Putri Satarina dan Tujuh Bidadari
Beberapa
waktu kemudian, ayah Satarina merasa kehidupan keluarga sangat kerepotan. Untuk
itu, dia berencana untuk menikahi sehingga dia dapat mengurus anaknya Satarina
dengan baik. Kemudian menikahlah ayah Satarina dengan seorang janda yang
memiliki anak perempuan juga bernama, Katarina.
Satarina
tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan baik perangainya. Sementara
Katarina keadaan sebaliknya, wajahnya tidak cantik dan matanya membelalak.
Ditambah juga perangainya tidak baik. Waktu berlalu cepat, akhirnya Satarina
yang cantik dan baik cepat mendapat jodoh. Sementara Katarina sudah lama tidak
ada yang melamar. Melihat keberuntungan hidup Satarina demikian, ibu tiri dan
adik tiri Katarina menjadi iri. Timbulah niat jahat di dalam hati mereka.
Satarina
kemudian melahirkan seorang anak. Ibu tiri Satarina sering memandikan anak
satarina dengan air hangat. Suatu hari, ayah dan suami Satarina sedang tidak
ada di rumah. Keadaan itu dimanfaatkan oleh Ibu tiri Satarina untuk berbuat
jahat. Dia kemudian mengajak Satarina mandi di sungai. Sementara Katarina
saudara tirinya menjaga anak Satarina. Tiba di sungai, Satarina menolak untuk
turun mandi ke sungai. Karena dia tidak bisa berenang.
“Tidak
apa-apa, kita mandi di pinggir sungai saja.” Kata ibu tirinya memaksa, dan
akhirnya Satarina menuruti saja. Mandilah di pinggiran sungai yang surut. Tanpa
disangkah-sangkah, ibu tiri Satarina mendorong tubunya ke tengah dimana air
dalam dan deras. Sehingga Satarina akhirnya meninggal karena lemas. Setelah
yakin Satarina telah meninggal, ibu tirinya pulang ke rumah.
“Katarina,
kau sekarang menyamarlah menjadi Satarina. Saat suami Satarina pulang, kau
masuk kamar mereka dan tutup pintu jendela.” Kata Ibu Katarina. Katarina
menuruti perintah ibunya, dia juga merasa senang. Pulanglah ayah dan suami
Satarina.
“Ibu,
dimana Satarina.” Tanya suaminya.
“Satarina
di kamar, bersama anaknya.” Jawab ibu tiri Satarina. Saat masuk kamar, keadaan
kamar gelap gulita karena jendela tertutup rapat.
“Alangkah
gelapnya, Dinda. Bukalah pintu Aku tidak dapat melihat dengan jelas.” Kata
suami Satarina.
“Jangan
dulu, Kanda. Mataku sedang sakit, jadi silau melihat cahaya.” Jawab Katarina,
suami Satarina tidak menyadari kalau itu bukan istrinya Satarina, tapi Katarina
adik tirinya. Pada suatu hari, datanglah undangan keluarga. Untuk itu, Katarina
memakai pakaian Satarina dan memakai penutup wajah sehingga hanya matanya yang
terlihat. Setelah acara selesai mereka pulang dan kembali kedalam kamar yang
gelap.
*****
Sementara
itu, setelah tubuh Satarina tenggelam lemas di dalam sungai. Dari langit turun
tujuh bidadari menuju sungai untuk mandi. Saat masuk kedalam sungai salah satu
dari mereka menemukan tubuh Satarina dibawa arus sungai. Setelah mandi, tujuh
bidadari itu membawa Satarina ke langit dimana istana mereka. Di sana tubuh
Satarina kemudian disiram dengan air kehidupan. Sehingga Satarina kemudian
menjadi hidup kembali. Lalu mereka memasangkan sayap pada tubuh Satarina.
Seperti
biasa, ketujuh bidadari itu akan mandi. Pada suatu malam yang cerah, mereka
pergi mandi ke sungai seperti biasa. Satarina dibawa juga dan dia sekarang bisa
terbang. Selesai mandi, Satarina meminta izin untuk menyusui anaknya di rumah.
“Oh,
kau sudah punya anak, Satarina.” Tanya seorang Bidadari.
“Iya,
saya sudah punya seorang anak. Aku akan menyusuinya, kiranya dia sudah lapar.”
Jawab Satarina. Sebelum pulang Satarina menceritakan kejadian yang menimpanya
sebelum ditemukan oleh tujuh bidadari itu. Dia punya suami, anak, ayah, ibu
tiri dan saudara tiri. Sampai hari itu, dia didorong ibu tirinya ke air sungai
yang dalam. Karena tidak bisa berenang dia lemas di dalam air, dan meninggal
dunia.
“Terimakasih
kalian sudah membantu dan menyelamatkanku.” Kata Satarina, dan semuanya
mengiakan serta ikut bersedih atas kejadian buruk menimpa Satarina. Ketujuh bidadari itu memberikan izin untuk
menyusui anaknya. Syaratnya tidak boleh lama-lama di rumanya. Sebab dia
sekarang sudah menjadi bidadari juga.
Satarina
tiba di rumahnya, dia menggendong anaknya. Rasa rindu dan sayang terobati dan
tidak henti-hentinya dia mencium anaknya. Rasanya dia tidak mau berpisah lagi.
Lupalah Satarina dengan janjinya agar tidak berlama-lama. Tujuh bidadari
menjadi khawatir karena hari sudah menjelang pagi. Maka tujuh bidadari
mendatangi rumah Satarina. Setelah sampai di dekat rumah Satarina, tujuh
bidadari bernyanyi memanggil Satarina.
“Putri
Satarina,
Putri
Satarina,
Putri
Satarina,
Mari
kita pulang,
Hari
hampir siang.” Kemudian dijawab oleh Satarina.
“Putri
Tujuh-Tujuh,
Putri
Tujuh Tujuh,
Putri
Tujuh-Tujuh,
Tunggulah
dahulu,
Anakku
sedang menyusu.”
Mendengar
lagu Putri Satarina maka menunggulah ketujuh bidadari itu. Tidak lama kemudian
berseru pula sampai tujuh kali hingga turun hujan lebat. Bersamaan itu juga,
menghilanglah tujuh bidadari dan Satarina.
Para
tetangga yang mendengar nyanian berbalas-balasan antara Putri Satarina dan
Tujuh Bidadari menceritakan pada suami Satarina. Suami Satarina merasa aneh,
benarkah istrinya seorang bidadari. Maka, suami Satarina mulai berjaga-jaga
setiap malam. Tibalah malam yang cerah dan banyak bintang bertaburan. Seperti
biasa, kembalilah tujuh bidadari dan Satarina turun ke bumi dan mandi di sungai
seperti biasa. Setelah mandi, Satarina meminta izin untuk menyusui anaknya dan
dia kembali ke rumah.
Suami
Satarina yang sudah bersembunyi, mulai mendengar adanya yang mendatangi rumah
mereka. Tidak lama kemudian terdengar nyanyian Satarina dan tujuh bidadari yang
saling berbalas-balas. Benarlah apa yang diceritakan oleh tetangganya, pikir
suami Satarina. Perlahan suami Satarina masuk kerumah dan langsung menyergap
dan menangkap Satarina yang sedang menyusui anaknya. Kemudian suami Satarina
memotong sayap Satarina dan dia tidak bisa lagi terbang.
Setelah itu, Putri Satarina menceritakan semua kejadian awal dan akhirnya sampai dia menjadi bidadari pada suaminya. Mendengar itu, betapa marah suami Satarina. Dia tahu sekarang mertua tirinya telah berbuat jahat pada istrinya. Sedangkan saudara tirinya yang menyamar menjadi istrinya Satarina. Keesokan harinya, suami Satarina menangkap ibu tiri dan saudara tiri Satarina dan dia masukkan kedalam balok kayu yang berlobang. Kemudian dia gulingkah ke lembah berjurang dalam. Sehingga kedua wanita jahat itu berakhir. Setelah itu, hidup bahagialah Satarina, suaminya, anak dan ayahnya.
Rewrite. Tim
Apero Fublic
Editor.
Rama Saputra
Tatagambar.
Dadang Saputra.
Palembang,
25 Juli 2022.
Sumber:
M.Arief Mattalitti, Dkk. Sastra Lisan Wolio. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1985.
Sy. Apero Fublic
0 Response
Posting Komentar