Rabu, 13 Mei 2020

Seruling Jodoh

Jurnal Apero Fublic.- Kita semua tahu kalau setiap manusia ingin memiliki pasangan hidup. Teman perjalanan dalam suka dan duka di dunia ini. Teman yang dapat mengerti diri kita dan kehidupan kita. Untuk mencarinya bukan hal mudah bagi mereka-mereka yang ingin melangkah dalam kebaikan hidup.

Waktu berlalu dengan cepat. Umur kita bertambah hingga terus tumbuh dewasa. Salah satu hal wajib setelah pendidikan adalah mencari jodoh. Jodoh penentuan kehidupan yang paling penting dan ditunggu-tunggu.

Tetapi kita selalu merasa khawatir. Apakah jodoh kita cepat datang atau masih lama. Apa orang baik atau sebaliknya. Bagaimana kalau salah pilih. Umur juga menjadi pendesak yang pasti untuk mencari jodoh. Tapi dihalangi oleh pekerjaan dan pilihan.

Keresahan yang tidak tampak. Kesedihan yang disembunyikan. Mencoba tenang dengan segala rasa. Hati pun terus bertanya-tanya, tentang jodoh. Lalu hati berpasrah pada tuhan dengan penuh tanda tanya kehidupan.


SERULING JODOH

Seruling,
merdu nian suara nyanyian-mu.
Seakan memanggil-manggil hatiku.
Dikalah malam, dikalah sepi.
Di waktu hujan, di padang ilalang.
Di perbukitan, atau di aliran air.
Suara seruling yang jauh.
Mengurai air mataku.

Seruling,
Ada hujan di mataku.
Hujan yang membuat pedih hati.
Lelah, penuh tanda tanya.
Perjalanan sendiri yang sunyi.
Seakan di gunung-gunung.

Seruling yang mengalun jauh.
Aku mengadu padamu.
Akan pencarian ini, dimana.
Dimana dia, jodoh-ku.
Seruling, panggillah dia.
Aku telah lelah menunggunya.
Atau kau sampaikan pesan.
Atau memang kita tak berjodoh.

Ingin, rasanya menjerit.
Malu rasanya pada semua.
Hanya diam dan sedih,
Kubalut dengan senyum dan tawa kecil.
Sungguh jiwaku khawatir.
Jodohku telah mati.
Mungkinkah, seumur hidup aku sendiri.

Seruling,
Nyanyikan panggilan cintaku.
Doa, selalu aku panjatkan.

Oleh. Karim Usman.
Editor. Desti. S.Sos. 
Fotografer. Dadang Saputra.
Jakarta, 13 Mei 2020.
Terima kasih pada Jurnal Sastra Apero Fublic yang telah bersedia mempublikasikan syarce atau syair cerita karya saya. Jujur pada awalnya saya merasa ragu untuk mengirim karya saya ini.

Tapi hatiku berkata dengan kuat. Kalau aku mau belajar dan mencintai seni berpuisi dan bersyair. Maka aku harus belajar banyak dan tidak perlu malu dengan hasil karya sendiri.

Buat teman-teman apabila kamu mau mengirimkan karya tulis kalian apa pun jenisnya. Kirim saja ke Jurnal Sastra Apero Fublic atau Apero Fublic. Kirim melalui email redaksi fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com.

Sy. Apero Fublic.

0 comments:

Posting Komentar