Humaniora

Humaniora
Publish Your Articles in the Journal Apero Fublic of Humaniora

Sastra Lisan Wolio: La Dhangu Sarina.

Sastra Lisan Wolio: La Dhangu Sarina.
Share

JAF. HUMANIORA.- Pada pertengahan abad ke Sembilan belas hiduplah seorang yang bernama La Dhangu Sarina di sebua pulau dalam pemerintahan kerajaan Wolio. Tubuhnya tumbuh sangat mengherankan orang-orang karena terlalu tinggi besar.

Diceritakan bahwa La Dhangu Sarina ketika baru dilahirkan telah dapat menghabiskan satu tandan pisang kapok sekali makan. Jadi, telah dapat kita bayangkan betapa besar tubuhnya.

Seiring waktu besarlah La Dhangu Sarina, berpikirlah ayahnya. “Sepertinya anakku ini bukan orang biasa. Baiklah dia mulai aku lati bertempur agar menjadi pahlawan negeri, hulubalang raja.” Pikir sang ayah.

Sejak saat itu, La Dhangu Sarina mulai dilatih ayahnya. Memegang senjata dan mulai dipukul-pukul dengan kayu. Karena dia memang kuat, kayu-kayu yang dipukulkan padanya patah-patah. Lama kelamaan tubuhnya tidak lagi merasakan sakit saat di pukul. Kemudian latihan dengan dihantamkan kepalanya ke batu. Lama kelamaan batulah yang hancur dan pecah belah.

Kabar tentang La Dhangu Sarina terdengar oleh raja. Dia dipanggil raja ke istana. La Dhangu Sarina kemudian diangkat menjadi pengawal raja dan dia tinggal di dalam istana. Karena badanya yang tinggi, saat dia menggendong raja menyemberangi sungai tubuh rajah tidak basah.

Beberapa waktu kemudian, di istana raja tibahlah tamu asing. Mereka adalah utusan Kompeni. Waktu di istana tamu itu melihat La Dhangu Sarina. Dia kemudian berkata dengan terheran-heran.

“Baginda, dapatkah kiranya orang itu saya bawa berlayar kemana-mana untuk ditunjukkan pada penduduk dunia. Karena bentuk perawakan tubunya tinggi besar dan tiada duanya di muka bumi ini.” Kata utusan Kompeni Belanda.

Raja sangat besar hati atas permintaan tamunya tersebut. Dia mengizinkan, tapi waktu itu belum dapat dibawa. Tapi akan dibawa pada pelayaran berikutnya. Waktu yang ditentukan tiba, utusan kompeni datang untuk menjemput La Dhangu Sarina. Namun utusan kompeni menjadi sangat kecewa karena beberapa malam sebelum berangkat berlayar La Dhangu Sarina kemudian meninggal dunia. Demikianlah kisah La Dhangu Sarina yang tidak jadi keliling dunia untuk menyaksikan bangsa-bangsa.

Rewrite. Tim Apero Fublic
Editor. Rama Saputra.
Tatafoto. Dadang Saputra.
Palembang, 23 Juli 2022.
Sumber: M.Arief Mattalitti, Dkk. Sastra Lisan Wolio. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, 1985.

Sy. Apero Fublic.

0 Response

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel