Sabtu, 19 Juni 2021

Hantu Tempias: Asal Usul Harimau Takut Dengan Pencuri

JURNAL SASTRA APERO FUBLIC.- Zaman dahulu dimana masanya zaman kejujuran dan juga sekaligus zaman kebodohan. Masa ini manusia masih polos dan manusia masih menjunjung tinggi kebijaksanaan. Kehidupan yang masih sederhana dan bersahaja. Jauh dari hiruk pikuk kehidupan yang sibuk pada masa selanjutnya.

Pada masa itu, hiduplah sebuah keluarga. Dalam keluarga terdapat tiga anak dan sebuah rumah yang mereka tempati. Rumah mereka tidak memiliki pentilasi udara, seperti jendela. Ada sebuah kuda peliharaan keluarga itu. Setiap waktu aktivitas mereka selalu sama, bertani dan merawat peliharaan mereka. Rumah mereka dikelilingi hutan lebat.

Akhir hari pun tiba di hari itu, sore. Lalu hari pun mulai beranjak malam. Keluarga kecil itu berkumpul di ruangan rumah mereka. Berbincang-bincanglah mereka dengan penuh kehangatan. dalam percakapan itu, sang ayah berkata kepada tiga orang anaknya.

“Anak-anakku.” Kata sang ayah.

“Ada apa, Ayah.” Jawab ketiga anaknya.

“Kalian jaga rumah, Ayah dan ibu akan pergi ke undangan hajatan warga jauh dari rumah kita.” Jelas sang Ayah.

“Baiklah Ayah, kami akan menjaga rumah.” Jawab tiga kakak beradik itu. Sang ayah pun pergilah ke hajatan warga.

Karena rumah mereka terletak di hutan rimba yang lebat. Tentu sinar matahari tidak leluasa menembus kelebatan dedaunan pohon. Sehingga hari walau masih siang sudah tampak seperti malam saja. Ketiga anak menjaga rumah, ayah telah pergi ke hajatan. Waktu berlalu dan usai sudah kegiatan hajatan dan diakhiri makan bersama. Ayah dan ibu sang anak juga terpikir dengan ketiga anaknya di rumah. Sehingga mereka akan pulang terlambat sebab mencari sesuatu untuk anak-anak mereka yang ditinggal di rumah. Waktu berlalu, sementara menunggu orang tua mereka pulang, berceritalah dan berbincang-bincanglah ketiga kakak beradik itu.

“Adik-adikku. Kalau malam hari apa yang kalian takutkan?.” Tanya kakak yang paling tua.

“Entahlah, sepertinya tidak ada yang perlu ditakutkan, Abang.” Jawab adiknya.

“Kalau Abang, yang paling ditakuti adalah Hantu Tempias.” Jawab kakak tertua.

Hari berlanjut menjadi malam yang sangat gelap. Tanpa mereka ketahui di bawah rumah mereka ada seekor harimau, yang ingin memangsa kuda peliharaan mereka. Sebelum memangsa kuda, harimau yang diam-diam menyusup kebawah rumah mereka mendengar percakapan ketiga kakak beradik itu. Di dalam hati harimau itu bertanya-tanya. “Seperti apa hantu Tempias itu.” Pikir harimau.

Sementara itu, disisi lain rumah mereka juga ada seorang pencuri yang juga mengincar ingin mencuri kuda. Pencuri tahu kalau hanya anak-anak saja yang berada di dalam rumah, sebab sang ayah mereka sedang pergi. Dia sudah lama mengincar kuda mereka dan malam ini niatnya dia laksanakan. Pencuri itu juga mendengar percakapan ketiga kakak beradik itu.

“Abang takut dengan Hantu Tempias.” Tanya adiknya paling bungsu.

“Betullah Dik, sekiranya hantu tempias datang kita tidak tahu bagaimana mau pergi lagi. Kita tidak bisa kemana-mana lagi.” Kata kakak tertua mereka.

Harimau terus berpikir seperti apa kiranya hantu tempias itu. Saat dia sedang memikirkan tentang hantu tempias, pencuri terus mendekat kandang kuda. Pencuri melihat ada dua ekor kuda, dia juga agak heran sebab selama ini ada satu kuda. Tapi si pencuri tidak memikirkannya. Sebab dua ekor kuda lebih baik kalau diambil semuanya.

“Kuda yang paling besar itu, yang akan aku ambil.” Kata hati pencuri. Dalam kegelapan tampak ada kuda besar dalam penglihatan si pencuri. Sementara tiga kakak beradik terus bercerita, tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun.

“Apa sebab ayah terlambat pulang?. Sekiranya nanti datang hantu tempias susalah kita. Tidak tahu bagaimana dan tidak tahu mau pergi ke mana.” Kata kakak tertua mereka. Sementara cuaca mulai buruk, angin mulai bertiup agak kencang menerpa pepohonan. Harimau melamun, masih memikirkan hantu tempias yang sangat ditakuti oleh anak-anak tersebut. Lain lagi dengan pencuri, dia tidak memikirkan cerita hantu tempias anak-anak itu.

“Itu ada dua ekor kuda, maka yang besar itulah yang akan aku ambil.” Kata hati si pencuri itu yakin. Pencuri tidak tahu kalau satu ekor kuda satu ekor sapi. Yang besar dia lihat adalah harimau yang dari tadi melamun memikirkan wujud hantu tempias. Sehingga gerakannya tertahan untuk memangsa kuda. Si pencuri melompat keatas punggung harimau, yang dia kira kuda. Harimau terkejut bukan kepalang, dan dia berpikir yang melompat ke atas punggungnya itulah yang dimaksud dengan hantu tempias. Kalau manusia biasa tidak akan mau melompati diatas tubuhnya.

Harimau ketakutan sekali, sehingga dia berlarian kesana-kemari tanpa arah dengan sangat kencang. Pencuri berpegang sekuat tenaga pada tubuh harimau yang berlari sangat kencang menerobos hutan. Mengetahui kalau yang dia tunggangi adalah harimau. Si pencuri melepaskan pegangan tangannya dan jatuh dari punggung harimau ditengah hutan entah dimana. Harimau yang merasakan tidak ada lagi beban di atas punggungnya. Berbalik lagi ke belakang, dia ingin melihat hantu tempias lebih jelas lagi.

Melihat harimau datang kembali mendekatinya, si pencuri menjadi ketakutan. Dia dengan sekuat tenaga memanjat sebatang pohon di dekatnya. Karena keadaan malam tentu tidak dapat melihat dengan jelas dahan-dahan pohon. Maka si pencuri meraih dahan pohon mati, tanpa ampun dia pun terjatuh kembali dengan mengenaskan.

Harimau mendekat dan memperhatikan dengan seksama. “Itulah rupanya hantu tempias tadi.” Kata harimau dan dia berbalik lari ketakutan. Ahkir cerita, si pencuri tidak berhasil mencuri kuda. Kuda anak-anak menjadi aman. Sementara harimau takut dengan pencuri yang dia anggap setiap pencuri adalah hantu tempias. Itulah sebabnya kata orang-orang mengapa harimau takut dengan pencuri. Karena pencuri dia anggap, hantu tempias.

Rewrite: Tim Apero Fublic.
Editor. Desti, S.Sos.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 19 Juni 2021.
Sumber: Wildan, Abdullah Faridan, Sa’adiah, Mohd. Harun. Struktur Sastra Lisan Tamiang. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998.

Sy. Apero Fublic

0 comments:

Posting Komentar