Kedua sapi
beristirahat di teduhnya bayangan pohon dan sejuknya suasana. Tidak lama seekor
Harimau jantan yang besar dan kuat lewat di dekat kedua sapi bajak sawah itu.
Harimau itu adalah Raja Harimau di Bumi Sasak atau Pulau Lombok. Melihat
keadaan sapi itu, Harimau bertanya. “Mengapa kamu begini, hai sapi. Hidungmu di
tusuk dan lehermu di palang dengan kayu. Siapa gerangan yang dapat memperlakukan
kamu seperti itu. Padahal kalian berdua dan kuat-kuat.” Kata si Harimau.
“Yang
memperlakukan kami seperti ini, si manusia Harimau, kami tidak mampu
melawannya.” Jawab sapi betina.
“Bagaimanakah
rupa manusia itu, besar atau kecil?.” Tanya Raja Harimau penasaran.
“Manusia itu
tidak besar, badannya kecil tapi akalnya banyak sekali.” Jawab sapi Jantan.
“Oh begitu,
tetapi mengapa kalian bisa dikalahkannya, padahal badan manusia kecil. Kalian
injak-injak saja dia, atau kalian tanduk saja dengan tanduk kalian yang tajam
itu. Kalian berdua memang tidak becus. Badan kalian saja yang besar-besar. Ibarat
pepatah, Besar-besar ubi.” Kata Harimau meremehkan. Besar-besar ubi berarti
besar tapi tidak ada tenaga dan tidak berguna. Lalu Harimau melanjutkan
kata-katanya.
“Mana mungkin
saya tidak bisa mengalahkannya. Saya adalah Raja Harimau, harimau terkuat di
Bumi Sasak ini. Mana dia, suruh dia ke sini, ingin sekali saya melihat rupanya.”
Ujar Raja Harimau.
“Yah, tunggu
saja. Nanti dia kesini. Tuan kami sedang beristirahat di dangau. Tidak perlu
dipanggil.” Jawab sapi jantan.
Harimau
menunggu, tidak lama kemudian datanglah pemilik sapi itu. Dia melihat ada
seekor harimau besar. Di dalam hati pemilik sapi dia gentar dan takut. Tapi dia
tidak memperlihatkannya, tenang dan terus berjalan mendekati Harimau dan kedua
sapinya. Setelah dekat, Raja Harimau langsung bertanya padanya.
“Nah, sekarang
bertemu kita wahai manusia, akan aku bunuh kamu.” Kata Raja Harimau dengan
memperlihatkan gigi tajamnya.
“Saya bukan Manusia,
yang namanya Manusia rupanya lain. Kalau saya ini, si Manusen namanya.” Jawab
pemilik sapi.
“Kalau begitu,
dimana tempat si manusia itu. Ingin saya melihat rupanya.” Kata Raja Harimau.
“Kalau kau
ingin melihat rupa Manusia, nanti saya panggilkan. Oleh karena Manusia sangat
takut dengan Harimau, sudah barang tentu dia tidak berani datang seandainya
kamu tidak dibelenggu. Jadi sekarang, kalau kamu betul-betul ingin melihat si
Manusia, maukah kamu saya belenggu terlebih dahulu.” Kata pemilik sapi. Harimau
setuju untuk di belenggu atau diikat tubuhnya. Kemudian Manusen mencari tali
untuk mengikat Harimau. Dia mengikat empat kaki Harimau dengan kuat. Kemudian
dia meminta Harimau untuk berontak kuat-kuat. Sekali berontak saja tali di
kakinya putus.
“Tidak berani
Manusia mendekati kamu, Harimau. Sebaiknya kamu saya belenggu dengan tali dari
bambu, agar kuat. Harimau setuju dan dia menunggu. Manusen menebang sebatang
bambu dan membuat tali. Kemudian dia mengikat keempat kaki Harimau dengan kuat.
Setelah selesai, Manusen meminta Harimau kembali meronta kuat-kuat. Tapi
beberapa kali Harimau merontak, kembali tali pengikat Harimau putus.
“Harimau,
manusia benar-benar tidak akan mau mendekati kamu. Sebab mereka takut padamu.
Tali apa saja mengikat kamu, putus.” Kata Manusen.
“Jangan
begitu, Manusen. Ingin sekali Aku melihat rupa manusia itu. Karena itu,
pergilah kamu mencari lantan macam. Hanya lantan macan yang sanggup
memebelengguku, dan tidak akan putus.” Jelas Harimau. Lantan macan nama sejenis
tumbuhan merambat yang digunakan untuk mengikat, akar. Pergilah si Manusen
mencari lantan macan untuk mengikat Harimau. Tidak lama kemudian dia kembali
dan mengikat kaki Harimau dan juga melilit tubuh Harimau. Kali ini, selain
ikatannya kuat, juga di perbanyak.
“Harimau,
sekarang coba kau kembali meronta-ronta sekuatnya.” Kata si Manusen. Harimau
meronta sekuat-kuatnya dan ikatan dari lantan macam tidak putus. Tapi si
Manusen tidak langsung percaya dai kemudian berkata. “Kau rupanya tidak
mengeluarkan semua tenagamu dalam meronta tadi?.” Tanya si Manusen.
“Saya
bersungguh-sungguh, saya juga berani bersumpa.” Kata Raja Harimau
bersungguh-sungguh dan dia tidak berbohong.
“Baiklah.
Kalau begitu hai Harimau. Sekarang bolehlah kamu melihat rupa manusia yang badannya
kecil, dan banyak sekali akalnya. Tidak dapat dikalahkan oleh makhluk apa saja.
Jangan kau terkejut, sebab Aku inilah si Manusia itu. Kamu puaslah dahulu
melihat saya, sebelum kau saya bunuh. Kata si Manusen atau si Pemilik Sapi.
“Wahai
manusia, janganlah kamu membunuh saya. Saya memohon ampun padamu.” Kata Harimau
ketakutan dan dia baru sadar mengapa sapi-sapi itu tidak dapat mengalahkan
manusia.
“Ya, saya
tidak akan membunuhmu, tapi ada syaratnya.” Kata si Manusen.
“Apa
syaratnya.” Tanya Raja Harimau.
“Syaratnya,
mulai besok kau kumpulkan semua harimau di Bumi Sasak ini. Satu pun tidak boleh
ada yang tertinggal. Kemudian kamu ajak semuanya pergi meninggalkan Bumi Sasak.”
Kata si Manusen. Syarat itu diterima oleh Harimau. Kemudian si Manusen membuka
ikatan pada tubuh Harimau. Harimau pergi ke dalam hutan. Kemudian dia
mengumpulkan semua harimau yang ada di Bumi Sasak atau Pulau Lombok.
Beberapa hari kemudian, di sebuah pagi hari. Kawanan harimau berbaris di pesisir pantai Pulau Lombok. Manusen dan kedua sapinya memperhatikan kawanan harimau itu. Raja Harimau Pulau Lombok kemudian memerintahkan semua rakyat harimau untuk pergi meninggalkan Pulau Lombok atau Bumi Sasak. Mereka berenang ke tengah laut ke arah Barat Nusantara. Begitulah ceritanya, mengapa di Pulau Lombok tidak ada harimau.
Rewrite. Tim Apero Fublic.
Editor.
Selita, S.Pd.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang, 24
Januari 2021.
Sumber: Shaleh
Saidi. Sastra Lisan Sasak. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987.
Sy. Apero Fublic.
0 comments:
Posting Komentar