Jurnal Apero
Fublic.- Suatu sore yang cerah, aku berjalan-jalan di sekitar desaku. Sudah hampir setahun aku tidak pulang ke desa. Rasa rindu kampung halaman membawa langkah untuk melihat suasana desa.
Sungguh bahagia rasanya berjumpa dengan sahabat-sahabat. Juga melihat tempat-tempat bermain sewaktu kecil dulu. Sungai tempat mandi dan bermain air. Lapangan rumput tempat menangkap belalang dan capung. Kebun buah-buahan tempat mengambil buah bersama teman-teman.
Namun, ada satu hal yang membuat aku terkesan. ada seorang gadis berlalu di jalan di hadapanku. Aku mengenali gadis cantik itu. Tapi dia sudah bertambah cantik sekarang. Sebab seiring waktu memang berubah seseorang.
Aku menatap wajahnya yang cantik dan manis. Saat melihat aku menatapnya. Sambil berlalu, dia tersenyum begitu manis di mataku. Entah mengapa senyumnya sore itu. begitu terkesan dan membekas di hatiku. Sehingga, terus terbayang dan terkenang sampai kini.
MISTERI SENYUM DIKAU
Dikau, yang di
sana.
Nan, jauh dari
dua mata ini.
Aku pun,
singga di kalah senja.
Berhenti
di lapang hijau, rerumputan.
Langit
membentang biru.
Merah, kuning,
hijau pelangi.
Laksana,
senyuman yang terkenang.
Senyum yang
menitip tanda.
Tanda merah di
dalam jantung.
Menyengat
hari-hariku, dengan mimpi.
Sesekali
terbayang,
Ada apakah
dengan aku.
Mengapa
senyummu selalu ada.
Lalu, masa itu
kembali terbayang.
Manis dan
indah kupandang.
Diam seribu
bahasa diriku.
Kau,
sebaik-baiknya penyihir.
Atau hipnotis
yang paling ampu.
Telah
menguasai jalan hidupku.
Atau mungkin
kisah takdir ku.
Senyummu yang
membekas itu.
Menjadi
semacam virus hidupku.
Yang
menumbuhkan jamur-jamur rindu.
Bermekar di
musim cinta.
Sebab itulah,
aku datang.
Senyummu
telang mengikat masa.
Senyummu, misteri.
Senyummu telah
menawan hati.
Oleh. Salman Arif Putra.
Editor.
Selita. S.Pd.
Fotografer.
Dadadng Saputra.
Padang, 13 Mei
2020.
Terima kasih
pada Jurnal Sastra Apero Fublic yang telah bersedia mempublikasikan syarce atau
syair cerita karya saya. Jujur pada awalnya saya merasa ragu untuk mengirim
karya saya ini.
Tapi hatiku
berkata dengan kuat. Kalau aku mau belajar dan mencintai seni berpuisi dan
bersyair. Maka aku harus belajar banyak dan tidak perlu malu dengan hasil karya
sendiri.
Buat
teman-teman apabila kamu mau mengirimkan karya tulis kalian apa pun jenisnya.
Kirim saja ke Jurnal Sastra Apero Fublic atau Apero Fublic. Kirim melalui email
redaksi fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com.
Sy. Apero Fublic.
0 comments:
Posting Komentar