Pada masa itu,
hiduplah sebuah keluarga. Dalam keluarga terdapat tiga anak dan sebuah rumah
yang mereka tempati. Rumah mereka tidak memiliki pentilasi udara, seperti
jendela. Ada sebuah kuda peliharaan keluarga itu. Setiap waktu aktivitas
mereka selalu sama, bertani dan merawat peliharaan mereka. Rumah mereka
dikelilingi hutan lebat.
Akhir hari pun
tiba di hari itu, sore. Lalu hari pun mulai beranjak malam. Keluarga kecil itu berkumpul di ruangan rumah mereka. Berbincang-bincanglah mereka dengan penuh kehangatan. dalam percakapan itu, sang ayah berkata kepada
tiga orang anaknya.
“Anak-anakku.”
Kata sang ayah.
“Ada apa,
Ayah.” Jawab ketiga anaknya.
“Kalian jaga
rumah, Ayah dan ibu akan pergi ke undangan hajatan warga jauh dari rumah kita.”
Jelas sang Ayah.
“Baiklah Ayah,
kami akan menjaga rumah.” Jawab tiga kakak beradik itu. Sang ayah pun pergilah
ke hajatan warga.
Karena rumah
mereka terletak di hutan rimba yang lebat. Tentu sinar matahari tidak leluasa
menembus kelebatan dedaunan pohon. Sehingga hari walau masih siang sudah tampak
seperti malam saja. Ketiga anak menjaga rumah, ayah telah pergi ke hajatan. Waktu
berlalu dan usai sudah kegiatan hajatan dan diakhiri makan bersama. Ayah dan
ibu sang anak juga terpikir dengan ketiga anaknya di rumah. Sehingga mereka
akan pulang terlambat sebab mencari sesuatu untuk anak-anak mereka yang
ditinggal di rumah. Waktu berlalu, sementara menunggu orang tua mereka pulang,
berceritalah dan berbincang-bincanglah ketiga kakak beradik itu.
“Adik-adikku.
Kalau malam hari apa yang kalian takutkan?.” Tanya kakak yang paling tua.
“Entahlah,
sepertinya tidak ada yang perlu ditakutkan, Abang.” Jawab adiknya.
“Kalau Abang,
yang paling ditakuti adalah Hantu Tempias.” Jawab kakak tertua.
Hari berlanjut
menjadi malam yang sangat gelap. Tanpa mereka ketahui di bawah rumah mereka ada
seekor harimau, yang ingin memangsa kuda peliharaan mereka. Sebelum memangsa
kuda, harimau yang diam-diam menyusup kebawah rumah mereka mendengar percakapan
ketiga kakak beradik itu. Di dalam hati harimau itu bertanya-tanya. “Seperti
apa hantu Tempias itu.” Pikir harimau.
Sementara itu,
disisi lain rumah mereka juga ada seorang pencuri yang juga mengincar ingin
mencuri kuda. Pencuri tahu kalau hanya anak-anak saja yang berada di dalam
rumah, sebab sang ayah mereka sedang pergi. Dia sudah lama mengincar kuda
mereka dan malam ini niatnya dia laksanakan. Pencuri itu juga mendengar
percakapan ketiga kakak beradik itu.
“Abang takut
dengan Hantu Tempias.” Tanya adiknya paling bungsu.
“Betullah Dik,
sekiranya hantu tempias datang kita tidak tahu bagaimana mau pergi lagi. Kita
tidak bisa kemana-mana lagi.” Kata kakak tertua mereka.
Harimau terus
berpikir seperti apa kiranya hantu tempias itu. Saat dia sedang memikirkan
tentang hantu tempias, pencuri terus mendekat kandang kuda. Pencuri melihat ada
dua ekor kuda, dia juga agak heran sebab selama ini ada satu kuda. Tapi si
pencuri tidak memikirkannya. Sebab dua ekor kuda lebih baik kalau diambil
semuanya.
“Kuda yang
paling besar itu, yang akan aku ambil.” Kata hati pencuri. Dalam kegelapan
tampak ada kuda besar dalam penglihatan si pencuri. Sementara tiga kakak
beradik terus bercerita, tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun.
“Apa sebab
ayah terlambat pulang?. Sekiranya nanti datang hantu tempias susalah kita.
Tidak tahu bagaimana dan tidak tahu mau pergi ke mana.” Kata kakak tertua
mereka. Sementara cuaca mulai buruk, angin mulai bertiup agak kencang menerpa
pepohonan. Harimau melamun, masih memikirkan hantu tempias yang sangat ditakuti
oleh anak-anak tersebut. Lain lagi dengan pencuri, dia tidak memikirkan cerita
hantu tempias anak-anak itu.
“Itu ada dua
ekor kuda, maka yang besar itulah yang akan aku ambil.” Kata hati si pencuri
itu yakin. Pencuri tidak tahu kalau satu ekor kuda satu ekor sapi. Yang besar
dia lihat adalah harimau yang dari tadi melamun memikirkan wujud hantu tempias.
Sehingga gerakannya tertahan untuk memangsa kuda. Si pencuri melompat keatas
punggung harimau, yang dia kira kuda. Harimau terkejut bukan kepalang, dan dia
berpikir yang melompat ke atas punggungnya itulah yang dimaksud dengan hantu
tempias. Kalau manusia biasa tidak akan mau melompati diatas tubuhnya.
Harimau
ketakutan sekali, sehingga dia berlarian kesana-kemari tanpa arah dengan sangat
kencang. Pencuri berpegang sekuat tenaga pada tubuh harimau yang berlari sangat
kencang menerobos hutan. Mengetahui kalau yang dia tunggangi adalah harimau. Si
pencuri melepaskan pegangan tangannya dan jatuh dari punggung harimau ditengah
hutan entah dimana. Harimau yang merasakan tidak ada lagi beban di atas
punggungnya. Berbalik lagi ke belakang, dia ingin melihat hantu tempias lebih
jelas lagi.
Melihat
harimau datang kembali mendekatinya, si pencuri menjadi ketakutan. Dia dengan
sekuat tenaga memanjat sebatang pohon di dekatnya. Karena keadaan malam tentu
tidak dapat melihat dengan jelas dahan-dahan pohon. Maka si pencuri meraih
dahan pohon mati, tanpa ampun dia pun terjatuh kembali dengan mengenaskan.
Harimau mendekat dan memperhatikan dengan seksama. “Itulah rupanya hantu tempias tadi.” Kata harimau dan dia berbalik lari ketakutan. Ahkir cerita, si pencuri tidak berhasil mencuri kuda. Kuda anak-anak menjadi aman. Sementara harimau takut dengan pencuri yang dia anggap setiap pencuri adalah hantu tempias. Itulah sebabnya kata orang-orang mengapa harimau takut dengan pencuri. Karena pencuri dia anggap, hantu tempias.
Rewrite: Tim Apero Fublic.
Editor. Desti,
S.Sos.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang, 19
Juni 2021.
Sumber:
Wildan, Abdullah Faridan, Sa’adiah, Mohd. Harun. Struktur Sastra Lisan Tamiang. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1998.
Sy. Apero Fublic
0 comments:
Posting Komentar