Jumat, 26 Maret 2021

Legenda Tolaki: Terjadinya Peristiwa Molowu.

Jurnal Sastra Apero Fublic.- Pada suatu masa, ada sebuah negeri di Mekongga yang bernama, Laloae. Penduduk negeri itu, gagah dan cantik-cantik. Tesebutlah sebuah desa, ada seorang gadis yang berwajah cantik bernama, Imba. Dialah gadis tercantik di daerahnya, tidak ada yang menandingi kecantikannya. Berambut panjang dan berkulit putih bersih.

Imba mempunyai seorang kakak yang masih membujang, belum menikah. Kakaknya baru mau menikah kalau dia menemukan gadis yang sama cantiknya dengan adiknya, Imba. Pekerjaan Imba setiap hari adalah menganyam. Dia dapat menganyam berbagai jenis anyaman. Suatu hari, bahan anyamannya habis.

Sehingga dia meminta kakaknya untuk menemaninya mengambil bahan anyaman, daun tio-tio. Daun tio-tio sama dengan atau sejenis daun pandan hutan, yang dapat dibuat berbagai macam anyaman, seperti tikar, tudung tani dan lainnya.

Saat sedang mengambil daun tio-tio itulah, sang kakak Imba datang nafsu birahi. Kemudian dia memaksa Imba untuk berhubungan yang tidak senono. Imba tidak berdaya melawan kekuatan kakaknya. Waktu berlalu, tanpa terasa Imba pun hamil. Saat kehamilan sudah tampak, keduanya pergi dari desanya. Lalu masuk hutan dan membangun pondok kecil di sebuah bukit di tengah hutan. Selama pelarian itu, keduanya tidak pernah memperlihatkan diri pada manusia.

Tibalah waktunya Imba akan melahirkan, perut Imba mulai sakit. Sakit perutnya selama tujuh hari tujuh malam. Pada malam kedelapan diwaktu fajar akan menyinsing, darah mulai keluar seperti air dari periannya. Cuaca buruk dengan awan mendung di langit. Bersamaan itu, derasnya darah mengalir, keluar pula bayi. Tapi bayi tidak seperti bayi manusia umumnya. Bayi yang dilahirkan Imba berbentuk buaya. Warna kulitnya kebiru-biruan.

Saat bayi buaya itu keluar dari rahim Imba dan berada di atas lantai. Imba pun sudah kehabisan nafas, sebab darahnya terus menerus keluar. Imba pun akhirnya meninggal dunia. Bersamaan dengan itu hujan turun dengan lebat. Di bawah pondok mereka muncul mata air yang deras seperti tertuang dari mulut guci. Darah Imba bercampur dengan air hujan dan dari mata air yang keluar dari tanah dibawah pondoknya.

Pondok Imba akhirnya tenggelam, sedangkan anaknya yang berwujud buaya mulai berenang seperti buaya pada umumnya. Kemudian hari menjadi buaya kuning. Sedangkan kakak Imba selama tujuh hari-tujuh malam terapung-apung diatas air. Kemudian dirinya lemas, lalu wujudnya berubah menjadi ikan ruan (gabus).

Negeri Lalolae akhirnya tenggelam seluruhnya. Banyak penduduk yang meninggal dunia, sedangkan yang selamat mengungsi ke atas gunung. Penduduk yang selamat akhirnya turun di Loea dan Rate-Rate. Peristiwa itu, yang dinamakan penduduk dengan peristiwa, Molowu. Setelah kejadian itu, orang-orang takut melakukan pernikahan dengan saudara kandung. Adat sudah melarang, barang siapa yang kawin atau menikah dengan saudaranya, dia akan ditenggelamkan.

Selama tujuh hari-tujuh malam negeri Lalolae tenggelam. Lebih baik mati dari pada menikah dengan saudara. Karena akan mengorbankan orang banyak, hewan-hewan, dan tanaman akan ikut mati tenggelam. Itulah sebabnya orang-orang Mekongga dilarang menikahi saudara kandung, karena takut mati tenggelam.

Setelah air banjir surut dan kering, dukun bermimpi bertemu dengan Imba. Dia memberi tahu, sebab mereka tenggelam karena dia dihamili oleh kakaknya. Bekas pondok kediaman mereka selalu keluar mata air. Sehingga menjadi rawa-rawa yang luas dan dalam, tidak terjangkau. Disanalah tempat tinggal anaknya yang bernama Bokeo Serume (buaya), yang besarnya seperti kecapi.

Rawa-rawa yang luas itu diberi nama, Koloimba. Koloimba berarti tempat persetubuhan Imba. Rawa itu, airnya berwarna merah akibat darah nipas Imba. Sejumlah sungai besar bermuara di tempat itu, seperti sungai Mowewe, sungai Sabilambo dan beberapa sungai kecil dimana airnya juga berwarna merah. Sungai yang airnya berwarna merah mengalir sepanjang jalan melalui Sabilamboo, bermuara ke laut. Sungai tersebut dinamakan penduduk, Sungai Koloimba.

Pada zaman dahulu sebelum datangnya agama Islam. Setiap tahun sesuadah panen, datang orang-orang membawa beras, ayam dan bermalam beberapa waktu untuk memberi makan kepada anak Imba, Bokeo Sorume. Pada saat akan diberi makan, buaya itu muncul mengapung.

Pada malam harinya, di dalam tidur mereka bermimpi didatangi seorang dukun yang memberi tahukan tentang sesuatu. Tentang peristiwa apa yang akan terjadi melanda negeri mereka. Kemudian apa yang dimohonkan oleh mereka akan terkabulkan dengan baik.

Itulah sebabnya penduduk mereka senantiasa mengadakan upacara setiap tahun, pada zaman dahulu sebelum Islam masuk. Dimana rawa-rawa Koloimba dikunjungi orang-orang setiap selesai panen dan sangat ramai. Tentu hal demikian adalah hal yang syirik dalam Islam.

Rewrite. Tim Apero Fublic
Editor. Selita, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 26 Maret 2021.
Sumber: J.S. Sande., Dkk. Struktur Sastra Lisan Tolaki. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986. Cerita rakyat di Kendari dan Kolaka.

Sy. Apero Fublic.

0 comments:

Posting Komentar