e-Jurnal Sastra Apero Fublic adalah jurnal kesusastraan yang dimiliki oleh Apero Fublic Sebagai Laman Publikasi Dunia Sastra.

Syarce

Syarce adalah singkatan dari syair cerita. Syair cerita bentuk penggabungan cerita dan syair sehingga pembaca dapat mengerti makna dan maksud dari isi syair.

Apero Mart

Apero Mart adalah tokoh online dan ofline yang menyediakan semua kebutuhan. Dari produk kesehatan, produk kosmetik, fashion, sembako, elektronik, perhiasan, buku-buku, dan sebagainya.

Apero Book

Apero Book adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi semua jenis buku. Buku fiksi, non fiksi, buku tulis. Selain itu juga menyediakan jasa konsultasi dalam pembelian buku yang terkait dengan penelitian ilmiah.

Apero Popularity

Apero Popularity adalah layanan jasa untuk mempolerkan usaha, bisnis, dan figur. Membantu karir jalan karir anda menuju kepopuleran nomor satu.

@Kisahku

@Kisahku adalah bentuk karya tulis yang memuat tentang kisah-kisah disekitar kita. Seperti kisah nyata, kisah fiksi, kisah hidayah, persahabatan, kisah cinta, kisah masa kecil, dan sebagaginya.

Surat Kita

Surat Kita adalah suatu metode berkirim surat tanpa alamat dan tujuan. Surat Kita bentuk sastra yang menjelaskan suatu pokok permasalaan tanpa harus berkata pada sesiapapun tapi diterima siapa saja.

Sastra Kita

Sastra Kita adalah kolom penghimpun sastra-sastra yang dilahirkan oleh masyarakat. Sastra kita istilah baru untuk menamakan dengan sastra rakyat. Sastra Kita juga bagian dari sastra yang ditulis oleh masyakat awam sastra.

Apero Gift

Apero Gift adalah perusahaan yang menyediakan semua jenis hadia atau sovenir. Seperti hadia pernikahan, hadia ulang tahun, hadiah persahabatan, menyediakan sovenir wisata dan sebagainya. Melayani secara online dan ofline.

Kamis, 14 Oktober 2021

Sastra Klasik: Geguritan Ni Sumala.

JURNAL SASTRA APERO FUBLIC.- Geguritan adalah jenis sastra klasik yang berbentuk tembang dengan cerita. Geguritan Ni Sumala hasil kesastraan masyarakat dari Pulau Bali. Geguritan juga juga terdapat di Pulau Jawa, terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah. Naskah Geguritan Ni Sumala dialih bahasakan oleh Drs. Ketut Nuarca. Naskah merupakan koleksi lontar Fakultas Sastra Universitas Udayana. Pada masa itu naskah berkode (Kropah) No. 379.

Cerita singkat Geguritan Ni Sumala menceritakan bahwa tokoh sastra yang bernama Ni Sumalah adalah seorang anak yatim piatu. Tubuhnya cacat dan pekerjaannya selalu mengemis dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu dia menjadi bahan tertawa-an dan cacian masyarakat di desanya. Oleh sebab itulah dia pergi meninggalkan desanya, pergi tanpa arah dan tujuan. Dalam perjalanan tersebut, tibalah Ni Sumala di sebuah bukit yang indah dan ada taman yang dihiasi bunga-bungaan. Dia merasa tenang, juga mengetahui kalau tempat itu adalah tempat tinggal para dewa.

Disana terdapat sebuah kolam, Ni Sumala kemudian mandi dan membersihkan seluruh tubuhnya. Setelah selesai mandi dan keluar dari kolam, ajaib sekali Ni Sumala berubah menjadi wanita yang sangat cantik. Dengan cepat kecantikan Ni Sumala diketahui para dewa, terutama Betara Siwa. Batara Siwa datang menemui Ni Sumala. Singkat cerita, Ni Sumala kemudian hamil.

Setelah kejadian itu, di Kayangan terjadi peristiwa dimana Betara Siwa bertengkar dengan istrinya, Dewi Uma.  Dia mengetahui atas hubungan Betara Siwa dengan Ni Sumala. Kemudian Dewi Uma bersama seorang raksasa bernama Ni Kalika mendatangi Ni Sumala. Namun, Ni Sumalah sudah tidak lagi di bukit itu. Dia sudah pergi dan kemudian dia dipungut anak oleh keluarga petani, De Dukuh.

Di rumah De Duku Ni Sumala kemudian melahirkan dua anak kembar laki-laki. Dua anaknya dinamakan Sang Krepatmaja dan Sang Krepaputra. Ni Sumala kemudian berganti nama, Sang Wedawati. Setelah kedua anaknya dewasa, mereka ingin menjumpai ayah mereka di Kayangan atau Sorga Luka.

*****

Dalam buku Geguritan Ni Sumala ada juga naskah geguritan berjudul, Dukuh Wanasara. Geguritan Dukuh Wanasara dialih aksarakan dan dialihbahasakan oleh Nengah Medera milik Ida Bagus Ketut Kajang, Desa Mambal, Badung. Pada hakekatnya geguritan tersebut melukiskan nilai-nilai kehidupan manusia. Manusia pada hakikatnya memiliki tiga sifat yaitu Satwan (kebenaran), rajah (kedinamisan), dan tamah (kelobaan).

Dalam geguritan Dukuh Wanasara mempunyai tiga tokoh, dengan sifat-sifatnya masing-masing. Yaitu, I Satwan, I Rajas, dan I Tamah. Masing-masing tokoh memiliki lakon yang berbeda sekali. Walau ketiganya adalah saudara kandung. Penulis geguritan Dukuh Wanasara penulis menggambarkan sifat dan kelakuan ketiganya dengan detail. Sehingga tampak jelas sekali perbedaan watak ketiganya walau mereka saudara kandung. Dinilai dari ajaran agama dan etika kehidupan. Geguritan Dukuh Wanasara dialih aksara oleh Nengah Medera. Berikut cuplikan Geguritan Ni Sumala:

Bahasa Indonesia Puh Ginada.

1.Tuhan Maha Pencipta, sudi menyertai, maafkanlah (saya) manusia sengsara, memberanikan diri mengarang lagu, bertembang ginada yang kurang baik, kurang lebih, hurupnya jelek sekali.

2.Sekarang akan dilanjutkan diceritakan pada zaman dahulu, ada suatu kisah, seorang anak dari desa, bernama Ni Sumala, anak perempuan, miskin, lagi pula cacat.

3.Seperti tak ada yang menyamai, kejelekannya di daerah Bali, semua ada pada dirinya, kurus kering tak bertenaga, keluarganya dan masyarakat membenci, karena sering mengemis ke beberapa daerah.

Bahasa Daerah Bali, Puh Ginada:

1.Singgih paduka  Hyang Kawia, sredah Hyang Kawia nyampurin, aksamanen wong kalaran, langgia ingwang minta kidung, pralambang ginada nista, tuna lewih, aksaranya bandung pisan.

2.Mangke woten gantia nika, winursateng kawia nguni, singgih wonten gagempelan, carita mangkin wong duson, Ni Sumala ngaranira, wong pawestri, ubuh tiwas, lintang malah.

3.Buka tuara ada lepiha, malan jagate di Bali, onya di awake pondong, ludin berag tani mampuh, kadang brayane mengingang, bane sai, ngagendongngilehin jagat.

Berikut cuplikan dari Geguritan Dukuh Wanasara:
Bahasa Indonesia Puh Sinom:

1.Dengan iseng saya menyusun nyanyian, dengan mendadak hari ini, bahasanya campur dan tidak menuruti pasang aksara, semoga dapat dimanfaatkan, atas kebodohan dan kekurangan saya, nakal dan tidak tahu malu ikut mengarang, ceriteranya mentah tanpa awal, tidak berinduk tidak serasi, tentu tidak menarik, mohon keikhlasannya untuk memaafkannya.

2.Memang karena kehendak hati, bukan karena merasa diri tahu, menguasai ilmu pengetahuan, mengartikan ilmu yang suci (rahasia) pada akhirnya jauh dari itu semua, bagaikan kunang-kunang terbang, ingin mencari bulan, mustahillah akan berhasil, bagaikan pula, berenang menyelusuri samudera.

3. Mustahil akan berhasil, karena luas tidak bertepi, benar-benar dorongan keinginan, demikianlah sedikit untuk ingatkan, sebagai pelita gelapnya pikirannya, semoga dikasihi oleh mereka, orang yang telah mengetahui hakekat pengetahuan, semoga tercapai melalui pikiran, mendapatkan penerangan, yang disebut terang yang sebenarnya.

Bahasa Daerah Balih Puh Sinom:

1.Iseng titiang ngawe gita, dedadakan wawu mangkin, basa manduk pasang sasar, gusti gung ampura ugi, kawimuda tuna sami, jengkal pongah milu ngapus, satwa matah tanpa purwa, ceclantungan tani asin, boya lengut, seuca ugi ngampurayang.

2.Sujati mustining manah, boyah negguh  dewek uning, tatas ring tatua aksara, nyuksmayang sastra pingit, wekasa doh iku sami, saksat kunang-kunang mabut, paksa manuju wulan, duh kapan sida kapangguh, kadi mantuk, anglangeni si arnawa.

3.duh kapan sidaning cita, dening jimbar tanpa tepi, tuhu pangaptining manah, samatra anggen pakeling, maka suluh peteng hati, mugi sih para sadulur, sang wus tatasing aksara, durus ugi saking cita, maweh suluh, sane mawasta puput galang.

*****

Buku geguritan Ni Sumala ditulis dengan dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah Bali. Terdiri dari kata pengantar, daftar isi, dan isi yang diawali geguritan Ni Sumala. Buku setebal 167 halam, dan diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta tahun 1986. Dialih aksara dan alih bahasakan oleh Drs. Ketut Nuarca. Geguritan Ni Sumala terdiri dari dua pupuh (puh), yaitu ginada dan Adri. Geguritan Dukuh Wanasara terdiri dari 12 pupuh, yaitu sinom, ginada, ginanti, sinon, ginanti, durma, semarandana, pangkur, ginanti, ginada, sinom, dangdang.

Disusun: Tim Apero Fublic
Editor. Selita, S.Pd.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 14 Oktober 2021.
Sumber: Ketut Nuarca. Geguritan Ni Sumala. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986.

Sy. Apero Fublic