta ada yang menari dan keluarga yang tinggal ditempat yang jauh datang menghadiri. Beberapa hari setelah pernikahan. "Kami benar-benar tidak bisa menerima uang emas. Tidak baik bagi anak-anak apabila menerima apa yang ayah mereka menolaknya. Kami sudah kaya tanpa uang emas. Cinta kami lebih kaya dari semua harta di dunia. Kata putri Asan itu. Kembali lagi mereka mulai berdebat siapa pemilik uang emas itu.
"Kalian berdua harus mengambil emas ini. Aku dan Asan sudah tua.
Kami hanya perlu sedikit saja di usia tua kami. Kalian masih muda. Berbuatlah apa yang bisa kalian lakukan dengan kekayaan ini. Kata Khasen pada anak dan menantunya. Tetapi
mereka tidak menerima uang emas itu.
"Baiklah, kita pergi ke Datu yang tinggal di dusun. Datu adalah orang bijaksana. Dia akan bisa membantu kita memutuskan apa yang harus dilakukan dengan semua uang emas ini. Kata Khasen. Puyang mendengarkan dengan sabar. Menganggukkan kepalanya berkali-kali. "Asan, apa yang baik yang akan Anda lakukan dengan uang emas?. Tanya Datu Dusun.
"Ohh, baik Puyang yang bijaksana. Bagi mana kalau diserahkan Khan Agung. Karena dia penguasa di tempat kita tinggal ini. Datu mengerutkan kening dan berbalik bertanya pada Khasen. "Bagaimana denganmu, Khasen?.
"Datu, Puyang dusun kami, menurutku bagaimana kita berikan pada bapak hakim. Dia adalah penetap hukum dan semua dapat diputuskan. Kembali Datu mengerutkan kening dan beralih ke anak Asan. "Bagaimana dengamu nak, apa saranmu?. Tanya Datu sambil tersenyum. Putri Asan mengatakan kepadanya bahwa uang emas dikubur dalam bumi kembali kemudian dilupakan.
Datu menghelah nafas dalam. Itu bukan jawaban yang tepat. Datu berbalik ke arah putra Khasen. "Sekarang, apa yang akan kau lakukan degan uang emas itu anakku. Tanya Datu pada anak Khasen.
Putra Khasen berpikir keras dan panjang. Ini memang hal yang sulit menurutnya. "Puyang, saya
akan menggunakan uang emas untuk
membeli banyak lahan pertanian. Kemudian akan ditanam pohon buah-buahan. Sehingga saat orang sudah bekerja seharian. Mereka dapat memetik buah dengan sesuka hatinya. Orang-orang juga bisa
menikmati keindahan alam di kebun itu, sambil makan buah. Saya berharap tidakada lagi orang kelaparan. Usul anak Khasen.
Datu yang bijaksana itu berdiri dan memeluk putra Khasen. "Pergilah ke kota raja. Belilah bibit yang baik dan kemudian belilah tanah dan tanamlah kebun buah-buahan seperti yang kau katakan. Kata Datu desa mereka.
Datu yang bijaksana itu berdiri dan memeluk putra Khasen. "Pergilah ke kota raja. Belilah bibit yang baik dan kemudian belilah tanah dan tanamlah kebun buah-buahan seperti yang kau katakan. Kata Datu desa mereka.
Putra Khasen melakukan perjalanan
selama beberapa hari. Dia melewati padang rumput, gurun dan akhirnya sampai ke kota raja di sebuah bukit. Di kota raja itu, berdiri istana
khan besar. Di sudut pasar di sisis alun-alun kerajaan. Dia melihat pemandangan
yang aneh. Barisan
burung hidup yang dikurung di sangkar. Kaki dan sayap burung-burung itu diikat. Putra Khasen merasa kasihan pada mereka, karena dia juga menyukai burung-burung. Dia ingin membeli satu untuk hewan peliharaan. Pasar yang ramai, melalui jalan yang berkelok-kelok akhirnya kafilah yang membawa burung sampai di pasar.
Terdengar teriakan yang menyedihkan dari burung-burung itu. Entak mengapa anak Khasen dapat mendengar. Pemuda itu melihat bahwa burung-burung itu sangat sengsara. "Tolong bantu kami, Tuan yang baik. Malam ini
kami akan disembelih sebagai jamuan makan malam Khan Agung. Kata burung.
"Berapa harga yang Khan Agung membeli burung-burung ini?. Tanya putra Khasen pada pemimpin kafilah pedagang burung.
"Lima ratus keping emas. Kata pria pedagang burung itu.
"Bebaskan mereka. Aku akan membayar pada Anda dua kali lipat jumlah itu. Kata pemuda putra Khasen. Pemimpin kafilah itu tertawa. Anak Khasen tidak terlihat seperti orang kaya. Pakaiannya juga sangat sederhana. Tapi ketika dia melihat kepingan-kepingan uang emas. Maka pemimpin kafilah dagang itu setuju. Dia dengan cepat membebaska burung-burung itu. Dengan bahagia, burung-burung itu terbang mengepakkan sayapnya.
Membawa kantong uang yang sudah kosong. Pemuda itu pulang. Dia telah menghabiskan semua uang untuk membebaskan burung-burung tersebut. Saat dia berjalan, dia mulai berpikir. Itu bukan uang saya. Apa yang saya lakukan belum tepat. aku berjanji pada Datu untuk membangun kebun buah-buahan untuk masyarakat miskin di dusunku. Sekarang sudah tidak ada uang lagi. Pikir putra Khasen disepanjang jalan pulang.
Dia begitu kesal, lalu dia menangis dirinya sendiri, dan tidur. Dalam tidur dia bermimpi. Dalam mimpinya burung-burung yang dia bebaskan telah kembali. "Terima kasih sudah membebaskan kami. Kami tidak bisa kembalikan uang emasmu. Namun kami akan membantumu untuk menanam tanaman dan membangun kebun bua Anda. Kata para burung.
Beberapa waktu kemudian dia kemudian terbangun dan melihat keluar dari jendela. Melihat persis sama seperti mimpinya. Burung-burung itu memang ada. Dengan cakar mereka menggali lubang di tanah. Di setiap lubang mereka menempatkan benih dan kemudian menutupi lubang dengan tanah.
"Apa yang kalian lakukan? Tanya putra Khasen.
"Setelah Anda membantu kami. Sekarang giliran kami untuk membantu Anda. Kata pemimpin burung. D i depan matanya taman ajaib tumbuh. Tunas muda berwarna hijau, berubah menjadi pohon muda, yang tampak bergoyang-goyang diterpa angin. Kemudian dalam waktu singkat, pohon berubah menjadi besar-besar. Muncul, menumbuhkan cabang berdaun-daun lebat. Pemuda menyaksikan bunga muncul lalu bunga mekar. Apel emas tergantung dari cabang-cabang pohon. Semua yang terlihat tidak dapat dipercaya. Dia mencubit dirinya beberapa kali untuk membuktikan apakah dia sedang bermimpi.
Saya harus memberitahu Datu yang bijaksana. Ini bukan bermimpi. Dia berlari cepat untuk bisa membawa Datu menyaksikan. Segera dia bercerita tentang perjalanannya ke kota dan kebun ajaib. Di lakukan oleh kekuatan gaib para burung yang dia bebaskan dan sekarang membantunya untuk menanam kebun. Datu pun hampir tidak percaya yang disaksikan matanya.
"Ini benar-benar menakjubkan. Aku belum pernah melihat sesuatu seperti itu dalam hidup saya. Kata Datu. Di sekeliling kebun dewa-dewi tercipta pagar besi yang tinggi. Serta gerbang yang terkunci. Segera berita kebun ajaib yang tersebar di seluruh negeri. Orang-orang datang dari seluruh negeri untuk melihatnya, tetapi mereka tidak bisa masuk melalui gerbang.
Kebun ini ditanam untuk orang-orang miskin. Orang kaya tidak dapat masuk. Orang-orang yang mencoba untuk mencuri buah apel emas akan mati. Pesan pemimpin burung kepada warga desa yang datang berbondong-bondong ke kebun.
"Itu kebun untuk kita. Karena hanya untuk orang miskin. Sekarang kita tidak akan kelaparan lagi. Ketika masa
sulit datang. Kata penduduk desa dengan bahagia, satu sama lain. Pemuda si anak Khasen menjadi terkenal. Semua orang ingin bertemu dengannya
dan mendengar tentang cerita kebun yang ajaib itu.
Satu hari, tentara Khan Agung datang ke kebun. "Atas nama khan, buka gerbang ini. Tanaman di kebun ini milik khan. Lalu, mereka merobohkan gerbang dan pagar lalu masuk ke kebun.
"Jangan memtik buah apel emas. Nanti Anda akan mati. Kata pemuda. Tetapi tentara serakah tidak peduli mereka tetap
mengambil sesuka hati.
Dengan rakus mereka mengumpulkan
apel emas. Namun, kemudian satu per satu. Setiap prajurit khan jatuh
dari kudanya, dan mati. Orang-orang jahat sekarang takut. Benar, kebun berada di bawah kekuatan ghaib. "Jangan menyentuh apel emas. Ujar mereka memperingatkan anak-anak mereka.
Rewrite. Apero Fublic
Editor. Desti. S. Sos.
Palembang, 11 April 2020.
Arti Kata:
Datu: Kepala Desa/Kepala Dusun. Jabatan Datu digunakan saat kawasan Melayu belum dipengaruhi oleh kebudayaan India (pra-hindu-budha). Puyang: Gelar kehormatan pada seorang pemimpin sama halnya seperti gelar Tuan, Tun, Datuk, Daeng, Sunan, Kiai. Cerita dongeng ini dari Asia Tenga sehingga gelar pemimpin mereka Khan. Khan adalah kepala suku yang merangkap pimpinan atau raja.
Sy. Apero Fublic
0 comments:
Posting Komentar