Sabtu, 14 November 2020

Hikayat Asal Mula Pulai Si Kantan

Jurnal Apero Fublic.- Pada zaman dahulu tinggallah seorang ibu yang telah tua bersama dengan anak laki-lakinya yang bernama si Kantan. Kehidupan keluarga mereka dari hasil bertani. Diam-diam anaknya ingin sekali merantau jauh. Namun tidak sampai hati meninggalkan ibunya seorang diri, sudah tua pula.

Namun, karena rasa ingin merantau terus menghantui dan tidak tertahan lagi. Dia akhirnya mengutarakan maksudnya itu. “Umak, sudah lama aku hendak pergi merantau, mencari pengalaman dan mencari penghidupan yang lebih baik di daerah orang. Tapi hati Kantan tidak sampai hati meninggalkan ibu seorang diri.” Ujar si Kantan.

“Kalau demikian kehendakmu dan tekadmu, Anakku. Jangan khawatirkan ibu, walau sudah tua. Tapi ibu masih dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri.” Jawab ibu dengan berbesar hati. Walau di dalam hatinya terasa menjerit tidak rela anaknya pergi jauh. Dia khawatir nanti terjadi yang tidak diingnkan pada anak semata wayangnya. Saat si Kantan berangkat merantau, ibunya menangis dengan sedih.

Waktu berlalu dengan cepat, bulan berlalu tahun bergati-ganti. Sementara si Kantan sudah di tanah rantau telah menjadi seorang saudagar kaya raya. Dia juga telah memiliki istri yang cantik, anak saudagar kaya pula. Sedangkan ibu si Kantan terus menunggu anaknya pulang. Rasa rindu pada anaknya tidak tertahan lagi. Namun si Kantan belum juga pulang ke kampung mereka.

Suatu hari dalam pelayaran berniaga dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain. Kini singgahlah si Kantan di pelabuhan Tanjung Pura. Pelabuhan dimana dulu pertama kali dia pergi merantau. Si Kantan tidak bermaksud pulang ke rumahnya. Di pelabuhan yang ramai, dimana penduduk tempat tinggal si Kantan sering datang ke pelabuhan. Tanpa sengaja melihat si Kantan. Kemudian menyampaikan kepada ibunya di rumah, daerah Karo.

Betapa bahagia ibu si Kantan mendengar anaknya telah pulang dari merantau. Apalagi dia dikabarkan telah menjadi orang kaya raya. Bergegaslah ibu si Kantan datang ke Pelabuhan Tanjung Pura. Akan tetapi saat bertemu si Kantan, diluar dugaan ibunya. Ternyata si Kantan tidak mengakui dirinya sebagai ibunya. Sebab si Kantan mengaku pada istrinya keluarganya orang kaya dan terpandang. Kenyataannya orang tuanya miskin, apalagi keadaan ibu tampak kumal.

Menghadapi kenyataan tersebut, ibu si Kantan sangat sedih dan kecewa sekali. Anak yang dia lahirkan dan besarkan juga telah dia nantikan pulang. Tapi tidak mengakuinya sebagai ibunya, karena miskin dan kumal. Si Kantan bersifat seolah tidak bersalah dan tidak ada apa-apa. Setelah urusannya selesai di Pelabuhan Tanjung Pura, dia pergi.

Saat kapal si Kantan mulai berbelok untuk kembali berlayar, ibu si Kantan berkata. “Kalau aku bukan ibumu, biarkanlah air susuku menjadi ombak laut yang akan menghancurkanmu. Aku serahkan pada Tuhan menentukan kekuasaan-Nya padamu.” Ujar ibu si Kantan dengan penuh rasa sedih dan kesal.

Seketika itu, dengan kuasa Tuhan yang berlaku. Tiba-tiba angin berhembus kencang yang membawa banyak awan hitam. Kemudian turun hujan dan disertai angin topan yang amat kencang. Laut kemudian berombak besar dan semakin besar. Ombak dan angin badai yang berpadu membuat kapal layar si Kantan hancur. Kapal si Kantan tenggelam dan semua awak kapal, termasuk si Kantan tewas. Semua orang di pelabuhan menyaksikan peristiwa tersebut.

Beberapa waktu kemudian terjadi hal yang luar biasa. Perlahan disana muncul sebuah pulau. Penduduk kemudian menamakan pulau tersebut dengan nama, Pulau Si Kantan. Cerita si Kantan versi lain dari hikayat si Malin Kundang. Di Nusantara cerita demikian menjadi sastra nasihat untuk anak-anak.

Rewrite. Tim Apero Fublic.
Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 15 November 2020.
Sumber: Informan bernama Anwar Yunan, lahir di Perbaungan pada tahun 1924, beragama Islam, Melayu, seorang Pegawai Negeri Sipil. Masindan, Dkk. Sastra Lisan Melayu Langkat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987.

Sy. Apero Fublic.

0 comments:

Posting Komentar