Mencari Sejarah Dalam Hikayat Raja Indra Dewa.
Kamis, 16 Juli 2020
Comment
JAF. HUMANIORA.- Hikayat Indra
Dewa adalah salah satu sastra klasik Nusantara dan Indonesia. Sastra ini muncul
pada zaman peralihan kebudayaan dan masa perkembangan Islam. Hikayat ini,
bentuk media dakwah Islam pada masyarakat masa itu, dan jalan asimilasi
kebudayaan. Naskah ditulis dalam aksara Arab Melayu atau aksara Jawi
(Nusantara). Tersimpan di museum pusat Jakarta, terdiri dari 262 halaman dan
tidak ada kolopon.
Hikayat Raja Indra Dewa
Di Negeri
Rakab Syahrum yang terletak diantara Arab dan Ajam, bertahta seorang raja yang
bijaksana, yaitu Sultan Ahmad Bersyah Jaya. Baginda berputra seorang anak
laki-laki yang di berinama Raja Indra Dewa. Setelah cukup umur, baginda ingin
anaknya menikah. Tapi anaknya belum bersedia.
Pada suatu
hari Raja Indra Dewa pergi berburu ke hutan. Selama tiga hari perburuan tidak
satu pun mendapat hewan buruan. Pulang ke istana dengan tangan hampa. Beberapa
waktu kemudian dia kembali berburu, dan menemukan kijang emas. Dia mengejar
kijang emas, tapi menghilang di dalam danau yang berada di hutan itu.
Raja Indra
Dewa menunggu kijang emas muncul, tapi tidak pernah muncul lagi. Raja Indra
Dewa mengais bersedih dengan pilunya. Kemudian datang Mentri Kerajaan Arya
Mantri bersama pamannya, Dewa Bilal Perkasa membujuk agar pulang ke Istana.
Raja Indra Dewa tidak mau pulang sebelum dia mendapatkan kijang emas itu.
Pulanglah sang paman dan mentri kerajaan. Di ceritakanlah tentang Indra Dewa di
dalam hutan tersebut.
Baginda Sultan
begitu bersedih mendengar cerita tersebut. Dia kemudian datang ke hutan
membujuk agar Indra Dewa pulang ke Istana. Tapi tetap dia tidak mau pulang
sebelum mendapatkan kijang emas yang dia lihat beberapa waktu lalu. Akhirnya
baginda sultan membuatkan anaknya sebuah mahligai. Kemudian diperintahkan
prajurit dan mentri kerajaan Arya Mantri untuk membantu perburuan Indra Dewa.
Tetapi Indra Dewa hanya ingin sendiri, akhirnya dia hanya ditemani seorang
inang pengasuhnya.
*****
Sementara itu,
di Negeri Syahrumkham (Negeri Rakab Syahrum) yang terletak di Padang Salwanta
dengan Bukit Kaf, jauhnya setahun sebulan perjalanan dari tana manusia.
Bertahtalah seorang raja jin yang bernama Sultan Ismail Syah. Dia memiliki
empat orang putri yang cantik jelita. Putri bungsunya pandai menjelma menjadi
kijang emas, burung bayan, serta dapat masuk kedalam air dengan amat mudah.
Maka dia dinamakan Putri Ratna Cahaya Iram-Iram atau Tuan Putri Mangindra Sinar
Bulan.
Pada waktu
Raja Indra Dewa berburu. Keempat Bidadari putri dari Negeri Syarumkham kebetulan sedang mandi di danau itu. Saat melihat ke empatnya madi di danau, timbullah rasa
suka pada mereka. Beberapa waktu kemudian keempat bidadari itu pulang kembali
ke Negeri Syarumkham. Kembali hati Indra Dewa bersedih. Tapi dia diberitahu
inang pengasunya kalau bidadari itu datang sekali dalam kurun waktu
setahun-sebulan. Timbullah harapan kembali Indra Dewa.
Kembali ayah
Indra Dewa Sultan Ahmad Bersyah Jaya menjemput pulang. Tapi dia belum mau
pulang sebelum mendapatkan bidadari bungsu yang dia lihat. Waktu berlalu selama
setahun lebih sebulan bidadari datang mandi di danau.
Dengan
kecerdikannya Indra Dewa berhasil mendapatkan bidadari bungsu tersebut, lalu
diperistrinya. Kini Indra Dewa rindu pada ayah dan ibunya, maka dia izin pulang
ke istana dan meminta inang pengasuhnya menjaga istrinya dengan baik. Tapi
istrinya menghilang dan Raja Indra Dewa mencarinya.
Entah apa yang terjadi Kisah
berbalik, setelah kepergian Indra Dewa. Mak inang pergi ke istana dan
melaporkan pada baginda sultan kalau Raja Indra Dewa telah menghilang. Selama
setahun dicari diseluruh pelosok negeri. Tapi Indra Dewa tidak pernah
ditemukan. Karena tidak menemukan anaknya, sultan akhirnya pergi dan menjadi
pengembara. Dia hidup berpindah-pindah, menginap di masjid-masjid atau di
surau-surau. Semua urusan istana diserahkan pada Mentri Kerajaan, Arya Mantri.
Sementara itu,
Raja Indra Dewa sampai di Negeri Yaman Lalaya. Akhlak Indra Dewa yang baik dan
pemurah menarik hati Raja Yaman, dan di panggillah Indra Dewa menghadap beliau.
Raja bertanya maksud kedatangannya. Indra Dewa menceritakan sedang mencari
istrinya bernama Putri Ratna Cahaya Iram-Iram. Raja Yaman menjadi sangat iba
dan bersedia membantu.
Kebetulan
negeri Yaman juga taklukan dari negeri Syahrumkham. Raja Indra Dewa meminta
disiapkan tujuh buah kapal yang sanggup menempuh perjalanan yang jauh dan
berbahaya. Seorang mualim yang sudah berusia lanjut menyanggupi dengan syarat
yang sulit. Tapi, semua syarat di penuhi demi bertemu dengan istrinya.
Berangkatlah Raja Indra Dewa bersama armadanya yang terdiri dari tujuh buah
kapal.
Dua bulan
pelayaran kapal diterpa angin ribut lima hari lima malam dan menenggelamkan
satu kapal. Kemudian datang angin topan selama empat hari empat malam
menenggelamkan satu kapal, sehingga kapal tinggal lima buah. Tiga bulan kemudian
datang lagi angin topan disertai petir, dan menenggelamkan satu kapal lagi. Lima
bulan kemudian lagi datang lagi angin topan yang sangat dahsyat. Sehingga
tenggelam empat kapal tersisa dan hanya tinggal Raja Indra Dewa yang terapung
di Laut Bahrulhanam.
Sampailah
Indra Dewa di negeri yang tak
berpenghuni. Dia hanya menemukan sebuah mahligai yang didiami lelaki tua.
Ternyata si lelaki tua adalah kakek dari Putri Ratna Cahaya Iram-Iram. Dia
bernama Raja Laksa Dewa dari Negeri Tagar Taratela. Saat memasuki mahligai si
orang tua sedang tidur.
Indra Dewa
melihat panah sakti lalu dia curi. Saat si kakek bangun dia melihat panah tidak
ada lagi. Tapi dia tahu kalau tadi ada seorang anak muda yang masuk. Raja Indra
Dewa akhirnya menceritakan maksud dan tujuannya datang. Sehingga si Kakek
merasa gembira, dan mempersilahkan dia tinggal sesuka hatinya. Sebab anak dan
cucu-cucunya suka bermain di mahligai-nya.
Raja Ibrahim
Syah, raja jin Islam dari Negeri Beranta Jaya mempunyai seorang anak bernama
Tuan Putri Puspa Ratna Sari Gading atau Tuan Putri Nilam Syah Jaya. Mahligainya
terletak di Padang Jeram Silih. Tiga bulan berlalu, tapi tidak menemukan
istrinya. Maka Indra Dewa ingin melanjutkan perjalanannya.
Dibekali
nasihat dan jimat dia pun pergi. Dalam perjalanan kali ini bertemu dengan jin
kafir yang ingin membunuhnya, tapi dapat dia kalahkan dengan doa yang diajarkan
kakek sebelumnya. Bertemu lagi dengan jin putih bernama Raja Karun Syah di
Bukit Dal’ih.
Mereka
berkelahi dan jin putih kalah. Akhirnya Indra Dewa bersahabat dengan jin putih
itu. Jin ini memiliki anak bernama Raja Dewa Syahdan Dewa. Beberapa waktu
tinggal bersama keluarga jin itu. Indra Dewa sebelum pergi di berikan jimat
berupa Kalika.
Ketika Indra
Dewa sampai di Negeri Beranta Jaya. Dia berhasil memikat Putri Ratna
Sarigading. Keduanya saling jatuh cinta tanpa sepengetahuan Raja Ibrahim Syah.
Saat dia mengetahui kalau putrinya bercinta dengan manusia. Maka Raja Ibrahim
Syah mau membunuh Raja Indra Dewa.
Namun rencana
itu dapat digagalkan oleh Indra Dewa, walau seluruh kekuatan kerajaan telah
dikerahkan. Ada beberapa raja yang tertarik pada Putri Ratna Sarigading, mereka
ingin menjajal kehebatan Indra Dewa. Salah satunya Raja Dewa Syahrum Dewa dari
Tasik Berangka Jaya. Tapi semua dapat Indra Dewa kalahkan, membuat Raja Ibrahim
Syah semakin masygul.
Raja Dalmasyah
Jaya, seorang raja dewa dari Damsyik Bahrul Kaya mendengar terjadi perang antara Raja Ibrahim dengan Raja Indra Dewa.
Maka dia membantu Raja Ibrahim menghadapi Raja Indra Dewa. Perang sama kuat,
tidak ada yang kalah dan menang selama empat puluh hari empat puluh malam.
Raja Dewa
Laksa Dewa mendengar berita peperangan Raja Indra Dewa. Beliau mengutus
mentrinya Malik Kisna Dewa untuk membantu Raja Indra Dewa. Begitu juga Raja
Karun Syah di Bukit Dal’ih mengirim bantuan. Dengan banyaknya bantuan membuat
Raja Ibrahim Syah bertanya-tanya. Siapakah gerangan Raja Indra Dewa.
Untuk
menghentikan perang, di utuslah Raja Karun Syah dan Mentri Malik Kisna
bermusyawarah dengan Raja Ibrahim Syah. Akhirnya dia bersedia menerima Raja
Indra Dewa menjadi menantunya. Pesta pernikahan yang meriah sekali. Di akhir
acara, Raja Karun Syah dan Mentri Malik Kisna pulang kenegerinya.
Raja Indra
Dewa meminta izin istrinya untuk mengembara. Dia pergi menuju matahari hidup
tiba di suatu tempat bernama Malwan Medan Kaca. Bertemu dengan lelaki tua
penggembala kambing, bernama Malik Ibn Bahrumsyah. Indra Dewa meminta izin
menginap.
Si orang tua
itu merasa suka cita karena akan mendapat mangsa yang mudah. Saat masuk rumah
si kakek, ternyata didalam kamar terdapat manusia yang matanya merah menyalah.
Mereka mengatakan kalau nenek itu adalah jin kafir yang mencari Indra Dewa.
Maka bertarunglah Indra Dewa dengan jin kafir, Malik Ibn Bahrumsyah.
Karena takut
terbunuh jin kafir menyerah dan bersedia menuruti semua perintah Indra Dewa.
Jin ini akhirnya masuk Islam, dan dia memiliki seorang anak dan istri. Anaknya bernama
Manik Sinar Bulan. Untuk beberapa waktu Indra Dewa tinggal di sana.
Ketika hati
Raja Indra Dewa teringat kembali Putri Ratna Cahaya Iram-Iram. Raja Indra Dewa
mohon diri untuk melanjutkan perjalanannya kembali. Dia kemudian meminta Malik
Ibn Bahrumshay untuk menikahkan anaknya dengan Raja Dalmasyah Jaya.
Dalam
perjalanan menuju Negeri Syahrumkham banyak keajaiban ditemui. Seperti kijang
emas yang di panah tidak mati. Burung Bayan yang pandai berbicara, Ikan yang
pandai berpantun. Ketika itu Putri Ratna Cahaya Iram-Iram sedang memandang alam
dari jendela. Terlihat olehnya Raja Indra Dewa sedang berkeliling mencari
mahligainya. Setelah bertemu menjadi bahagia dan mengetahui keadaan
masing-masing.
Putri Ratna
Cahaya Iram-Iram menghadap Ayah dan bundanya. Menceritakan perihal Raja Indra
Jaya dan keduanya di nikah-kan. Pesta selama tujuh hari tujuh malam. Hadir tamu
undangan, Raja Karun Syah, Raja Dalmasyah Jaya, Raja Dewa Syahdan Dewa, Mentri
Malik Kisna Dewa, dan Malik Ibn Bahrumsyah. Membuat mertuanya menjadi bangga
dengan menantunya yang ternyata bersahabat dengan raja-raja.
Waktu berlalu,
Putri Ratna Cahaya Iram-Iram hamil empat bulan dan diadakan perayaan. Lima
bulan kemudian lahir anak laki-laki bernama Raja Indra Sang Dewa. Umur tujuh
tahun telah pandai membaca Al-Quran. Di usia limabelas tahun bertambah hebat dan
pandai.
Jin
Perbayutaga dari Gunung Indalaksatara
mempunyai seorang anak laki-laki bernama, Dewa Suranggalis yang sakti.
Dia mendapat cerita kalau ayahnya mati di bunuh Raja Indra Dewa dan akan membalas
dendam. Dalam perjalanan Dewa Suranggalis mencari Raja Indra Dewa, dia bertemu
dengan anak Raja Indra Dewa, yang pulang hendak menghadap ayahnya. Dewa
Suranggalis menyangka kalau itulah Raja Indra Dewa yang membunuh ayahnya. Maka
dia bawa pergi dan akan dia lemparkan ke lautan Bukit Kaf.
Maka
terjadilah pertarungan antara keduanya. Akhirnya Dewa Suranggalis tewas di
tangan anak Raja Indra Dewa. Tapi sayang dia tidak tahu jalan pulang. Maka dia
putuskan berjalan menuju arah matahari hidup (matahari terbit atau arah timur).
Raja Ismail Syah gelisah sebab sang cucu menghilang. Ayah dan bundanya bersedih
dan mendatangkan ahli nujum. Dari keterangan ahli nujum semuanya agak lega
sedikit.
Raja Indra
Sang Dewa akhirnya bertemu seorang tua yang sedang menyabit rumput. Dari
ketrangannya negeri tersebut bernama Ipaltan Tara, Rajanya Jin Ifrit yang kafir.
Memiliki seorang putri yang cantik bernama, Nur Safa Mangindara Rupa. Orang tua
itu khawatir nanti Raja Indra Sang Dewa dibunuhnya.
Singkat
cerita, Raja Indra Sang Dewa bertemu dengan Putri Nur Safa Mangindara Rupa.
Keduanya jatuh cinta dan putri mau masuk agama Islam. Jin Ifrit akhirnya tahu
tentang cerita itu. Dia sangat murka dan memerintahkan untuk menangkap
laki-laki asing itu. Anak Jin Ifrit bernama Semarantalis, ingin mencoba
kesaktiannya. Tapi dia dikalahkan dengan mudah oleh Raja Indra Sang Dewa.
Sementara itu,
Raja Indra Dewa dan istrinya Putri Ratna Cahaya Iram-Iram, Sultan Ismail Syah
sangat berduka. Putri Ratna bermimpi melihat anaknya berenang di lautan darah.
Sehingga dia merasa khawatir dan selalu menangis. Dia meminta izin pada
suaminya untuk mencari sang anak. Dia merubah dirinya menjadi burung Bayan yang
cantik. Lalu terbang kepenjuru arah, dan menemukan sang anak sedang
bercengkarama dengan Putri Nur Safa Mangindra Rupa di mahligainya. Putri Ratna
legah melihat anaknya baik-baik saja, lalu dia pulang kembali.
Keadaan
semakin gawat perang meletus. Raja Indra Dewa mengirim balatentaranya, dibantu
oleh Raja Karun Syah, Raja Dalmasyah Jaya, Malik ibn Bahrumsyah, dan semua
raja-raja taklukan Raja Indra Dewa. Raja Kafir Baita (Raja Ifrit) murka sebab
pasukannya tidak berhasil mengalahkan Raja Indra Sang Dewa. Dewa Semandun
hulubalang Raja Baita, tewas di medan perang. Mendengar Dewa Semandun tewas
Raja Baita atau Raja Ifrit keluar bersama pasukannya.
Raja Indra
Dewa sampai di pinggiran kota, Ipalta Tara. Kemudian tentara Raja Indra Dewa
dan pasukan Raja Indra Sang Dewa menjadi satu. Terjadilah perang besar, dan
Raja Baita tewas ditangan Raja Indra Dewa. Seluruh rakyat akhirnya memeluk
Islam dengan damai. Pertemuan ayah dan anak, dan sahabat menjadi hal
mengharukan.
Raja Indra
Sang Dewa membawa ayahnya ke mahligai Putri Nur Safa. Dia tampak sedang
menangis tersedu-sedu. Dia mengenang sang ayah yang sudah tiada. Raja Indra
Dewa dan Raja Dalmasyah Jaya menuju medan perang. Mencari Semarantalis anak
Raja Baita untuk di Islamkan.
Setelah
beberapa lama tinggal di Kota Ipalta Tara. Pulanglah semuanya ke Negeri
Syahrumkham. Kemudian dilaksanakanlah pesta pernikahan besar-besaran, Raja
Indra Sang Dewa dan Putri Nur Safa. Raja Indra Dewa memerintahkan menjemput
istri keduanya, Putri Ratna Sari Gading anak Raja Ibrahim Syah dari negeri Beranta
Jaya. Dalam perjalanan menuju negeri Syarumkham rombongan penjemput bertemu
dengan rombongan Raja Dewa Syahdan Dewa merekapun diundang ke Negeri
Syahrumkham.
Acara
pernikahan tersebut bukan hanya untuk Raja Indra Sang Dewa. Tapi juga
menikahkan Semarantalis dengan Putri Madu Ratna Dewa. Menikahkan Raja Indra
Syahdan Dewa dengan Putri Mangindara Ratna Juita. Setelah itu, Raja Indra Dewa
memerintahkan membuka gedung perbendaharaan negara lalu membagikan harta kepada
rakyat miskin.
Setelah itu,
Raja Indra Dewa menghadap Raja Ismail untuk pulang ke negerinya beserta kedua
istrinya, kembali ke negeri Rakab Syarum untuk menghadap ayahnya. Yang tinggal
hanya anak dan menantunya di istana Raja Ismail. Dalam waktu setahun Raja Indra
Dewa sampai di Yaman. Sebulan kemudian sampai di negeri kelahirannya, Rakab
Syahrum.
Kedatangannya
disambut oleh saudaranya Raja Dewa Bilal Perkasa diatas kapal. Raja Bilal
menceritakan keadaan istana dan juga menceritakan ayahnya tidak mau tinggal di
istana sepeninggal Raja Indra Dewa. Akhirnya, dengan haru Baginda Raja Sultan
Ahmad Bersyah Jaya menyambut kedatangan putranya, Raja Indra Dewa. Dilangsungkanlah
pesta yang meriah, menyambut Raja Indra Dewa sekaligus menobatkannya sebagai
Sultan Negeri Rakab Syahrum dengan gelar Sultan Indra Johan Syah.
Keadaan negeri
Rakab Syahrum diliputi suasana yang gembira. Baginda Raja Indra Dewa berkenan
pergi jalan-jalan mengelilingi negerinya. Mereka bersantai dan berlibur di
Pulau Biram. Bersama kedua istrinya, ayah bundanya, Mentri Kerajaan Arya Mantri,
dan lainnya. Demikianlah kisah Hikayat Raja Indra Dewa.
######
Kalau kita memperhatikan dari gelar atau nama Johan Syah. Gelar tersebut ada digunakan oleh Sultan Malaka dan Sultan Samudera Pasai. Kemungkinan sastra ini diterjemahkan dari sastra Islam India ke dalam bahasa Melayu. Pada masa kejayaan Kesultanan Malaka atau Samudera Pasai. Gelar Syah adalah gelar dari masyarakat yang mendiami Asia Tengah. Kita juga tahu kalau kesultanan Asia Tengah pernah berkuasa di India pada aba-abad 14 Masehi dan seterusnya.
Rewrite: Apero Fublic.
Editor. Desti.
S.Sos.
Fotografer.
Dadang Saputra.
Palembang. 17
Juli 2020.
Sumber:
Haniah. Hikayat Indra Dewa dalam Sastra
Indonesia Lama. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984.
Sy. Apero Fublic.
0 Response
Posting Komentar