Jurnal Apero Fublic.- Sebuah puisi
yang memberi nasihat diri sendiri. Agar selalu kuat dan bersemangat dalam
kehidupan ini. Tidak perlu memperdulikan orang lain. Asalkan kita tetap dalam
koridor yang baik dan benar. Benar secara adat-istiadat, benar secara hukum dan
benar secara agama yang kita anut.
DARI AKU UNTUK AKU
Remang cahayanya
jingga temaram.
Yang
sebelumnya menembus ilalang, lenyap ke tepian.
Celaka,
sebentar lagi rasa itu akan kembali bergejolak.
Melalui celah
kecil, ia berhasil menyeruak dalam hati.
Perlahan-lahan
mengakar, bermuara disana.
Aku mendekap
erat jiwaku.
Resah,
gelisah, merayap menyeliputih sunyi.
Mejejak-jejak
hingga koyak.
Lantas, apa?.
Lebih baik
mati berkalang tanah?
Oh, sungguh,
tidak akan seperti itu.
Robeklah hatiku,
tak apa.
Patahkan anganku,
sungguh tak apa.
Mereka telah
bersorak-sorai dalam diriku.
Tak dapat
terbelenggu dalam kicaumu.
Memang, memang
benar, kusempat muram.
Tapi, kau yang
terapung di dermaga tak mungkin dapat menepis mimpi-mimpiku yang sudah
mengangkasa.
Kutatap kembali
jingga temaram.
Sudah lenyap,
tersisa gurat hitam.
Bersusah lepas
dari perangkap menyesakkan.
Sekali lagi
menuang angan.
Aku berdiri.
Kembali ke
peraduan.
Oleh. Ajeng Yustisia Dewi.
Editor. Desti.
S.Sos.
Fotografer.
Dadang Saputra.
Ajeng Yustisia Dewi biasa dipanggil Ajeng. Lahir pada 20 Januari 2003 di Temanggung, Jawa Tengah. Ajeng suka menulis puisi. Sumber:
Sapardi Djokodamono. Menenun Rinai Hujan. Surakarta: Oase Group, 2019. h. 32.
Buat
sahabat-sahabat semua bagi yang ingin mempublikasikan karya tulisnya. Seperti
puisi, cerpen, surat kita, syarce, dongeng, mitos, fotografer dan sebagainya.
Dapat mmengirimkan karya ke Apero Fublic atau Jurnal Sastra Apero Fublic
melalui email redaksi fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com atau
melalui whatsApp 081367739872. Jangan melanggar hukum IT Republik Indonesia.
Apero Fublic tidak bertanggung jawab atas konten dan kebenaran konten yang
dikirim penulis.
Sy. Apero Fublic.
0 comments:
Posting Komentar