Senin, 29 Juni 2020

Surat Kita: Kepada Para Koruptor di Indonesia

Jurnal Apero Fublic.- Kita sering mendengar berita tentang korupsi di media cetak atau media elektronik. Mereka mengambil uang rakyat dengan bangga. Bahkan mereka menjadikan sebagai buruan. Saat berbuat korupsi mereka selalu bilang uang negara. Anggaran negara dan milik negara.

Padahal uang tersebut adalah uang masyarakat yang diambil melalui yang namanya pajak. Koruptor berdasi yang bergelar tinggi, berperut buncit dan merasa dirinya memiliki derajat tinggi dibanding orang lain. Padahal mereka itu, makan dan minum dari uang terasi, garam rakyat miskin.


Teruntuk Kamu Yang Korupsi
Yang Merasa Hebat dan Tinggi.

Kepada kamu yang suka mencari cara mengambil uang rakyat atau uang masyarakat. Kalau kalian menyebutnya uang negara. Mari aku uraikan dari mana uang yang kalian ambil itu.

Kalian lihat pedagang kecil, rakyat kecil yang membeli terasi, garam, sasa, susu, kecap, indomie, dan lainnya. Mereka membeli dengan uang hasil keringat mereka menjadi kuli, tukang ojek atau tukang panggul di pasar.

Kalian juga lihat petani karet yang menyadap karet setiap hari. Kadang mereka kehujanan dan kepayahan setiap hari. Keluar keringat dan darah mereka. Lalu mereka menjual karet pada tengkulak sampai pabrik. Dari satu kilogram karet mereka itu dibagi tiga. Kalau harga karet lima ribu tingkat petani. Maka sepuluh ribu tingkat pedagang. Lalu lima belas ribu saat ekspor dan diambil pemerintah. Belum lagi petani jenis lain, kopi, beras, coklat, dan lainnya.

Pajak buru pabrik, pajak karyawan dan pajak pendapatan, dan pajak usaha. Dari pajak-pajak itulah uang rakyat terkumpul dari rupiah membeli terasi sampai membeli apapun.

Uang anggaran negara tidak berubah menjadi uang negara. Tetap menjadi uang rakyat yang dipungut melalui yang namanya pajak. Kalau kalian mengambil uang anggaran maka uang itu adalah hasil kumpulan uang-uang rakyat kecil.

Seandainya kalian punya rasa malu tentu kalian tidak akan melakukannya. Kalian koruptor tampak gemuk, berdasi, berjas, memakai mobil mewah, istri dua dan tiga, tampak sukses, dan sombong merasa derajat tinggi. Tapi sesungguhnya kalian itu sangat memalukan. Lihat saja ibu-ibu pedagang kecil yang membeli terasi untuk bumbu dagangannya. Kalian harus tahu ada uang ibu itu yang kalian ambil.

Teruntuk koruptor apakah kalian merasa hebat. Untuk apa uang yang kalian dapatkan. Bukankah gaji kalian sudah cukup dan kadang berlebih. Nikmatilah, sebab kami pembeli terasi tidak akan pernah merelakan itu. Kami akan menagih saat engkau sekaratul maut dan di akhirat nanti.

Dari. Dundar Bey
Editor. Desti. S.Sos.
Fotografer. Dadang Saputra.
Aceh, 29 Juni 2020.
Buat semuanya yang ingin mengirim surat kita. Kirimkan saja ke Apero Fublic atau jurnal Apero Fublic melalui email fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com atau whatsApp 081367739872. Surat kita harus bertema tidak bersifat rasial dan tidak melanggar UU IT Republik Indonesia.

Surat kita adalah jenis kesastraan yang selayaknya sebuah surat. Tapi dikirim tidak ditujukan pada satu objek jelas. Surat kita bersifat abstrak dari alamatnya, tujuannya, objek-nya. Ada tiga manfaat surat kita. Pertama untuk hiburan, kedua sebagai media belajar menulis, ketiga untuk kritik sosial.

Sy. Apero Fublic.

0 comments:

Posting Komentar