Selasa, 10 November 2020

Legenda Si Grinsing dan Si Kasur: Jawa Tengah.

Apero Fublic.- Saat ini, penduduk Desa Sukaraja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, masih percaya bahwa di Kubeng Gayam yang terletak di Gunung Clirit tinggal seekor ular naga, bernama Si Grinsing. Begitu juga di Kubang Beji di Sungai Gimber, hidup juga seekor ular naga bernama Si Kasur. Konon menurut ceritanya kedua ular tersebut jelmaan dari sepasang pengantin baru.

Pada zaman dahulu kalah di Desa Lebaksiu hiduplah sepasang pengantin baru yang baru saja selesai melangsungkan pernikahan. Keluarga kecil itu menempati sebidang tanah yang cukup luas, dan terdapat rumah sederhana. Oleh warga keduanya terkenal ramah, suka menolong orang. Kehidupan keduanya menjadi teladan bagi warga. Segala suatu dimusyawarahkan dengan tetangga sehingga tidak pernah berselisih atau pun bertengkar.

Penghidupan mereka dari hasil mengusahakan tanah yang diberikan orang tua mereka. Lalu di tanam dengan jagung, kacang tanah, berbagai jenis sayuran-mayur, dan lainnya. Saat panen keduanya memberikan sebagian hasil panen pada warga yang miskin, orang tua-tua. Kemudian hasil kebun lagi mereka jual ke pasar.

*****

Seperti biasa, di pagi hari berangkatlah suaminya ke ladang membawa alat pertanian, cangkul dan arit. Beberapa saat sampai, sebab ladang tidak begitu jauh dari desanya. Siang hari beristirahat, istrinya datang mengantarkan air minum dan makan siang. Di sore hari pulang, dan istrinya menyambut dengan senyum kasih sayang. Setelah selesai mandi dan makan mereka beristirahat, duduk bersama-sama berbincang-bincang. Secangkir kopi panas disediakan sang istri. Begitulah kehidupan keluarga kecil itu, yang tenteram dan bahagia.

Pada suatu hari, petani bekerja di ladangnya seperti biasa. Mengolah tanah, membersihkan semak dan rerumputan yang selalu tumbuh. Keringat bercucuran membuat tubuhnya bermandi keringat. Kali ini dia mengerjakan di pinggiran ladangnya. Mengolah tanah siap untuk ditanami kembali. Waktu itu, saat sedang bekerja matanya tidak sengaja melihat benda berkilauan dibawah semak-semak.

Kemudian dengan penasaran dia amati dengan seksama. Ternyata benda tersebut adalah sebutir telur. Tanpa pikir panjang dia melangkah mengambil telur itu. Dia ingin sekali menyenangkan istrinya. “Lebih baik aku rebus sekarang telur ini, untuk makan malam,” pikir petani itu. Kemudian dia melangkah ke pondok istirahat di tengah ladangnya. Merebus telur sambil istirahat, setelah telur masak dia kembali bekerja.

Sinar mentari terus bertambah panas menuju tengah hari. Kembali si Petani beristirahat dan duduk dibawah pohon rindang, berangin. Seperti biasa, istrinya datang dengan membawa makanan dan air minum dengan wadah bakul. “Sudah lama istirahatnya, Kanda?.” Tanya istrinya seraya tersenyum manis. Si Petani tersenyum dan dia menjawab kalau dia baru saja beristirahat. Lalu istrinya duduk di sisinya dan meletakkan bakul makanan. Kemudian si Petani mengambil telur yang dia rebus tadi di pondoknya. Istrinya juga gembira suaminya mendapat banyak telur. Makanan dihidangkan dan keduanya makan bersama dengan lahap. Sebab telur yang direbus suaminya begitu enak dan lezat. Sambil makan keduanya bercakap-cakap gembira.

“Adinda, kita harus berterima kasih pada Tuhan yang telah memberikan banyak nikmatnya, dan kebahagiaan kepada kita. Karena itulah, kita akan mengolah tanah dengan baik sebagai tanda syukur kita. Lalu banyak bersedekah atas rezeki yang dilimpahkan pada kita.

“Benar Kanda, rasa syukur tidak hanya diucapkan, tapi dibuktikan dengan tindakan. Aku juga selalu merasa bahagia atas anugerah Tuhan.” Jawab sang Istri, lalu dia melanjutkan. “Hari ini, aku tidak langsung pulang. Mau membantu pekerjaan kakanda, agar ladang cepat dapat ditanami lagi.” Suaminya mengiakan dan tersenyum bahagia. Istri yang setia dan berbakti padanya.

Makan selesai, dan lelah telah hilang mereka bekerja kembali. Ladang mereka kerjakan, ranting dikumpulkan dan dibakar oleh istrinya. Tanah diolah dan dibersihkan sehingga siap tanam. Saat keduanya sedang bekerja. Terdengar senandung lagu-lagu mengiringi pekerjaan mereka. Namun keduanya terus bekerja tanpa peduli.

“Adinda, kenapa badanku terasa panas sekali.” Kata si Petani.

“Istirahat Kanda, mungkin karena terlalu keras bekerjanya.” Jawab istrinya seraya membakar tumpukan rerantingan kering. “Istirahatlah di bawah pohon yang teduh, dan rindang.” Lanjut istrinya. Beberapa saat kemudian istrinya juga mengeluh karena juga kepanasan. Petani kemudian melambaikan tangan meminta istrinya juga istirahat di dekatnya. Saat istrinya sudah duduk di sisinya beristirahat juga.

“Ada apa ini, tubuhku kepanasan dan tubuh adinda juga ikut kepanasan.” Petani ini berkata sambil bertanya-tanya. Istrinya hanya berkata entahlah, dan tubuh keduanya bertambah panas. Karena tidak tahan lagi kedua suami istri itu pergi ke sungai yang tidak jauh dari ladangnya. Saat tiba di sungai suaminya lebih dulu langsung masuk sungai dan mandi sepuas-puasnya. Istrinya yang bersiap-siap untuk mandi tidak menoleh ke arah suaminya.

Saat hendak masuk kedalam sungai, istrinya sekilas menoleh kearah suaminya yang mandi terlebih dahulu tadi. Istri petani itu terkejut bukan kepalang. Dia melihat seekor ular naga besar sedang berenang-renang mandi. Istrinya terkejut bukan kepalang dan dia berlari menjauh. Dia berpikir pastilah suaminya tadi telah dimakan oleh ular naga itu. Lalu dia berlari menjauh ketakutan. Saat berlari, ada suara memanggilnya, suaranya dia kenal.

“Adinda, istriku janganlah kau takut dan terkejut. Aku adalah suamimu yang telah berubah wujud menjadi ular naga.” Kata ular naga itu, lalu dia berenang ke tepian menuju istrinya. Lalu istrinya bertanya dengan penuh heran dan rasa tidak percaya. “Benarkah kau suamiku, mana mungkin?.

“Benar istriku, tercinta. Telur yang aku rebus tadi ternyata adalah telur Naga Sakti. Karena memakan telur itu, maka wujud ku berubah menjadi Ular Naga. Demikian dengan dirimu, Istriku. Juga akan berubah menjadi ular naga seperti aku. Ini sudah menjadi takdir Tuhan semesta alam.” Jelas suaminya dengan penuh rasa penyesalan. Air mata istrinya meleleh dan dia sangat bersedih melihat wujud suaminya sekarang. Badan istrinya terus bertambah panas dan dia sudah tidak tahan lagi. Maka dia pun menceburkan diri kedalam sungai. Bersamaan dengan itu, wujudnya juga berubah menjadi ular naga betina.

*****

Keesokan harinya, tetangganya merasa aneh karena kedua suami istri tidak pulang dan tidak dirumah. Maka mereka memberitahu hal tersebut pada orang tua petani itu. Mengetahui anak dan menantunya tidak ada di rumah dan tidak pulang semalam. Maka ayah petani itu pergi ke ladang anaknya untuk mengetahui keadaan anak dan menantunya.

Sesampai di ladang anaknya, dia mencari-cari. Memanggil-manggil, menengok kedalam pondok di tengah ladang lalu berkeliling disekitar ladang. Ayah petani itu berpikir mungkin anaknya mandi di tepian mandi, di sungai yang tidak jauh dari ladang. Sampai di tepian mandi biasa, dia melihat tumpukan pakaian anaknya. Tidak jauh dia juga menemukan tumpukan pakaian wanita, pastilah pakaian menantunya.

Ayah petani itu, kemudian memanggil-manggil nama anak dan nama menantunya bergantian. Namun tidak ada sahutan, suasana tetap sunyi. Ayah petani itu, ingin segera kembali dan berbalik pulang. Dia pikir harus mengerahkan warga untuk mencari anak dan menantunya. Dia khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Baru saja dia berbalik, tiba-tiba ada suara memanggil. Dia mengenali suara anaknya, dan berbalik. “Ayah, Ayah.”

Petani itu berbalik, betapa terkejutnya dia saat melihat dua ekor ular naga berenang menuju kearah-nya. Hampir dia berlari dan juga sangat ketakutan. “Ayah, aku anak dan menantumu yang kau cari-cari. Kami telah berubah wujud menjadi ular naga. Karena telah memakan telur Naga Sakti kemarin siang.” Jelas ular naga besar itu. Istri petani juga mengiakan. Ayah petani itu mengenali suara anak dan menantunya. Ayah petani itu akhirnya percaya, lalu dia berkata.

“Wahai kedua anakku, tidak ada yang harus disesali. Karena jalan hidup manusia sudah ditakdirkan oleh yang maha kuasa. Jika takdirmu berubah menjadi ular naga, maka kalian harus menerimanya dengan ikhlas.” Kata ayah petani itu. Keduanya mengangguk dan menerima dengan relah takdir hidup mereka. Kemudian entah apa yang terjadi, sebuah pendengaran ayah petani itu terngiang di telinganya. Kemudian dia menyampaikan pendengarannya pada anak dan menantunya yang sudah berubah menjadi ular naga.

“Anakku, Tuhan yang maha esa tidak mengizinkan kalian beranak atau berketurunan. Maka kalian harus hidup berpisah satu sama lain. Jangan kalian bertemu sebelum akhir zaman. Anakku, sekarang namamu aku ganti menjadi Si Grinsing. Sedangkan kau menantuku, aku ganti namamu menjadi Si Kasur. Menantuku Si Kasur, sekarang kau pindahlah ke Sungai Gumber. Anakku Si Grinsing, pindahlah ke Kubang Gayam di Gunung Clirit. Ingat pesanku baik-baik, jangan melanggar semua yang aku sampaikan. Kalau kalian melanggar akan mendapat hukuman Tuhan secara langsung. Semoga Tuhan mengampuni segala dosa-dosa kalian.” Kata Ayah petani itu.

Beberapa waktu berlalu tentu rasa rindu Si Grinsing pada istrinya terus bertambah. Ingin sekali menemui istrinya, tapi ingat pesan ayahnya. Dia tidak ingin melanggar nasihat orang tuanya. Tapi suatu hari, rasa rindu sudah tidak tertahan lagi. Kemudian Si Grinsing berusaha melihat istrinya dengan cara menegakkan kepalanya tinggi-tinggi. Tapi sebelum dapat melihat istrinya, dia tersambar petir di matanya. Karena luka pada mata Si Grinsing membuat Kali Gung yang bermata air dari Gunung Clirit. Pernah airnya mengalir merah bercampur darah.

Demikian kisah sepasang suami istri karena kesalahan keduanya dikutuk menjadi ular naga besar. Sampai sekarang, terdapat tradisi larangan memakai kain motif Grinsing. Karena motif tersebut akan menyamai pakaian-pakaian Si Grinsing. Kecamatan Balapulang, Jawa Tengah.

Rewrite. Tim Apero Fublic.
Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra
Palembang, 11 November 2020.

Sy. Apero Fublic.

0 comments:

Posting Komentar