Rabu, 20 Mei 2020

Kehujanan.

Jurnal Apero Fublic.- Di musim hujan saat pulang dari sekolah, pulang dari kampus, pulang dari bermain, pulang dari belanja atau pulang dari mana saja. Sering kita kehujanan tanpa disangka-sangak. Kita tentu saja tidak membawa payung. Sebab saat pergi cuaca cerah dan langit biru terbentang.

Jangankan awan hitam, awan putih pun tidak ada. Begitulah keadaan cuaca yang kita tahu. Namun, saat pulang atau dalam perjalanan hujan datang tiba-tiba. Terpaksa kita basa karena kehujanan. Tubuh menggigil kedinginan dan diri semua pakaian kita basah. mengenang itu, aku tulis puisi ini.


KEHUJANAN

Oh, mendung.
Telah menggelantung di antara langit dan bumi.
Mengapa, sudah tak sabar datang menyapa.
Dimana-mana katak berdoa, meminta hujan.
Hancurlah, cerah hari ini.
Apabila hujan datang menyirami bumi.

Mendung, menyebar sudah.
Sinar mentari telah tertutup sudah.
Angin menderu, ada pula kilat dan guntur.
Dedaunan pohon kering berjatuhan.
Di antara gerimis yang telah mencura.

Mendung, sabarlah dahulu.
Aku masih dijalan pulang.
Tapi mendung berkata, itu tugasnya.
Musafir, segerahlah berlari.
Semuanya basah di kedinginan.
Berlari menerabas hujan.
Akupun, kehujanan.

Oleh. Ade Rahmadhania.
Editor. Desti. S.Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Palembang, 20 Mei 2020.
Buat sahabat-sahabat yang ingin mempublikasikan karya puisinya. Kirimkan saja ke Apero Fublic melalui email redaksi fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com. Jangan melanggar hak cipta orang dan melanggar UU IT Republik Indonesia.

Kamu bisa memperkenalkan dirimu dengan cara mengirim biodata singkat agar dapat ditulis dibagian bawah puisi. Jangan biarkan karya tulismu hanya berakhir di dalam buku catatan atau komputermu.

Publikasikan dan berikan inspirasi pada dunia. Semoga inspirasi akan memberikan kebaikan pada mereka-mereka. Kamu bisa menjadi penyair hebat atau seorang puitis yang populer. Terus asah kemampuan rasamu dalam berpuisi.

Sy. Apero Fublic.

0 comments:

Posting Komentar