Kamis, 19 November 2020

Legenda Asal-Usul Nama Kota Magelang

Jurnal Apero Fublic.- Tersebutlah dahulukala sewaktu Kesultanan Pajang pada masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya, sebelumnya pernah terjadi perselisihan hebat antara Sultan Hadiwijaya dengan Arya Penansang dari Jipang. Perselisihan tidak terselesaikan, maka peperangan terjadi yang memakan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak.

Dalam menghadapi Arya Penansang, Sultan Hadiwijaya menunjuk putra angkatnya Danang Sutawijaya yang menjadi Senopati perang pasukan Pajang, didampingi oleh Ki Gede Pemanahan. Sebelum berangkat Danang Sutawijaya bahwasanya dalam peperangan jangan menyeberang sungai, karena akan menyebabkan sial, atau kalah oleh musuh.

Singkat cerita, peperangan terjadi dengan hebat antara pasukan Pajang dan pasukan Arya Penansang. Pertarungan terjadi antara Danang Sutawijaya dan Arya Penansang. Arya Penansang akhirnya kalah oleh Danang Sutawijaya terkenah tusukan tombak yang bernaman, tombak Kyai Plered. Kemudian Danang Sutawijaya dan Ki Gede Pemanahan melaporkan kemenangan pada Sultan Hadiwijaya.

Sultan sangat bergembira mendengar laporan kematian Arya Penansang yang terkenal sombong dan keras kepala. Sebagai penghargaan Sultan memberikan tanah pada Danang Sutawijaya dan Ki Gede Pemanahan di daerah hutan Mentok. Waktu berlalu, Danang Sutawijaya dan Ki Gede Pemanahan membangun daerah hutan Mentok yang dihadiakan Sultan pada keduanya. Lama kelamaan daerah menjadi ramai dan keadaan perpolitikan berbeda. Daerah menjadi sebuah pusat Kesultanan yang dikenal dengan, Kesultanan Mataram. Danang Sutawijaya kemudian bergelar Panembahan Senopati.

Karena perjuangan yang gigih, Kesultanan Mataram kemudian menjadi kuat dan besar.  Kemudian mulai melakukan perluasan wilayah Mataram. Maksudnya dia sampaikan pada penasihat Kesultanan, Ki Gede Pemanahan. Saran Ki Gede Pemanahan, sebelum melakukan ekspansi ke luar wilayah. Sebaiknya dilakukan persiapan pengokohan ketahanan Kesultanan, baik dari segi militer dan pangan. 

Waktu berlalu, persiapan telah rampung. Rencana untuk membuka hutan Kedu dilaksakan. Waktu itu, hutan Kedu adalah hutan lebat yang penuh semak belukar, serta didiami sebuah kerajaan jin. Raja kerajaan jin bernama, Jin Sepanjang. Hutan angker, siapa yang memasukinya akan mati atau hilang.

Untuk keperluan membuka hutan Kedu, telah disipakan pasukan Mataram dan semua perlengkapannya. Pemimpin pasukan Mataram, Pangeran Purbaya. Dia pangeran yang sakti serta mampu terbang di udara. Dia dibantu oleh saudaranya, Raden Kuning dan Raden Kerincing. Juga para senopati Mataram lainnya. Ikut serta Temenggung Mertoyudo, Temenggung Singoranu dan lainnya. Setelah sampai di hutan Kedu, maka mulailah pengerjaan membuka hutan Kedu.

Raja kerajaan jin sangat marah dan tidak terkendali melihat hutan wilayah kerajaan dibuka oleh pasukan Mataram. Raja jin, Sepanjangan memimpin pasukannya menyerang pasukan Mataram. Pertempuran hebat terjadi antara pasukan kerajaan jin dengan pasukan Kesultanan Mataram.

Kemudian pasukan jin Sepanjangan dapat dipukul mundur oleh pasukan Mataram. Raja kerajaan jin, bernama Jin Sepanjangan melarikan diri bersama sisa-sisa pasukannya. Dalam pelariannya, Jin Sepanjangan bersumpah akan melakukan balas dendam. Sementara itu, pasukan Mataram terus mengejar sisa-sisa pasukan jin. Sehingga dapat menghancurkan semuanya.

*****

Di sekitar kawasan itu, terdapat sebuah desa. Sebuah keluarga bahagia dan sederhana hidup tenang di desa itu, keluarga Kyai Keramat. Istrinya bernama Nyai Bogem yang mempunyai seorang anak gadis bernama, Rara Rambat. Suatu hari, Rara Rambat sedang berada di hutan mencari dedaunan dan bunga-bunga untuk ramuan obat, di hutan sekitar desanya bersama pengasunya.  Tanpa di sangka, Rara Rambat bertemu seorang pemuda yang tampan dan gagah.

Pemuda itu, ternyata sudah dari tadi memperhatikan Rara Rambat dan pengasunya. Melihat kecantikan Rara Rambat membuat si pemuda menyukainya. Lalu datang menghampiri dan menyapa, kemudian menyatakan kalau mau melamar Rara Rambat. Rara Rambat dengan naluri kewanitaannya merasa malu. Kemudian dia segera berlari pulang kerumah diikuti pengasuhnya. Si Pemuda mengikuti sampai di rumah Rara Rambat.

Pemuda tersebut datang bertamu ke rumah Rara Rambat. Disambut oleh orang tua Rara Rambat, Kyai Kramat dan Nyai Bogem. Pemuda itu memperkenalkan dirinya, dia bernama Raden Kuning, saudara Pangeran Purbaya dan Raden Grinsing, Putra dari Panembahan Senopati, Sultan Mataram. Raden Kuning ikut pengejaran sisa-sisa pasukan Jin Sepanjangan. Dia tersesat dan terpisah dari pasukannya. Sehingga dia tersesat dan berjumpa dengan Rara Rambat di hutan.

Kyai Kramat dan Nyai Bogem mengerti kalau pemuda gagah itu ternyata seorang Putra Sultan. Saat ditanyai maksud dan tujuan mampir di rumah mereka yang sederhana itu. Raden Kuning menyatakan kalau dia hendak melamar Rara Rambat untuk menjadi istrinya. Kyai Kramat dan istrinya merasa gembira mendengar kabar baik itu. Maka keduanya merestui pernikahan Raden Kuning dan Rara Rambat.

Tidak lama kemudian setelah sampai pada hari baik dan tanggal yang baik untuk pernikahan. Maka Raden Kuning dan Rara Rambat dinikahkan, dengan acara yang sederhana. Apabila keadaan sudah membaik dan perang berakhir. Raden Kuning berjanji akan membawa Rara Rambat dan kedua orang tuanya ke istana.  Suasana keluarga Kyai Kramat bahagia dan tentram.

*****

Sementara itu, si Raja Jin, Jin Sepanjangan yang berlari terbirit-birit karena dikejar pasukan Mataram beristirahat dibawa serumpun bambu diatas bukit tinggi. Duduk merenungi nasib dirinya dan kerajaannya. Berpikir apa rencananya berikutnya. Saat itu, dia melihat sebuah pedesaan manusia. Desa itulah tempat tinggal Kyai Kramat. Jin Sepanjangan memutuskan menyamar menjadi manusia, dengan nama Sonta.

Suatu hari, kembali rumah Kyai Kramat kedatangan lelaki muda. Lelaki itu mengaku bernama Sonta dan banyak berbincang dengan Kyai Kramat dan istrinya. Setelah itu, lelaki bernama Sonta memohon untuk diterima mengabdi pada Kyia Kramat. Karena merasa kasihan, akhrinya Kyai Kramat menerima Sonta mengabdi padanya. Sonta jelmaan Jin Sepanjangan merasa sangat gembira. Sebab dengan begitu dia dapat dengan mudah menyerang pasukan Mataram.

Dalam pandangan Kyai Kramat, Sonta adalah abdi yang rajin dan baik. Namun dibalik itu, Sonta si jelmaan Raja Jin memulai melakukan serangan pada orang-orang Mataram. Dengan kesaktiannya, serangan pertama dia memunculkan wabah di tengah pasukan Mataram. Bukan hanya pasukan Mataram, tetapi juga penduduk desa juga terkena wabah ciptaan Sonta si jelmaan Jin Sepanjangan. Banyak prajurit dan penduduka mendadak sakit keras, mati mendadak dan menjadi gila tiba-tiba. Maka, malapetaka hadir diseluruh desa Kyai Kramat dan pasukan Mataram.

Berita musibah sampai ke Pangeran Purbaya, dia menjadi resah dan khawatir. Kemudian Pangeran Purbaya segerah pulang ke Kraton Mataram. Menceritakan semua apa yang terjadi di hutan Kedu dan di Desa Kyai Kramat pada Panembahan Senopati, yang membuat Panembahan menjadi sangat sedih. Beliau kemudian bersemadi lalu menghubungi Nyai Rara Kidul yang bersemayam di Laut Selatan, untuk meminta nasihatnya. Atas nasihat Nyai Rara Kidul yang juga bangsa jin.

Panembahan Senopati dapat memberikan nasihat kepada Pangeran Purbaya untuk mengatasi masalah wabah tersebut. Setelah itu, Pangeran Purbaya kembali ke kawasan hutan Kedu dan langsung menemui Kyia Keramat. Kyai Kramat akhirnya mengetahui penyamaran Sonta, dan dia memarahi habis-habisan Sonta. Sonta yang masih pura-pura diam saja. Saat ada kesempatan dai segerah melarikan diri karena orang-orang sudah mengetahui penyamarannya.

Sonta menghilang dan tidak mau bertanggung jawab. Kyai Keramat kemudian mengejarnya dan dapat menemukan Sonta. Saat itulah, Sonta kemudian kembali ke wujud aslinya. Lalu terjadi perang tanding antara Kyai Kramat dan Jin Sepanjangan. Pangeran Purbaya terlambat datang membantu, dan menemukan jenazanya terbunuh ditangan Jin Sepanjangan. Atas perinta Pangeran Purbaya jenaza Kyai Kramat dimakamkan di tempat meninggalnya. Kemudian sekitar itu berdiri sebuah desa yang dinamakan Desa Keramat.

Nyai Bogem yang menuntut balas atas tewasnya suaminya. Pergi mengerjar Sonta jelmaan Jin Sepanjangan. Kemudian dia menemukan Sonta dan terjadilah pertarungan sengit. Ternyata Nyai Bogem seorang pendekar wanita. Tapi Nyai Bogem bukan tandingan Jin Sepanjangan, sehingga Nyai Bogem dibunuh oleh Sonta jelmaan Jin Sepanjangan. Kembali, Pangeran Purbaya terlambat datang dan dia menjumpai jenazah Nyai Bogem. Atas perintanya juga dikubur ditempat meninggalnya. Beberapa waktu kemudian berdirilah sebuah desa yang diberi nama, Desa Bogeman. Untuk mengenang kesetiaan seorang istri pada suaminya.

Pangeran Purbaya memerintahkan Temenggung Mertoyuda untuk membunuh Sonta si jelmaan Raja Jin. Tapi kesaktian Temenggung masih dibawah Jin Sepanjangan alias Sonta. Temenggung juga gugur dan dimakamkan dimana jenazanya tergeletak. Kemudian disekitar itu berdiri sebuah desa, yang dinamakan Desa Mertoyudan, untuk mengenang Temenggung Mertoyuda.

Raden Krincing marah besar atas meninggalnya Temenggung Mertoyuda. Dia sebagai seorang Senopati merasa tersinggung. Maka tanpa pikir panjang dia langsung berangkat untuk memburu Jin Sepanjangan. Sebelum berangakat Pangeran Purbaya mencegah dan memperingatkan kalau Raden Krincing tidak setingkat dengan Jin Sepanjangan. Tapi dia seorang prajurit yang akan terus maju. Benar dugaan Pangeran Purbaya, Raden Krincing akhirnya juga terbunuh oleh Raja Jin Sepanjangan alias Sonta. Pangeran Purbaya bersedih hati atas kematian adiknya. Untuk mengenang itu, desa disana dinamakan Desa Krincing.

Setelah itu, Pangeran Purbaya langsung mencari Sonta jelmaan Raja Jin Sepanjangan. Saat berjumpa keduanya bertarung hidup mati. Kesaktian keduanya sangat luar biasa. Pertempuran keduanya memakan waktu lama dan menghancurkan sekelilingnya. Akhirnya si Sonta dapat dikalahkan dan tewas di tangan Pangeran Purbaya. Namun tewas tersebut hanya dalam bentuk penyamarannya sebagai si Sonta. Dia kembali sebagai Jin Sepanjangan seutuhnya lalu kemudian melarikan diri. Di tempat tewasnya wujud penyamaran Jin Sepanjangan, si Sonta, dinamakan Desa Santan.

Pangeran Purbaya mengetahui akal bulus Jin Sepanjangan, hampir dia tertipu. Kemudian dia kembali mengejar Jin Sepanjangan. Pertarungan kembali terjadi dan kembali Jin Sepanjangan tewas. Tiba-tiba hutan Kedu menjadi gelap berawan. Lama kelamaan gelap perlahan menjadi terang lagi. Sementara mayat jin Sepanjangan menghilang musnah. Saat diamati di tempat mayat Jin Sepanjangan tergeletak tadi tergelatak sebuah tombak hitam, dan sakti.

Pangeran Purbaya tidak bermaksud membawa tombak itu ke Mataram. Walau tombak itu bertuah dan sakti. Sebab tombak itu hasil perwujudan dari watak yang tidak baik. Kemudian Pangeran Purbaya mengubur tombak itu. Oleh karena itulah, desa di sana dinamakan Desa Sepanjangan. Pangeran Purbaya berkata, “Barang siapa bertapa, lalu merentangkan tangan pada kuburan tombak tersebut, akan terkabul maksud dan tujuannya.” Mitos tersebut masih ada saja yang percaya.

*****

Saat terjadinya pengepungan pasukan Mataram yang sangat ketat pada Sonta. Istilah kepungan yang rapat oleh Pasukan Mataram menyebutnya dengan istilah bahasa Jawa, “kepung gelang.” Istilah tersebut diambil dari gelang yang bersusun rapat, gelang-Menggelang.” Oleh karena itulah, Pangeran Purbaya menamakan daerah tersebut dengan Magelang. Waktu berlalu, kawasan tersebut tumbuh menjadi sebuah kota yang ramai. Penduduk datang untuk berdagang dan Kota Magelang menjadi besar.

Rewrite. Tim Apero Fublic.
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 20 November 2020.
Sumber: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Cerita Rakayat Daerah Jawa Tengah. Jakarta, 1982.

Sy. Apero Fublic.

0 comments:

Posting Komentar