Pantun Daerah Dari Provinsi Bangka Belitung
Kamis, 02 April 2020
Comment

JAF. HUMANIRA.- Pantun
berbahasa daerah kali ini. Mengangkat pantun daerah dari Provinsi Bangka
Belitung. Secara sosial budaya masyarakat Melayu Bangka Belitung tidak banyak
berbeda dengan masyarakat Melayu Sumatera Selatan. Secara historis wilayah
Bangka Belitung dari masa Kedatuan Sriwijaya, Kesultanan Palembang, setelah
kemerdekaan Indoenesia. Provinsi Bangka Belitung menyatu dengan Provinsi
Sumatera Selatan. Baru pada tahun 21 November 2000 Kepulauan Bangka Belitung
menjadi provinsi otonomi baru.
Tidak heran mengapa
kebudayaan Provinsi Bangka Belitung sama dengan kebudayaan Provinsi Sumatera
Selatan. Perbedaan dalam bahasa hanya sebatas berbeda pada dialeg ujung kata. Bangka Belitung juga memiliki banyak jenis
kesenian asli daerahnya. Salah satunya adalah kesenian Dambus. Kesenian Dambus
adalah bentuk akuturasi budaya Timur Tengah dan budaya Melayu dengan memasukkan
unsur-unsur yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Kesenian Dambus diiringi
dengan pantun asli berbahasa Melayu. Berikut ini pantun daerah dari Provinsi
Bangka Belitung.
Pada pembukaan
pertunjukan seni. Diawali dengan takzim
atau syair pembuka. Syair pembuka juga berupa pantung berbahasa Melayu Bangka
Belitung.
(Bahasa Bangka)
Ikan gurame
ikanlah gabus
Hay gabus
diasen di atas tampa
Izin kami
bermain dambus
Hay bermain
dambus Abulah Samah.
Abulah Samah
memakek jubah
Hai jubah
dipakai disubuh ari
Biarpun zaman
lah berubah
Musiklah dambus
tetap lestari
(Terjemahan ke Bahasa Indonesia)
Ikan gurami
ikanlah gabus
Hay gabus
diasin di atas tampa
Izinkan kami
bermain dambus
Hay bermain
dambus Abulah Samah.
Abulah Samah
memakai jubah
Hay jubah
dipakai diwaktu subuh
Biarpun zaman
sudah berubah
Musiklah dambus
tetap lestari.
(Bahasa Bangka)
Lagu ini hanya
cerita
Kisah bujang
dahulu kala
Nenger kisah
nites aek mata
Urang bujang
hai Abu Samah.
Abu Samah
memakai peci
Anyaman asli
Bangka Belitung
Entah mengape
di dalam hati
Sedih hati
tidak tertanggung
Abu Samah
memakai sarong
Sarong songket
khas Melayu
Bukan nasib
tak berujong
Dak berani
untuk merayu
Sayenglah sayeng
burung ketutu
Hendak terbang
patahlah sayap
Sungguhlah sayeng
hendak merayu
Kata yang
santun dak terucap
Orang Melayu
memakai keris
Negeri harum
sangat terkenal
Abu Samah seneng
kek gadis
Dak berkata
menjadi sesal
Besaklah besak
ikan tenggiri
Ikan asen
kereng dijemur
Hendak kehendak
cari pengganti
Nyarik yeng
baru tuelah umur
Mimanglah keras
si batu karang
Tempat sembunyik
ikan berujong
Dengar ikhlas
si urang bujang
Ade yang renyek
langsung berumong
Kalulah keras
sebuah batu
Pecahkanlah pakek
palu
Kalok ikak
urang pemalu
Sampai tue dak
laku-laku.
(Terjemahan ke Bahasa Indonesia)
Lagi ini hanya
cerita
Cerita laki-laki
dahulu kala
Mendengar ceritanya
meneteskan air mata
Seorang laki-laki
bernama Abu Sama
Abu Samah
memakai peci
Anayam asli
Bangka Belitung
Entah mengapa
di dalam hati
Sedih hati tidak
tertanggung
Abu Samah
memakai kain sarung
Sarung songket
khas Melayu
Bukan nasib tidak
berujung
Tidak berani
untuk merayu
Sayanglah
sayang burung perkutut
Hendak terbang
patahlah sayap
Sungguhlah sayang
hendak merayu
Kata yang
santun tidak terucap
Orang Melayu
memakai keris
Negeri harum
sangat terkenal
Abu Samah suka
dengan seorang gadis
Tidak berkata
menjadi sesal
Besarlah besar
ikan tenggiri
Ikan asin
kering dijemur
Hendaklah hendak
cari pengganti
Mencari yang
baru tualah umur
Memanglah keris
si batu karang
Tempat sembunyi
ikan burujong
Mendengar ikhlas
si orang bujang
Ada yang tidak
suka langsung menjadi omongan
Kalau keras
sebuah batu
Pecahkanlah memakai
palu
Kalau diri
kita orang pemalu
Sampai tua
tidak laku-laku.
(Penutup syair. Bahasa Bangka)
Manceng gabus
di Sukadamai
Dimasak lempah
enak dimakan
Kami bedambus
mimang dak pandai
Kalaulah salah
mohon dimaafkan
Terime kasih sampai
disini
Semoga kite
ketemu agik.
(Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia)
Memancing ikan
gabus di Sukadamai
Dimasak lempah
enak dimakan
Kami berdambus
memang tidak pandai
Kalau salah
mohon dimaafkan
Terimah kasih
sampai disini
Semoga kita
bertemu lagi.
Syair Abu
Samah koleksi dari Sanggar Titian Muhibah. Sumber dan di kutip dari Skripsi:
Tri Astuti. Nilai-Nilai Islam Yang Terkandung Dalam Syair Kesenian Dambus Di
Kelurahan Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka (1950-2012). Palembang:
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Fakultas Adab dan Humaniora.
Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam, 2017. h. 87-92.
Rewrite: Apero Fublic
Editor.
Selita. S.Pd.
Palemban, 2
April 2020.
Sy. Apero Fublic
0 Response
Posting Komentar