Mengenal Lelakaq: Pantun Berbahasa Melayu Sasak.
Seperti di Pilifina Selatan, Melayu Patani di Thailand dan lainnya. Sasak nama kelompok masyarakat yang mendiami Pulau Lombok, di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pantun berbahasa daerah Sasak sama dengan pantun pada umumnya, terdiri dari empat baris kalimat.
Dua sampiran pada kalimat satu dan dua. Dua kalimat isi pada
kalimat ke tiga dan ke empat. Fungsi lelakaq atau pantun berbahasa daerah Sasak,
untuk hiburan dan nasihat. Pemuda dan Pemudi juga suka bebalas lelakaq, atau
pantun berbalas secara umum dikenal di Indonesia. Ada beberapa bagian lelakaq
dalam masyarakat Melayu Sasak.
1.Lelakaq
Jenaka (Pantun Jenaka).
Lamun kencili
lantong tali. (Kalau burung kencili membawa tali).
Kelak kelor
sintung tumpah. (Rebus kelor hanya untuk tumpah).
Ndaq sili inaq
rari. (Jangan marah bibi).
Nyelemorang
ate susah. (menghibur hati susa).
2.Lelakaq
Nyaoke (Pantun Pengabdian). Pantun ini berisi pernyataan seseorang untuk mengabdi
pada raja. Emben paoq
emben gule (Dimana mangga dimana gula).
Paoq amplem
manis mateng (Mangga mampelam manis matang).
Embe taoq kaji
ngaule (di mana tempat hamba mengabdi).
Mule tulen
tgedeng raden (sudah pasti di istana).
3.Lelakak
Asmara (Pantun Cinta).
Pantun ini sangat disukai oleh pemuda dan pemudi. Isi
lelakaq atau isi pantun tentang kasih sayang dan percandaan.
Jejojoq daan
Baleka (Jelojok barat Baleka).
Sabuk Bali
bekantong dua (Ikat pinggang Bali bersaku dua).
Beciq Lomboq
langanku seda (Tinggi ramping menawan saya).
Sanggup kaji
angantong sida (sanggup saya mengantar Anda).
Ijuk malaq
daun kere (Ijuk bambu daun lontar).
Dang bangent
sekeroro (Ketan kukus sebakul).
Ndeqku bengaq
ariq ndeq mele (Saya tidak heran adik tidak mau).
Ndeq araq
bangket taoq ngaro (Tidak ada sawah tempat menanam padi).
4.Lelakak
Pepija (Pantun Teka-Teki).
Pantun teka-teki sangat digemari oleh masyarakat,
terutama pemuda dan pemudi. Isi pantun menceritakan percandaan yang menghibur,
lucu, atau membuat tawa. Pepija adalah nama tradisi masyarakat Sasak pada malam
memasak nasi pada acara pernikahan. Biasanya yang memasak nasi atau mengukus
nasi adalah para pemuda dan pemudi.
Selebung Batu
Beleq (Selebung Batu Beleq).
Uah kedung gin
ta kumbeq (Sudah terlanjur akan kita apakan).
Buaq ara-ara
(Buah ara-ara).
Selek bewena
(Patah cabangnya).
Dedara-dedara
(Gadis-gadis).
Lowek telena
(Becek kelaminnya).
Tongko Labuan
(Bangau di Labuan).
Dento nakaruan
(Kelak baru jelas).
5.Lelakaq
Tuduh.
Lelakaq Tuduh
atau Pantun Ungkapan Perasaan yang biasanya berisi ratapan atau ungkapan rasa
sedih seseorang.
Selebung Batu
beleq (Selebung Batu Beleq).
Pengorong baku
bawi (Pinggir kali tempat Bibi).
Uah kedung gin
ke kumbeq (Sudah terlanjur akan diapakan).
Tesorong isiq
janji (Didorong oleh janji).
Ijuk malaq
daun kere (Ijuk bambu daun lontar).
Dang banget
sekararo ndeqku bengaq (Ketan kukus sebakul).
Ariq ndeq mele
(Saya tidak heran adik tidak mau).
Ndeq araq
bangket taoq ngaro (Tidak ada sawah tempat menanm padi).
6. Lelakaq
Sindiran atau Pantun Sindiran
Lelakaq
Sindiran atau Pantun Sindiran berfungsi untuk nasihat. Dengan harapan saat
mendengar isi pantun orang-orang akan mengerti atas kesalahannya.
Sejejai undal
tune (Setempurung kulit ari ikan tuna).
Sejebung daon
sine (Segenggam daun sine).
Sai epen
kembang terune (Siapa punya kembang teruna silahkan).
Silaq dekung
jari bineq (Cangkok jadi bibit).
7.Lelakaq
Agama atau Pantun Agama
Pantun ini
berisi tentang ajaran agama dan nasihat-nasihat yang sesuai dengan agama Islam.
Ilmu-ilmu agama disampaikan melalui pantun sehingga menjadi mudah menyampaikan
dan diingat oleh orang-orang. Masyarakat Melayu Sasak mayoritas beragama Islam.
Daon waru jari
lelayang (Daun waru jadi layang-layangan).
Bau paku sedin
erat (petik paku pinggir parit).
Pacu-pacu
gaweq sembahyang (Rajin-rajin mengajarkan sembahyang).
Jari sango leq
aherat (Jadi bekal di akhirat).
Demikianlah penjelasan tentang lelakaq atau pantun berbahasa Melayu Sasak di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sumber dikutip dari buku berjudul Sastra Lisan Sasak yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta 1987.
Buku disusun oleh Shaleh Saidi, Nazir Thoir, I Gusti Nugrah Bagus, I Ketut Asa Kartika, Maria Gorethy Nie Nie. Buku dapat dijumpai di Perpustakaan Daerah atau Perpustakaan Pusat.
Rewrite. Tim Apero Fublic.
Editor. Desti,
S.Sos.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang, 26
Januari 2021.
Sy. Apero Fublic.
0 Response
Posting Komentar