Dongeng: SI Kera dan Si Bangau
“Tidak
mau, saya takut sebab diriku masih kecil.” Jawab bangau.
“Kana
da saya, nanti kalau ada manusia saya yang akan menggigitnya.” Kata kera
membujuk burung bangau. Bangau akhirnya setuju dan mereka pergi ke laut dan
mencari ikan. Beberapa saat kemudian bangun pun banyak mendapat ikan. Sementara
kera tak seekor pun mendapat ikan. Kera tidak pandai mencari ikan. Kakinya lebar,
saat menginjak air langsung air terguncang dan ikan lari. Kalau bangau tidak,
kakinya kecil dan tinggi. Bangau termasuk hewan pemburu ikan.
Kera,
yang memiliki sifat jahat dan iri dengki itu, menjadi iri melihat keberhasilan
bangau. Kera mendekati bangau dan menangkapnya. Kemudian ikannya dia rampas dan
bulu-bulu bangaun dia cabuti, begitu juga bulu badan angsa. Setelah itu, kera
pulang meninggalkan bangu yang kedingin karena bulunya sudah habis dicabuti
kera. Dia pun tidak dapat terbang lagi. Kera tiba di rumah, semua ikan yang dia
dapati dari bangau dimasaknya. Kemudian dimakannya dengan lahap dan habis.
“Hai
kera, dimana anakku Bangau. Mengapa hari sudah malam belum juga pulang ke
rumah.
“Tidak
tahu, tadi sudah saya panggil diajak pulang, tapi dia tidak mau.” Jawab kera
berbohong. Mendengar jawaban si kera, ibu bangau menjadi khawatir dan terbang
menuju pantai. “apa mungkin anakku diterkam hewan buas, atau ditangkap
manusia.” Pikir ibu bangau dalam perjalanan menuju pantai. Ibu bangau terbang
rendah mencari-cari anaknya, dan bertemu. Tampak diam dan tidak bergerak.
“Kau
kenapa anakku. Kasihannnnnya?.” Kata ibu Bangau.
“Ikanku
habis dirampas kera, kemudian dia mencabuti bulu-buluku sampai habis.” Jawab
anak bangau. Ibu bangau marah besar, kemudian dia membawa anaknya pergi ke
sebuah gua batu. Setiap hari dia merawat dan memberi makan anaknya. Sampai
akhirnya bulu-bulu anak bangau tumbuh seperti semua dan dia dapat terbang
tinggi lagi. Setelah itu, barulah mereka pulang ke rumah mereka.
Ibu
bangau menceritakan kejadian yang menimpa anaknya pada tetangga-tetangganya.
Kemudian mereka bersepakat untuk memberi hukuman pada kera yang jahat. Si
bangau kemudian mengajak kera menangkap ikan di suatu pulau yang banyak
ikannya. Semua kawanan kera yang mau ikut diajak, termasuk kera yang dulu
berbuat jahat pada anak bangau.
Mereka
kemudian naik perahu dan mulai menyeberangi lautan menuju pulau yang dituju.
Banyak sekali kawanan kera yang ikut. Di tengah-tengah lautan, kawanan bangau
mulai mematuk dinding kapal. Kemudian membuat kapal menjadi bocor. Saat perahu
hampir tenggelam, semua bangau beterbangan ke udara meninggalkan perahu. Semua
kera mati lemas, hanya tertinggal satu yang belum mati yaitu si kera yang
mencabuti bulu anak bangau. Namun, kera yang pernah mencabuti bulu anak bangau
ternyata selamat. Dia kemudian sampai di sebuah pulau. Dia tiba di pulau itu
dengan badan yang basah kuyup.
“Dari
mana ekau kera.” Tanya ulat bulu.
“Aku
baru tiba dari Pulau Jawa.” Jawab kera.
“Bohong
sekali kau ini kera, bagaimana kau bisa kemari kalau demikian.Barangkali kau baru saja dari
kebun mengambil buah-buahan prang.” Jawab Ulat bulu. Ketika mendengar kata-kata
ulat bulu, membuat kera menjadi marah.
“Awas,
nanti ku siksa seperti bangau.” Kata hati kera. Kera kemudian berkata. “Ulat
bulu, lancing sekali mulutmu. Nanti kau kumasukkan kedalam hidungku.” Kata kera
menakut-nakuti ulat bulu.
“Omong
kosong, kau tidak akan berani. Coba saja.” Kata ulat Bulu menantang kera. Kera
menjadi semakin marah dan dia menangkap ulat bulu lalu dia masukkan ke dalam
hidungnya. Ulat bulu kemudian terus masuk ke dalam hidung kera kera jahat itu.
“Ulat
bulu, saya hanya main-main. Tidak serius, kasihani Aku.” Teriak kera yang
merasakan sakit yang amat sangat karena ulat bulu memakan otaknya. Ulat bulu
tidak peduli dengan teriakan kera, sampai akhirnya kera meninggal karena itu.
Rewrite. Tim
Apero Fublic.
Editor.
Arip Muhtiar, S. Hum.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang,
25 Juli 2022.
Sumber.
M.Arief Mattalitti, Dkk. Sastra Lisan Wolio. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1985.
Sy. Apero Fublic
0 Response
Posting Komentar