Jurnal Apero Fublic.- Di musim hujan saat pulang dari sekolah, pulang dari kampus, pulang dari bermain, pulang dari belanja atau pulang dari mana saja. Sering kita kehujanan tanpa disangka-sangak. Kita tentu saja tidak membawa payung. Sebab saat pergi cuaca cerah dan langit biru terbentang.
Jangankan awan hitam, awan putih pun tidak ada. Begitulah keadaan cuaca yang kita tahu. Namun, saat pulang atau dalam perjalanan hujan datang tiba-tiba. Terpaksa kita basa karena kehujanan. Tubuh menggigil kedinginan dan diri semua pakaian kita basah. mengenang itu, aku tulis puisi ini.
KEHUJANAN
Oh, mendung.
Telah menggelantung
di antara langit dan bumi.
Mengapa, sudah
tak sabar datang menyapa.
Dimana-mana
katak berdoa, meminta hujan.
Hancurlah,
cerah hari ini.
Apabila hujan
datang menyirami bumi.
Mendung,
menyebar sudah.
Sinar mentari
telah tertutup sudah.
Angin menderu,
ada pula kilat dan guntur.
Dedaunan pohon
kering berjatuhan.
Di antara
gerimis yang telah mencura.
Mendung,
sabarlah dahulu.
Aku masih
dijalan pulang.
Tapi mendung
berkata, itu tugasnya.
Musafir,
segerahlah berlari.
Semuanya basah
di kedinginan.
Berlari menerabas
hujan.
Akupun, kehujanan.
Oleh. Ade Rahmadhania.
Editor. Desti.
S.Sos.
Fotografer.
Dadang Saputra.
Palembang, 20
Mei 2020.
Buat
sahabat-sahabat yang ingin mempublikasikan karya puisinya. Kirimkan saja ke
Apero Fublic melalui email redaksi fublicapero@gmail.com atau
duniasastra54@gmail.com. Jangan melanggar hak cipta orang dan melanggar UU IT
Republik Indonesia.
Kamu bisa memperkenalkan dirimu dengan cara mengirim
biodata singkat agar dapat ditulis dibagian bawah puisi. Jangan biarkan
karya tulismu hanya berakhir di dalam buku catatan atau komputermu.
Publikasikan dan berikan inspirasi pada dunia. Semoga inspirasi akan memberikan
kebaikan pada mereka-mereka. Kamu bisa menjadi penyair hebat atau seorang
puitis yang populer. Terus asah kemampuan rasamu dalam berpuisi.
Sy. Apero Fublic.
0 comments:
Posting Komentar