Jurnal Apero Fublic.- e-Antologi Puisi Perjuangan Kehidupan adalah kumpulan puisi yang memberikan kekuatan dalam perjalanan kehidupan kita. Bukan hanya sebatas puisi dan ungkapan perasaan. Tapi puisi memiliki pesan dalam kehidupan dimana kita harus mengambil sikap.
Seperti puisi hijab adalah bentuk perjuangan kaum muslimah dalam mengikuti syariah Islam. Dengan hijab muslimah menyelamatkan akhlak laki-laki dan memperbaiki sosial masyarakat. Sehingga kaum muslimah adalah pejuang kehidupan. Catatan Hijrah juga melambangkan perjuangan.
KIAMAT
Dramatis.
Mengagetkan.
Datang
tiba-tiba.
Saat-saat
Allah mengguncangkan,
Seisi langit dan bumi ini.
Lalu
masih adakah manusia merasa aman.
Bumi
ter-guncang sedasyat-dasyatnya.
Seisi
bumi berhamburan,
Bagaikan anai-anai yang bertebaran.
Lalu
masih adakah,
Di antara
manusia merasa aman.
Renungkan
kawan.
Manusia
bermobil mewah,
Tak lagi di pandangnya.
Manusia
berumah mewah,
Tak bisa lagi berlindung
di bawah naungannya.
Para
ilmuan tak lagi berfilsafat.
Para
pelajar tak lagi bersekolah.
Pegawai,
dokter, olahragawan,
Bahkan orang nomor satu di negerinya.
Tak
akan berdaya menangkis semua itu.
Allah
maha berkuasa atas segala,
Apa yang di langit dan di bumi.
Ya
Allah.
Sembari
kami berdoa padamu, ampunilah kami.
Ampunilah dosa-dosa kami.
Seraya berkata: Takbir…Takbir…Takbir.
MANAJEMEN MAUT
Manajemen hidup,
Bukanlah perkara yang mudah.
Yaaaa.
Saat gemerlap kemewahan mendekat.
Bingar-bingar
indahnya dunia menimpa-ku.
Saat,
satu demi satu.
Berdatangan di hadapan-ku.
Maka
akan terlupakan masa akhirat-ku.
Aku
bingung dan resah.
Bertanya ku
dalam hati.
Saat maut menghampiri ku nanti.
Apakah kemewahan ini semasa di dunia.
Akan awet sampai akhirat.
Apakah tapak demi setapak,
Langkah ini dapat membahagiakan di akhirat.
Ya Allah.
Aku lengah, lemah, dan serakah.
Ya Allah.
Bantulah aku untuk menata hidupku.
Agar aku dapat menyeimbangkan,
Dunia dan akhirat Ku.
Aamiinn.
CATATAN HIJRAH KU
Dulu
aku seorang pe-laknat.
Dulu
aku seorang pendusta.
Dulu
aku seorang pendosa.
Namun
Allah tak secuil pun,
Mengatakan itu padaku.
Allah
tak berkata pada-ku,
Pe-laknat, pendusta,
atau pun pendosa.
Karena
itu aku malu, merasa konyol, sampah.
Kenapa
aku baru sadar.
Bahwa
Allah menyayangi-ku.
Dia
selalu di dekatku, melindungi-ku.
Tapi.
Namun
aku tahu.
Allah
maha pengampun.
Karena
itulah putuskan untuk ber-hijrah.
PEJUANG DAKWAH
Setapak
demi setapak.
Langkah
demi langkah.
Kata
demi per-kata.
Melalui
hari demi hari.
Bulan demi bulan.
Dan bahkan tahun pun telah habis.
Perjuangan ku,
Walau kadang tersedak oleh rintangan.
Walau
terasa berat mengembang agama.
Sampai
perjuangan berdarah-darah.
Ujar ku
dan ku-renungi dalam hati.
Inilah
jalan yang Rasulullah rindukan.
Ujar ku
lagi dalam hati.
Ingin
ku keluar dari lorong yang sempit.
Untuk
menatap langit yang indah.
Untuk menghapus semua kepenatan-ku.
Mungkin
inilah jalan yang harus-ku tempuh.
Jalan
untuk berdakwah.
Sampai
maut-kan memanggil
ROHKU PERGI
Mata
ini tak lagi melihat.
Telinga
ini tak lagi mendengar.
Tangan
dan kakiku ini, tak bisa lagi bergerak.
Diam
tak berdaya.
Darah
ini tak lagi mengaliri,
Seluruh tubuhku ini.
Kini
tubuhku terbujur kaku dan tak berdaya.
Apakah
ini saat panggilan itu datang.
Walau
segala cara dan upaya,
Telah kulakukan semua.
Namun
semuanya kan tetap sama.
Ya
Allah.
Jika
ini inginmu.
Kini
aku menyerah.
Hanya
tunduk kepadamu.
Karena
engkau adalah penguasa,
Dan pemilik semua jawaban.
HIJAB KU
Aku
dijaga hijabku.
Dari
mata-mata yang nakal.
Aku
dijaga hijabku.
Dari
tangan-tangan yang kasar.
Aku
bangga berhijab.
Menjalankan
kewajiban.
Sebagai
wanita akhir zaman.
Walau
orang berkata;
Aku
tak modislah, cupulah, tradisional bangetlah.
Tapi
aku bangga berhijab.
Karena
anggun.
Cantik-nya
wanita itu.
Ada
pada hijabnya.
Puisi
Tentang Kesedihan
JERITAN ANAK PALESTINA
Wahai
saudaraku,
Umat Islam
yang tak sedarah tapi seiman.
Kami
di sini mengalami.
kesulitan,
kesakitan,
menderita,
kehilangan
tempat tinggal.
Wahai
saudara seagama-ku.
Kini
negeriku hancur, rusak,
Bagaikan pohon yang tumbang
Ku butuh
penyemangat-mu,
Wahai saudara seagama-ku.
Ku butuh
kehadiranmu.
Untuk
membantu, menenangkan kegelisahan.
Dari
kemampuan diri yang begitu lemah.
PILU
BUMI KU
Tengoklah,
Bumi-ku
dulu asri dan nyaman.
Yang dipenuhi rangkaian pelangi.
Yang bertanggung jawab,
Menghiasi secerca gemerlap.
Senyuman yang keluar dari raut wajah.
Lalu
tengok kedepan.
Betapa
banyak tikus berkeliaran.
Tikus
yang melumurkan darah namun tak terlihat.
Tikus
yang menghamburkan pelangi,
Menjadi kepingan-kepingan kaca.
yang
pecah terjatuh
Kini
bumi-ku hancur.
Andaikan
sekarang terdapat pelangi,
Yang bertanggungjawab seperti dulu.
Andaikan
pelangi sekarang,
Tak mementingkan diri sendiri.
Maka
tak akan ada
Pelangi berkeping-keping di bumi-ku ini.
Yang
kini terlihat gersang.
TERDENGAR PILU PALESTINA
Bingar-bingar
terdengar di porak-poranda-kan.
Gemerincing lonceng terdengar meriah.
Itulah
di ibaratkan.
Saat
peluruh menembus tubuh ini.
Terdengar
saat ledakan-ledakan,
Menghancurkan tempat tinggal-ku.
Saat
pasukan tegak berani,
Seraya berpesta dengan alat-alat
canggih-nya.
Menghancurkan
tanah air-ku.
Tanah
kelahiranku,
Tempat di mana
aku melihat,
Seperti inikah ke-jamnya dunia.
Terketuk
dalam hati ingin membantu.
Namun
apalah daya,
Ini hanya melihat berita dan berkata.
Kejam-nya
negeri sebelah.
Sadis
memang sadis.
Itulah
sepenggal kata curhatan masyarakat Palestina.
Sedih
menusuk kalbu.
Tak
terasa air mata pun terjatuh.
SUARA ADALAH TANGANKU
Ku berdiri
di atas bangunan bertingkat.
Angin
sepoi-sepoi, menghangati diri ini.
Ku
pandang ke atas, terlihat.
Langit
biru yang membentang luas.
Ku pandang
sekelilingku.
Terbentang
luas ciptaan. Allah.
Begitu
banyaknya.
Gamang-ku
dalam hati.
Jikalau
aku bisa berbicara.
Ku
mengatakan sejuknya.
Angin
sepoi-sepoi ini.
Ku
berkata indahnya langit biru ini.
Dan aku berkata;
Yaaa Allah, begitu dahsyatnya.
Semua ciptaan-Mu.
Namun takdir membalikkan Fakta.
Ku tak bisa berteriak, saat.
Semua itu, terbenam dalam Pikiran-ku
Teriakan ku
hanya menggerakkan,
Tangan ini saat
berbicara.
Ku
sadar aku wanita bisu.
Yang mengeluarkan suara dengan tangan.
PUSING BERDUA
Takut.
Resah.
Gelisah.
Saat-saat
waktunya makin dekat.
Kacau
pikiran melandaku.
Engkau
saudaraku membuatku.
Hatiku
tersayat-sayat.
Lalu
kau pun berkata.
Di
balik semua sayat-sayat itu.
Hatimu
tiba-tiba terpantul kepada diri ku.
Seketika
itulah sayat hati ini.
Menimpa
kita berdua.
Lalu kita berdua menjadi pusing.
Oleh. Hamrinai Beddu Dewi.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palopo, 14 Mei 2020.
Buat sahabat-sahabat yang memiliki catatan puisi atau karya tulis lainnya. Jangan di biarkan tersimpan pada buku catatan atau komputer kalian saja. Publikasikan dan berikan inspirasi terbaik kamu dan semoga ada banyak yang terinspirasi.
Ada banyak cara dalam berdakwah dan menyampaikan kebaikan. Termasuk melalui dunia sastra. Sastrawan bilang kalau ingin memberontak, maka memberontaklah di dalam dunia sastra.
Terima kasih pada Jurnal Sastra Apero Fublic telah mempublikasikan puisi-puisi saya. Pada semuanya mohon masukan agar saya dapat berkarya lebih baik lagi. Kirim karyamu melalui email redaksi fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com.
Sy. Apero Fublic.
0 comments:
Posting Komentar