Jurnal Apero
Fublic.- Kita semua tahu kalau setiap manusia ingin memiliki pasangan hidup. Teman perjalanan dalam suka dan duka di dunia ini. Teman yang dapat mengerti diri kita dan kehidupan kita. Untuk mencarinya bukan hal mudah bagi mereka-mereka yang ingin melangkah dalam kebaikan hidup.
Waktu berlalu dengan cepat. Umur kita bertambah hingga terus tumbuh dewasa. Salah satu hal wajib setelah pendidikan adalah mencari jodoh. Jodoh penentuan kehidupan yang paling penting dan ditunggu-tunggu.
Tetapi kita selalu merasa khawatir. Apakah jodoh kita cepat datang atau masih lama. Apa orang baik atau sebaliknya. Bagaimana kalau salah pilih. Umur juga menjadi pendesak yang pasti untuk mencari jodoh. Tapi dihalangi oleh pekerjaan dan pilihan.
Keresahan yang tidak tampak. Kesedihan yang disembunyikan. Mencoba tenang dengan segala rasa. Hati pun terus bertanya-tanya, tentang jodoh. Lalu hati berpasrah pada tuhan dengan penuh tanda tanya kehidupan.
SERULING JODOH
Seruling,
merdu nian
suara nyanyian-mu.
Seakan
memanggil-manggil hatiku.
Dikalah
malam, dikalah sepi.
Di waktu hujan,
di padang ilalang.
Di perbukitan,
atau di aliran air.
Suara seruling
yang jauh.
Mengurai air
mataku.
Seruling,
Ada hujan di
mataku.
Hujan yang
membuat pedih hati.
Lelah, penuh
tanda tanya.
Perjalanan
sendiri yang sunyi.
Seakan
di gunung-gunung.
Seruling yang
mengalun jauh.
Aku mengadu
padamu.
Akan pencarian
ini, dimana.
Dimana dia, jodoh-ku.
Seruling,
panggillah dia.
Aku telah
lelah menunggunya.
Atau kau
sampaikan pesan.
Atau memang
kita tak berjodoh.
Ingin, rasanya
menjerit.
Malu rasanya
pada semua.
Hanya diam dan
sedih,
Kubalut dengan
senyum dan tawa kecil.
Sungguh jiwaku
khawatir.
Jodohku telah
mati.
Mungkinkah,
seumur hidup aku sendiri.
Seruling,
Nyanyikan
panggilan cintaku.
Doa, selalu
aku panjatkan.
Oleh. Karim Usman.
Editor. Desti.
S.Sos.
Fotografer.
Dadang Saputra.
Jakarta, 13
Mei 2020.
Terima kasih
pada Jurnal Sastra Apero Fublic yang telah bersedia mempublikasikan syarce atau
syair cerita karya saya. Jujur pada awalnya saya merasa ragu untuk mengirim
karya saya ini.
Tapi hatiku
berkata dengan kuat. Kalau aku mau belajar dan mencintai seni berpuisi dan
bersyair. Maka aku harus belajar banyak dan tidak perlu malu dengan hasil karya
sendiri.
Buat
teman-teman apabila kamu mau mengirimkan karya tulis kalian apa pun jenisnya.
Kirim saja ke Jurnal Sastra Apero Fublic atau Apero Fublic. Kirim melalui email
redaksi fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com.
Sy. Apero Fublic.
0 comments:
Posting Komentar