Selasa, 24 Mei 2022

SASTRA LISAN: Lolotabang dan Biuqbiuq (Toraja

JURNAL SASTRA APERO FUBLIC.- Lolotabang dan Biuqbiuq dua kakak beradik yang sudah menjadi yatim piatu. Lolotabang kakak perempuan Biuqbiuq dan Lolotabanglah yang mengurusi adiknya kini. Biuqbiuq masih anak-anak, maka kakaknyalah  yang merawat dan memberinya nafkah. Lolotabang sudah menjadi gadis, dia berwajah cantik dan pandai menenun. Pada suatu hari, ada seorang Datu yang sedang berjalan-jalan di kampung mereka. Tanpa diduga datu atau raja itu melihat Lolotabang yang sedang menenun. Datu itu, berniat memperistri Lolotabang, tapi dia tidak menyukai Biuqbiuq.

Pada suatu hari akal jahat Datu itu dia jalankan. Datu itu mendatangi rumah keduanya dan pura-pura meminta air minum. Saat mengambil air minum ternyata air minum telah habis. Maka dimintalah Biuqbiuq mengambil air. Biuqbiuq mengambil air dengan perian bambu. Pada bagian bawa perian bambu dilobangi oleh datu jahat itu. Sehingga Biuqbiuq menjadi lama di sumur karena perian bambunya tidak penuh-penuh. Saat Biuqbiuq pulang ke rumah ternyata kakaknya Lolotabang telah dilarikan oleh Datu jahat itu. Menyadari itu, Biuqbiuq mencari jejak kaki kuda Datu jahat itu. Dia menemukannya dan mengikuti dari belakang.

Di sepanjang perjalanan Lolotabang mengunya sirih. Lalu ampas siri dan pinang yang dia kunya dikumpulkannya pada kulit pisang. Kemudian dia lemparkan di jalanan, Biuqbiuq menemukan kulit pisang itu lalu dia makan dan dia tahu itu jejak dari kakaknya. Datu yang menculik Lolotabang tiba di di rumahnya. Datu itu menyembunyikan Lolotabang di dalam rumah panggung miliknya. Biuqbiuq tidak di izinkan tinggal di rumahnya. Sehingga Biuqbiuq tinggal di bawah rumah saja. Jika Lolotabang sedang makan dia selalu menjatuhkan nasi ke bawah rumah melalui lubang-lubang papan lantai. Kalau Lolotabang sedang tidur dia menjulurkan rambutnya yang panjang sambil menangis. Air matanya yang mengalir melalui rambut menjadi minuman Biuqbiuq.

Karena sudah cukup lama menunggu dan tidak kunjung diajak ke rumah oleh suami sekaligus penculik kakaknya. Biuqbiuq meminta izin pada kakaknya untuk kembali pulang ke rumahnya. Sebelum berangkat kembali pulang ke rumah mereka. Biuqbiuq menanam sebatang pohon pisang. Sebelum pergi biuqbiuq berkata pada kakaknya.

“Kak, saya akan pulang kembali ke rumah kita yang telah ditinggal. Lihatlah pohon pisang yang saya tanam. Kalau pohon pisang itu layu, pertanda Aku sedang sakit. Kalau pohon pisang itu mati, berarti Aku sudah meninggal dunia.” Kata Biuqbiuq.

Beberapa waktu kemudian Lolotabang melihat pohon pisang yang ditanam adiknya tampak layu. Itu berarti adiknya sedang sakit keras sendirian di rumah mereka. Beberapa hari kemudian batang pisang itu pun mati. Hal itu berarti adiknya telah meninggal dunia. Lolotabang bertambah sedih Datu yang memperistrinya tidak mengizinkan dia menjenguk adiknya yang mungkin telah meninggal dunia.

Beberapa waktu kemudian Lolotabang mendengar tentang ada sebuah lubuk di sebuah sungai yang sangat dalam. Menurut kepercayaan orang-orang lubuk yang dalam itu memiliki kekuatan ajaib. Semisal orang yang sedang sakit mandi di lubuk itu, dia akan sembuh. Jika dia orang yang penuh kesedihan dan penderitaan hidup dia akan menjadi lupa tentang kesedihan dan penderitaannya. Lolotabang kemudian meminta diizinkan untuk mandi di sungai pada lubuk itu. Datu yang memperistrinya mengizinkan dan dia ditandu pergi ke sungai.

Setibanya di sungai tepat pada lubuk yang sangat dalam itu. Lolotabang meminta para pengusung dan pengiringnya untuk menjauh. Semua menjauh, kemudian Lolotabang langsung melompat ke dalam lubuk ajaib itu. Setelah melompat lama sekali dia tidak muncul-muncul ke permukaan. Sehingga para pengiringnya pergi pulang melaporkan pada datu.

Sementara itu, Lolotabang terus menerus menyelam ke dalam lubuk sampai ke dasarnya. Sampai di dasarnya dia berjumpa dengan penunggu sungai, Dewa Sungai. Dewa Sungai itu berbentuk seekor kuda. Melihat Lolotabang yang sangat cantik dan masih sangat muda. Dewa Sungai itu tertarik padanya dan ingin memperistrinya.

“Aku akan menikahimu, wahai wanita cantik.” Kata Dewa Sungai itu.

“Aku bersedia, tapi ada syaratnya. Kau harus mengizinkan Aku merawat adikku.” Kata Lolotabang.

“Baiklah, kalau itu syaratnya.” Ujar Dewa Sungai. Kemudian Lolotabang menceritakan tentang kehidupannya yang sudah menjadi yatim piatu bersama adiknya. Kemudian dia dilarikan oleh seorang Datu jahat dan dia berpisah dengan adiknya yang masih anak-anak. Dia juga menceritakan perlakuan Datu yang jahat itu pada adiknya dan datu itu juga mengurungnya di rumah. Kemudian Lolotabang dan Dewa Sungai itu berengang ke permukaan dan melompat ke daratan. Tiba di daratan Dewa Sungai itu berubah wujud menjadi seorang pemuda yang gagah dan tampan. Dia memiliki sebuah tongkat yang memiliki kekuatan ajaib. Keduanya kemudian menikah secara sah menurut hukum adat.

Keduanya kemudian pergi ke rumah Lolotabang. Tiba di rumahnya Lolotabang menjumpai adiknya benar-benar telah meninggal dunia. Betapa sedih dan pilu hati Lolotabang melihat keadaan adiknya yang sangat menderita. Suami yang sah kemudian meminta Lolotabang memasak bubur. Setelah masak, bubur itu oleh suami sahnya dia teteskan di mulut adiknya. Dengan kehendak yang mahakuasa adik Lolotabang kembali hidup lagi. Lolotabang menjadi sangat bahagia dan menangis haru.

Tiba-tiba di halaman rumah terdengar suara kuda berhenti. Ternyata yang datang adalah datu yang menculiknya dan menjadikannya istri secara paksa. Melihat itu, suami sah Lolotabang tidak memberi kesempatan datu yang jahat itu kembali mengganggu Lolotabang. Dia melompat ke luar rumah, lalu melompat ke atas atap rumah. Dari atap rumah dia mengarahkan tongkatnya yang punya kekuatan ajaib. Kekuatan ajaib itu menyambar tubuh datu jahat itu, dan dia mati seketika. Sejak saat itu, Lolotabang, Biuqbiuq dan suami kakaknya tinggal di rumah mereka. Mereka pun hidup bahagia dan saling menjaga.

Rewrite: Tim Apero Fublic
Editor. Ahmad Reni, E.
Palembang, 24 Mei 2022.
Sumber: Muhammad Sikki, Dkk. Struktur Sastra Lisan Toraja. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986

Sy. Apero Fublic

0 comments:

Posting Komentar