Rabu, 13 Mei 2020

Misteri Senyum Dikau.

Jurnal Apero Fublic.- Suatu sore yang cerah, aku berjalan-jalan di sekitar desaku. Sudah hampir setahun aku tidak pulang ke desa. Rasa rindu kampung halaman membawa langkah untuk melihat suasana desa.

Sungguh bahagia rasanya berjumpa dengan sahabat-sahabat. Juga melihat tempat-tempat bermain sewaktu kecil dulu. Sungai tempat mandi dan bermain air. Lapangan rumput tempat menangkap belalang dan capung. Kebun buah-buahan tempat mengambil buah bersama teman-teman.

Namun, ada satu hal yang membuat aku terkesan. ada seorang gadis berlalu di jalan di hadapanku. Aku mengenali gadis cantik itu. Tapi dia sudah bertambah cantik sekarang. Sebab seiring waktu memang berubah seseorang.

Aku menatap wajahnya yang cantik dan manis. Saat melihat aku menatapnya. Sambil berlalu, dia tersenyum begitu manis di mataku. Entah mengapa senyumnya sore itu. begitu terkesan dan membekas di hatiku. Sehingga, terus terbayang dan terkenang sampai kini.


MISTERI SENYUM DIKAU

Dikau, yang di sana.
Nan, jauh dari dua mata ini.
Aku pun, singga di kalah senja.
Berhenti di lapang hijau, rerumputan.
Langit membentang biru.
Merah, kuning, hijau pelangi.
Laksana, senyuman yang terkenang.

Senyum yang menitip tanda.
Tanda merah di dalam jantung.
Menyengat hari-hariku, dengan mimpi.
Sesekali terbayang,
Ada apakah dengan aku.
Mengapa senyummu selalu ada.
Lalu, masa itu kembali terbayang.

Manis dan indah kupandang.
Diam seribu bahasa diriku.
Kau, sebaik-baiknya penyihir.
Atau hipnotis yang paling ampu.
Telah menguasai jalan hidupku.
Atau mungkin kisah takdir ku.

Senyummu yang membekas itu.
Menjadi semacam virus hidupku.
Yang menumbuhkan jamur-jamur rindu.
Bermekar di musim cinta.
Sebab itulah, aku datang.
Senyummu telang mengikat masa.

Senyummu, misteri.
Senyummu telah menawan hati.

Oleh. Salman Arif Putra.
Editor. Selita. S.Pd.
Fotografer. Dadadng Saputra.
Padang, 13 Mei 2020.
Terima kasih pada Jurnal Sastra Apero Fublic yang telah bersedia mempublikasikan syarce atau syair cerita karya saya. Jujur pada awalnya saya merasa ragu untuk mengirim karya saya ini.

Tapi hatiku berkata dengan kuat. Kalau aku mau belajar dan mencintai seni berpuisi dan bersyair. Maka aku harus belajar banyak dan tidak perlu malu dengan hasil karya sendiri.

Buat teman-teman apabila kamu mau mengirimkan karya tulis kalian apa pun jenisnya. Kirim saja ke Jurnal Sastra Apero Fublic atau Apero Fublic. Kirim melalui email redaksi fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com.

Sy. Apero Fublic.

0 comments:

Posting Komentar