Jumat, 13 November 2020

Hikayat Permusuhan Harimau dan Kucing

Apero Fublic.- Konon pada zaman dahulu kala, kucing terkenal dengan ilmu silatnya. Semua jenis ilmu silat kucing kuasai. Kehebatan kucing termasyhur kemana-mana dan kucing disegani kawan maupun lawan. Karena kehebatannya tersebut, membuat harimau ingin belajar ilmu silat pada kucing. Memang di Sumatera sangat banyak harimau pada zaman dulu.

Tapi harimau waktu itu belum hebat seperti sebelum dia belajar silat pada kucing. Kucing mengamati dan menilai sosok harimau. Menurut kucing harimau akan menjadi murid yang hebat mewarisi ilmu-ilmunya. Karena harimau memiliki kesamaan dengan dirinya, hanya berbeda bentuk tubuh saja. Harimau berbadan besar, sedangkan dirinya berbadan kecil.

Kucing menerima harimau menjadi muridnya. Mereka berlatih dengan sungguh-sungguh, siang dan malam. Kucing mengajarkan harimau bagaimana berlari kencang dan menerkam. Melompat tinggi menyambar sesuatu. Lompat ke kiri, ke kanan, kedepan, ke samping. Begitu juga dengan langkah kiri, langkah kanan, dan mengasah kuku sampai tajam.

Waktu berlalu tanpa terasa, semua ilmu kucing hampir dikuasai oleh harimau. Hanya beberapa ilmu yang belum kucing wariskan pada harimau. Maka pada suatu hari, disaat mereka istirahat setelah latihan, harimau berkata pada kucing. “Kucing guruku, sudah cukup lama aku berlatih dan menjadi muridmu. Sekarang berilah aku ilmu akhir atau pemutus.

“Harimau muridku, untuk sekarang untuk belajar ilmu pemutus kau belum saat. Sebab kau belum begitu menguasai beberapa ilmu.” Jelas kucing. Harimau yang memang tidak sabar dan segerah ingin menyelesaikan belajar ilmu silat. Menjadi naik darah mendengar penjelasan si kucing gurunya. Harimau menganggap kucing hanya mengulur waktu serta meremehkan dirinya. “Kucing guruku, "ayolah segeralah berikan aku ilmu akhir, jangan merendahkan aku.” Pinta harimau.

“Tidak bisa, harimau karena akan membahayakan dirimu sendiri. Tunggulah dengan sabar dan terus berlatih. Bilamana semua ilmu silat sudah kau kuasai dengan baik, barulah aku ajarkan ilmu pemutus.” Jawab kucing dengan bijak. “ Guruuuuu.” Teriak harimau dengan keras meminta permintaannya dituruti. Kucing tetap menggeleng. Harimau menjadi marah dan menerkam ke arah kucing. Kucing dengan mudah mengelak.

Harimau yang termakan emosi dan merasa sangat direndahkan. Dia adalah raja hutan tidak ada hewan yang meremehkan dirinya. Kembali harimau menerkam kucing dengan diikuti auman keras. Secepat kilat kucing melompat keatas sebuah pohon dan terus naik ke atas. Harimau mencoba naik mengejar kucing. Tapi karena tubuhnya berat dan ilmunya belum sempurna, harimau tidak dapat naik cukup tinggi. Lalu harimau berkata, dibawah pohon seraya mendongak ke atas pohon besar.

“Baiklah kalau begitu, biar pun engkau adalah guru ku. Tetapi kau akan terus aku cari dan akan aku buktikan kalau aku harimau yang perkasa.” Kata Harimau dengan angkuh. Kucing menjawab dari atas pohon dengan tenang. “Kau tidak akan menemukan aku, bahkan kotoranku saja tidak akan kau temui.”

Sejak saat itu, harimau dan kucing tidak bersahabat lagi walau sebelumnya keduanya adalah murid dan guru. Harimau pergi dengan kesombongannya ke hutan dan terus berjalan di hutan-hutan, gunung dan lembah. Walau pembawaannya dengan kesombongan, diam-diam harimau juga menyesal tidak mematuhi kucing gurunya. Kalau dia sedikit lebih sabar, dia juga memiliki ilmu memanjat pohon seperti kucing.

Setelah harimau pergi kucing ke tepi sebuah kampung manusia. Dia tinggal disisi pemukiman manusia. Karena sifat kucing yang rama dan suka berburu tikus. Bentuk tubuh yang manis dan lucu, membuat beberapa warga kampung tertarik serta menyukainya. Kucing diajak tinggal dirumah mereka bersama istrinya. Sejak saat itu, kucing tinggal dengan manusia beserta anak keturunannya sampai sekarang. Saat membuang kotorannya, kucing selalu menggali tanah. Sehingga kotorannya tidak ditemui oleh harimau.

Rewrite. Tim Apero Fublic.
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra
Palembang, 13 November 2020.
Sumber: Informan cerita bernama Yusuf orang Melayu Langkat. Dia mendengar cerita sewaktu umur empat tahun dan dia ceritakan pada penulis. Daftar pustaka: Masindan. dkk., Sastra Lisan Melayu Langkat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987.

Sy. Apero Fublic.

0 comments:

Posting Komentar