Humaniora

Humaniora
Publish Your Articles in the Journal Apero Fublic of Humaniora

Dongeng: SI Kera dan Si Bangau

Dongeng: SI Kera dan Si Bangau
Share

JAF. HUMANIORA.- Pada suatu hari, seekor kera mengajak bangau pergi ke laut untuk mencari ikan.

“Tidak mau, saya takut sebab diriku masih kecil.” Jawab bangau.

“Kana da saya, nanti kalau ada manusia saya yang akan menggigitnya.” Kata kera membujuk burung bangau. Bangau akhirnya setuju dan mereka pergi ke laut dan mencari ikan. Beberapa saat kemudian bangun pun banyak mendapat ikan. Sementara kera tak seekor pun mendapat ikan. Kera tidak pandai mencari ikan. Kakinya lebar, saat menginjak air langsung air terguncang dan ikan lari. Kalau bangau tidak, kakinya kecil dan tinggi. Bangau termasuk hewan pemburu ikan.

Kera, yang memiliki sifat jahat dan iri dengki itu, menjadi iri melihat keberhasilan bangau. Kera mendekati bangau dan menangkapnya. Kemudian ikannya dia rampas dan bulu-bulu bangaun dia cabuti, begitu juga bulu badan angsa. Setelah itu, kera pulang meninggalkan bangu yang kedingin karena bulunya sudah habis dicabuti kera. Dia pun tidak dapat terbang lagi. Kera tiba di rumah, semua ikan yang dia dapati dari bangau dimasaknya. Kemudian dimakannya dengan lahap dan habis.

“Hai kera, dimana anakku Bangau. Mengapa hari sudah malam belum juga pulang ke rumah.

“Tidak tahu, tadi sudah saya panggil diajak pulang, tapi dia tidak mau.” Jawab kera berbohong. Mendengar jawaban si kera, ibu bangau menjadi khawatir dan terbang menuju pantai. “apa mungkin anakku diterkam hewan buas, atau ditangkap manusia.” Pikir ibu bangau dalam perjalanan menuju pantai. Ibu bangau terbang rendah mencari-cari anaknya, dan bertemu. Tampak diam dan tidak bergerak.

“Kau kenapa anakku. Kasihannnnnya?.” Kata ibu Bangau.

“Ikanku habis dirampas kera, kemudian dia mencabuti bulu-buluku sampai habis.” Jawab anak bangau. Ibu bangau marah besar, kemudian dia membawa anaknya pergi ke sebuah gua batu. Setiap hari dia merawat dan memberi makan anaknya. Sampai akhirnya bulu-bulu anak bangau tumbuh seperti semua dan dia dapat terbang tinggi lagi. Setelah itu, barulah mereka pulang ke rumah mereka.

Ibu bangau menceritakan kejadian yang menimpa anaknya pada tetangga-tetangganya. Kemudian mereka bersepakat untuk memberi hukuman pada kera yang jahat. Si bangau kemudian mengajak kera menangkap ikan di suatu pulau yang banyak ikannya. Semua kawanan kera yang mau ikut diajak, termasuk kera yang dulu berbuat jahat pada anak bangau.

Mereka kemudian naik perahu dan mulai menyeberangi lautan menuju pulau yang dituju. Banyak sekali kawanan kera yang ikut. Di tengah-tengah lautan, kawanan bangau mulai mematuk dinding kapal. Kemudian membuat kapal menjadi bocor. Saat perahu hampir tenggelam, semua bangau beterbangan ke udara meninggalkan perahu. Semua kera mati lemas, hanya tertinggal satu yang belum mati yaitu si kera yang mencabuti bulu anak bangau. Namun, kera yang pernah mencabuti bulu anak bangau ternyata selamat. Dia kemudian sampai di sebuah pulau. Dia tiba di pulau itu dengan badan yang basah kuyup.

“Dari mana ekau kera.” Tanya ulat bulu.

“Aku baru tiba dari Pulau Jawa.” Jawab kera.

“Bohong sekali kau ini kera, bagaimana kau bisa kemari  kalau demikian.Barangkali kau baru saja dari kebun mengambil buah-buahan prang.” Jawab Ulat bulu. Ketika mendengar kata-kata ulat bulu, membuat kera menjadi marah.

“Awas, nanti ku siksa seperti bangau.” Kata hati kera. Kera kemudian berkata. “Ulat bulu, lancing sekali mulutmu. Nanti kau kumasukkan kedalam hidungku.” Kata kera menakut-nakuti ulat bulu.

“Omong kosong, kau tidak akan berani. Coba saja.” Kata ulat Bulu menantang kera. Kera menjadi semakin marah dan dia menangkap ulat bulu lalu dia masukkan ke dalam hidungnya. Ulat bulu kemudian terus masuk ke dalam hidung kera kera jahat itu.

“Ulat bulu, saya hanya main-main. Tidak serius, kasihani Aku.” Teriak kera yang merasakan sakit yang amat sangat karena ulat bulu memakan otaknya. Ulat bulu tidak peduli dengan teriakan kera, sampai akhirnya kera meninggal karena itu.

Rewrite. Tim Apero Fublic.
Editor. Arip Muhtiar, S. Hum.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 25 Juli 2022.
Sumber. M.Arief Mattalitti, Dkk. Sastra Lisan Wolio. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985.

Sy. Apero Fublic

0 Response

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel