Humaniora

Humaniora
Publish Your Articles in the Journal Apero Fublic of Humaniora

Putri Satarina dan Tujuh Bidadari

Putri Satarina dan Tujuh Bidadari
Share

JAF. HUMANIORA.- Suatu masa, hiduplah sepasang suami istri yang bahagia. Memiliki seorang anak perempuan bernama, Satarina. Namun kebahagiaan keluarga kecil itu berakhir, saat istrinya jatuh sakit. Setelah berusaha diobati, namun sakit terus bertambah parah dan akhirnya meninggal dunia. Ayah dan anak begitu kehilangan dan bersedih.

Beberapa waktu kemudian, ayah Satarina merasa kehidupan keluarga sangat kerepotan. Untuk itu, dia berencana untuk menikahi sehingga dia dapat mengurus anaknya Satarina dengan baik. Kemudian menikahlah ayah Satarina dengan seorang janda yang memiliki anak perempuan juga bernama, Katarina.

Satarina tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan baik perangainya. Sementara Katarina keadaan sebaliknya, wajahnya tidak cantik dan matanya membelalak. Ditambah juga perangainya tidak baik. Waktu berlalu cepat, akhirnya Satarina yang cantik dan baik cepat mendapat jodoh. Sementara Katarina sudah lama tidak ada yang melamar. Melihat keberuntungan hidup Satarina demikian, ibu tiri dan adik tiri Katarina menjadi iri. Timbulah niat jahat di dalam hati mereka.

Satarina kemudian melahirkan seorang anak. Ibu tiri Satarina sering memandikan anak satarina dengan air hangat. Suatu hari, ayah dan suami Satarina sedang tidak ada di rumah. Keadaan itu dimanfaatkan oleh Ibu tiri Satarina untuk berbuat jahat. Dia kemudian mengajak Satarina mandi di sungai. Sementara Katarina saudara tirinya menjaga anak Satarina. Tiba di sungai, Satarina menolak untuk turun mandi ke sungai. Karena dia tidak bisa berenang.

“Tidak apa-apa, kita mandi di pinggir sungai saja.” Kata ibu tirinya memaksa, dan akhirnya Satarina menuruti saja. Mandilah di pinggiran sungai yang surut. Tanpa disangkah-sangkah, ibu tiri Satarina mendorong tubunya ke tengah dimana air dalam dan deras. Sehingga Satarina akhirnya meninggal karena lemas. Setelah yakin Satarina telah meninggal, ibu tirinya pulang ke rumah.

“Katarina, kau sekarang menyamarlah menjadi Satarina. Saat suami Satarina pulang, kau masuk kamar mereka dan tutup pintu jendela.” Kata Ibu Katarina. Katarina menuruti perintah ibunya, dia juga merasa senang. Pulanglah ayah dan suami Satarina.

“Ibu, dimana Satarina.” Tanya suaminya.

“Satarina di kamar, bersama anaknya.” Jawab ibu tiri Satarina. Saat masuk kamar, keadaan kamar gelap gulita karena jendela tertutup rapat.

“Alangkah gelapnya, Dinda. Bukalah pintu Aku tidak dapat melihat dengan jelas.” Kata suami Satarina.

“Jangan dulu, Kanda. Mataku sedang sakit, jadi silau melihat cahaya.” Jawab Katarina, suami Satarina tidak menyadari kalau itu bukan istrinya Satarina, tapi Katarina adik tirinya. Pada suatu hari, datanglah undangan keluarga. Untuk itu, Katarina memakai pakaian Satarina dan memakai penutup wajah sehingga hanya matanya yang terlihat. Setelah acara selesai mereka pulang dan kembali kedalam kamar yang gelap.

*****

Sementara itu, setelah tubuh Satarina tenggelam lemas di dalam sungai. Dari langit turun tujuh bidadari menuju sungai untuk mandi. Saat masuk kedalam sungai salah satu dari mereka menemukan tubuh Satarina dibawa arus sungai. Setelah mandi, tujuh bidadari itu membawa Satarina ke langit dimana istana mereka. Di sana tubuh Satarina kemudian disiram dengan air kehidupan. Sehingga Satarina kemudian menjadi hidup kembali. Lalu mereka memasangkan sayap pada tubuh Satarina.

Seperti biasa, ketujuh bidadari itu akan mandi. Pada suatu malam yang cerah, mereka pergi mandi ke sungai seperti biasa. Satarina dibawa juga dan dia sekarang bisa terbang. Selesai mandi, Satarina meminta izin untuk menyusui anaknya di rumah.

“Oh, kau sudah punya anak, Satarina.” Tanya seorang Bidadari.

“Iya, saya sudah punya seorang anak. Aku akan menyusuinya, kiranya dia sudah lapar.” Jawab Satarina. Sebelum pulang Satarina menceritakan kejadian yang menimpanya sebelum ditemukan oleh tujuh bidadari itu. Dia punya suami, anak, ayah, ibu tiri dan saudara tiri. Sampai hari itu, dia didorong ibu tirinya ke air sungai yang dalam. Karena tidak bisa berenang dia lemas di dalam air, dan meninggal dunia.

“Terimakasih kalian sudah membantu dan menyelamatkanku.” Kata Satarina, dan semuanya mengiakan serta ikut bersedih atas kejadian buruk menimpa Satarina.  Ketujuh bidadari itu memberikan izin untuk menyusui anaknya. Syaratnya tidak boleh lama-lama di rumanya. Sebab dia sekarang sudah menjadi bidadari juga.

Satarina tiba di rumahnya, dia menggendong anaknya. Rasa rindu dan sayang terobati dan tidak henti-hentinya dia mencium anaknya. Rasanya dia tidak mau berpisah lagi. Lupalah Satarina dengan janjinya agar tidak berlama-lama. Tujuh bidadari menjadi khawatir karena hari sudah menjelang pagi. Maka tujuh bidadari mendatangi rumah Satarina. Setelah sampai di dekat rumah Satarina, tujuh bidadari bernyanyi memanggil Satarina.

“Putri Satarina,
Putri Satarina,
Putri Satarina,
Mari kita pulang,
Hari hampir siang.” Kemudian dijawab oleh Satarina.
“Putri Tujuh-Tujuh,
Putri Tujuh Tujuh,
Putri Tujuh-Tujuh,
Tunggulah dahulu,
Anakku sedang menyusu.”

Mendengar lagu Putri Satarina maka menunggulah ketujuh bidadari itu. Tidak lama kemudian berseru pula sampai tujuh kali hingga turun hujan lebat. Bersamaan itu juga, menghilanglah tujuh bidadari dan Satarina.

Para tetangga yang mendengar nyanian berbalas-balasan antara Putri Satarina dan Tujuh Bidadari menceritakan pada suami Satarina. Suami Satarina merasa aneh, benarkah istrinya seorang bidadari. Maka, suami Satarina mulai berjaga-jaga setiap malam. Tibalah malam yang cerah dan banyak bintang bertaburan. Seperti biasa, kembalilah tujuh bidadari dan Satarina turun ke bumi dan mandi di sungai seperti biasa. Setelah mandi, Satarina meminta izin untuk menyusui anaknya dan dia kembali ke rumah.

Suami Satarina yang sudah bersembunyi, mulai mendengar adanya yang mendatangi rumah mereka. Tidak lama kemudian terdengar nyanyian Satarina dan tujuh bidadari yang saling berbalas-balas. Benarlah apa yang diceritakan oleh tetangganya, pikir suami Satarina. Perlahan suami Satarina masuk kerumah dan langsung menyergap dan menangkap Satarina yang sedang menyusui anaknya. Kemudian suami Satarina memotong sayap Satarina dan dia tidak bisa lagi terbang.

Setelah itu, Putri Satarina menceritakan semua kejadian awal dan akhirnya sampai dia menjadi bidadari pada suaminya. Mendengar itu, betapa marah suami Satarina. Dia tahu sekarang mertua tirinya telah berbuat jahat pada istrinya. Sedangkan saudara tirinya yang menyamar menjadi istrinya Satarina. Keesokan harinya, suami Satarina menangkap ibu tiri dan saudara tiri Satarina dan dia masukkan kedalam balok kayu yang berlobang. Kemudian dia gulingkah ke lembah berjurang dalam. Sehingga kedua wanita jahat itu berakhir. Setelah itu, hidup bahagialah Satarina, suaminya, anak dan ayahnya.

Rewrite. Tim Apero Fublic
Editor. Rama Saputra
Tatagambar. Dadang Saputra.
Palembang, 25 Juli 2022.
Sumber: M.Arief Mattalitti, Dkk. Sastra Lisan Wolio. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985.

Sy. Apero Fublic

0 Response

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel