Jurnal Apero Fublic.- Berikut ini
sebuah puisi sedih. Bercerita tentang kehilangan orang yang sangat dia cintai.
Puisi ini benar-benar dia gambarkan tentang diri dan hatinya. Puisi ini
sepertinya mengandung cerita yang nyata. Sebab, tertera tanggal yang menandakan
peristiwa itu. Semoga penyair-nya tabah dan sabar.
GOA API
Ada rasa yang
telah mati.
Tanggal 20
juli 2016.
Dunia seketika
sunyi.
Tubuh itu
terbaring sepi.
Badan membeku
merobek halusinasi.
Tangisan,
amarah, dan kutukan.
Mair yang
terasa.
Memburu yang
fana.
Tak menyapa.
Hanya menyiksa
raga.
Rindu itu
racun.
Lara menanarkanku.
Kala menghancurkanku.
Pusaramu membiusku.
Tak ada
sepatah kata pun.
Ingatan tetang
dirimu.
Hangatnya pelukmu.
Restu dan
petuah sucimu.
Pangkuanmu adalah
pengobatan pilu.
Ragamu memang
pergi, tetapi hatimu masih bernadi.
Oleh. Achmad Khoiruddin.
Editor. Desti.
S.Sos.
Fotografer.
Dadang Saputra.
Achmad Khoiruddin lahir pada 26 Oktober 1999 di Jakarta. Pindah ke Cibinong, Kabupaten Bogor dan kuliah di Universitas Singaperbangsa Karawang. Sumber:
Sapardi Djokodamono. Menenun Rinai Hujan. Surakarta: Oase Group, 2019. h. 19.
Buat
sahabat-sahabat semua bagi yang ingin mempublikasikan karya tulisnya. Seperti
puisi, cerpen, surat kita, syarce, dongeng, mitos, fotografer dan sebagainya.
Dapat mmengirimkan karya ke Apero Fublic atau Jurnal Sastra Apero Fublic
melalui email redaksi fublicapero@gmail.com atau duniasastra54@gmail.com atau
melalui whatsApp 081367739872. Jangan melanggar hukum IT Republik Indonesia.
Apero Fublic tidak bertanggung jawab atas konten dan kebenaran konten yang
dikirim penulis.
Sy. Apero Fublic.
0 comments:
Posting Komentar