Kamis, 14 Mei 2020

e-Antologi Puisi. Perjuangan Hidup.

Jurnal Apero Fublic.- e-Antologi Puisi Perjuangan Kehidupan adalah kumpulan puisi yang memberikan kekuatan dalam perjalanan kehidupan kita. Bukan hanya sebatas puisi dan ungkapan perasaan. Tapi puisi memiliki pesan dalam kehidupan dimana kita harus mengambil sikap.

Seperti puisi hijab adalah bentuk perjuangan kaum muslimah dalam mengikuti syariah Islam. Dengan hijab muslimah menyelamatkan akhlak laki-laki dan memperbaiki sosial masyarakat. Sehingga kaum muslimah adalah pejuang kehidupan. Catatan Hijrah juga melambangkan perjuangan.


KIAMAT

Dramatis.
Mengagetkan.
Datang tiba-tiba.
Saat-saat Allah mengguncangkan,
Seisi langit dan bumi ini.
Lalu masih adakah manusia merasa aman.
Bumi ter-guncang sedasyat-dasyatnya.
Seisi bumi berhamburan,
Bagaikan anai-anai yang bertebaran.
Lalu masih adakah,
Di antara manusia merasa aman.

Renungkan kawan.
Manusia bermobil mewah,
Tak lagi di pandangnya.
Manusia berumah mewah,
Tak bisa lagi berlindung di bawah naungannya.
Para ilmuan tak lagi berfilsafat.
Para pelajar tak lagi bersekolah.
Pegawai, dokter, olahragawan,
Bahkan orang nomor satu di negerinya.
Tak akan berdaya menangkis semua itu.
Allah maha berkuasa atas segala,
Apa yang di langit dan di bumi.

Ya Allah.
Sembari kami berdoa padamu, ampunilah kami.
Ampunilah dosa-dosa kami.
Seraya berkata: Takbir…Takbir…Takbir.


MANAJEMEN MAUT

Manajemen hidup,
Bukanlah perkara yang mudah.

Yaaaa.
Saat gemerlap kemewahan mendekat.
Bingar-bingar indahnya dunia menimpa-ku.
Saat, satu demi satu.
Berdatangan di hadapan-ku.
Maka akan terlupakan masa akhirat-ku.

Aku bingung dan resah.
Bertanya ku dalam hati.
Saat maut menghampiri ku nanti.
Apakah kemewahan ini semasa di dunia.
Akan awet sampai akhirat.
Apakah tapak demi setapak,
Langkah ini dapat membahagiakan di akhirat.

Ya Allah.
Aku lengah, lemah, dan serakah.
Ya Allah.
Bantulah aku untuk menata hidupku.
Agar aku dapat menyeimbangkan,
Dunia dan akhirat Ku.
Aamiinn.

CATATAN HIJRAH KU

Dulu aku seorang pe-laknat.
Dulu aku seorang pendusta.
Dulu aku seorang pendosa.

Namun Allah tak secuil pun,
Mengatakan itu padaku.
Allah tak berkata pada-ku,
Pe-laknat, pendusta, atau pun pendosa.
Karena itu aku malu, merasa konyol, sampah.

Kenapa aku baru sadar.
Bahwa Allah menyayangi-ku.
Dia selalu di dekatku, melindungi-ku.

Tapi.
Namun aku tahu.
Allah maha pengampun.
Karena itulah putuskan untuk ber-hijrah.


PEJUANG DAKWAH

Setapak demi setapak.
Langkah demi langkah.
Kata demi per-kata.

Melalui hari demi hari.
Bulan demi bulan.
Dan bahkan tahun pun telah habis.

Perjuangan ku,
Walau kadang tersedak oleh rintangan.
Walau terasa berat mengembang agama.
Sampai perjuangan berdarah-darah.

Ujar ku dan ku-renungi dalam hati.
Inilah jalan yang Rasulullah rindukan.
Ujar ku lagi dalam hati.
Ingin ku keluar dari lorong yang sempit.
Untuk menatap langit yang indah.
Untuk menghapus semua kepenatan-ku.

Mungkin inilah jalan yang harus-ku tempuh.
Jalan untuk berdakwah.
Sampai maut-kan memanggil


ROHKU PERGI

Mata ini tak lagi melihat.
Telinga ini tak lagi mendengar.
Tangan dan kakiku ini, tak bisa lagi bergerak.
Diam tak berdaya.
Darah ini tak lagi mengaliri,
Seluruh tubuhku ini.
Kini tubuhku terbujur kaku dan tak berdaya.

Apakah ini saat panggilan itu datang.
Walau segala cara dan upaya,
Telah kulakukan semua.
Namun semuanya kan tetap sama.

Ya Allah.
Jika ini inginmu.
Kini aku menyerah.
Hanya tunduk kepadamu.
Karena engkau adalah penguasa,
Dan pemilik semua jawaban.


HIJAB KU

Aku dijaga hijabku.
Dari mata-mata yang nakal.
Aku dijaga hijabku.
Dari tangan-tangan yang kasar.

Aku bangga berhijab.
Menjalankan kewajiban.
Sebagai wanita akhir zaman.

Walau orang berkata;
Aku tak modislah, cupulah, tradisional bangetlah.
Tapi aku bangga berhijab.

Karena anggun.
Cantik-nya wanita itu.
Ada pada hijabnya.


Puisi Tentang Kesedihan
JERITAN ANAK PALESTINA

Wahai saudaraku,
Umat Islam yang tak sedarah tapi seiman.
Kami di sini mengalami.
kesulitan,
kesakitan,
menderita,
kehilangan tempat tinggal.
Wahai saudara seagama-ku.
Kini negeriku hancur, rusak,
Bagaikan pohon yang tumbang

Ku butuh penyemangat-mu,
Wahai saudara seagama-ku.
Ku butuh kehadiranmu.
Untuk membantu, menenangkan kegelisahan.
Dari kemampuan diri yang begitu lemah.


PILU BUMI KU

Tengoklah,
Bumi-ku dulu asri dan nyaman.
Yang dipenuhi rangkaian pelangi.
Yang bertanggung jawab,
Menghiasi secerca gemerlap.
Senyuman yang keluar dari raut wajah.

Lalu tengok kedepan.
Betapa banyak tikus berkeliaran.
Tikus yang melumurkan darah namun tak terlihat.
Tikus yang menghamburkan pelangi,
Menjadi kepingan-kepingan kaca.
yang pecah terjatuh

Kini bumi-ku hancur.
Andaikan sekarang terdapat pelangi,
Yang bertanggungjawab seperti dulu.
Andaikan pelangi sekarang,
Tak mementingkan diri sendiri.
Maka tak akan ada
Pelangi berkeping-keping di bumi-ku ini.
Yang kini terlihat gersang.


TERDENGAR PILU PALESTINA

Bingar-bingar terdengar di porak-poranda-kan.
Gemerincing lonceng terdengar meriah.
Itulah di ibaratkan.
Saat peluruh menembus tubuh ini.
Terdengar saat ledakan-ledakan,
Menghancurkan tempat tinggal-ku.
Saat pasukan tegak berani,
Seraya berpesta dengan alat-alat canggih-nya.
Menghancurkan tanah air-ku.
Tanah kelahiranku,
Tempat di mana aku melihat,
Seperti inikah ke-jamnya dunia.

Terketuk dalam hati ingin membantu.
Namun apalah daya,
Ini hanya melihat berita dan berkata.
Kejam-nya negeri sebelah.
Sadis memang sadis.
Itulah sepenggal kata curhatan masyarakat Palestina.
Sedih menusuk kalbu.
Tak terasa air mata pun terjatuh.


SUARA ADALAH TANGANKU

Ku berdiri di atas bangunan bertingkat.
Angin sepoi-sepoi, menghangati diri ini.
Ku pandang ke atas, terlihat.
Langit biru yang membentang luas.
Ku pandang sekelilingku.
Terbentang luas ciptaan. Allah.

Begitu banyaknya.
Gamang-ku dalam hati.
Jikalau aku bisa berbicara.
Ku mengatakan sejuknya.

Angin sepoi-sepoi ini.
Ku berkata indahnya langit biru ini.
Dan aku berkata;
Yaaa Allah, begitu dahsyatnya.
Semua ciptaan-Mu.
Namun takdir membalikkan Fakta.
Ku tak bisa berteriak, saat.
Semua itu, terbenam dalam Pikiran-ku

Teriakan ku hanya menggerakkan,
Tangan ini saat berbicara.
Ku sadar aku wanita bisu.
Yang mengeluarkan suara dengan tangan.


PUSING BERDUA

Takut.
Resah.
Gelisah.
Saat-saat waktunya makin dekat.
Kacau pikiran melandaku.
Engkau saudaraku membuatku.
Hatiku tersayat-sayat.
Lalu kau pun berkata.
Di balik semua sayat-sayat itu.
Hatimu tiba-tiba terpantul kepada diri ku.
Seketika itulah sayat hati ini.
Menimpa kita berdua.
Lalu kita berdua menjadi pusing.


Oleh. Hamrinai Beddu Dewi.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palopo, 14 Mei 2020.
Buat sahabat-sahabat yang memiliki catatan puisi atau karya tulis lainnya. Jangan di biarkan tersimpan pada buku catatan atau komputer kalian saja. Publikasikan dan berikan inspirasi terbaik kamu dan semoga ada banyak yang terinspirasi.

Ada banyak cara dalam berdakwah dan menyampaikan kebaikan. Termasuk melalui dunia sastra. Sastrawan bilang kalau ingin memberontak, maka memberontaklah di dalam dunia sastra.

Terima kasih pada Jurnal Sastra Apero Fublic telah mempublikasikan puisi-puisi saya. Pada semuanya mohon masukan agar saya dapat berkarya lebih baik lagi. Kirim karyamu melalui email redaksi fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com.

Sy. Apero Fublic.

0 comments:

Posting Komentar