Sastra Lisan Wolio: La Dhangu Sarina.

Diceritakan
bahwa La Dhangu Sarina ketika baru dilahirkan telah dapat menghabiskan satu
tandan pisang kapok sekali makan. Jadi, telah dapat kita bayangkan betapa besar
tubuhnya.
Seiring
waktu besarlah La Dhangu Sarina, berpikirlah ayahnya. “Sepertinya anakku ini
bukan orang biasa. Baiklah dia mulai aku lati bertempur agar menjadi pahlawan
negeri, hulubalang raja.” Pikir sang ayah.
Sejak
saat itu, La Dhangu Sarina mulai dilatih ayahnya. Memegang senjata dan mulai
dipukul-pukul dengan kayu. Karena dia memang kuat, kayu-kayu yang dipukulkan
padanya patah-patah. Lama kelamaan tubuhnya tidak lagi merasakan sakit saat di
pukul. Kemudian latihan dengan dihantamkan kepalanya ke batu. Lama kelamaan
batulah yang hancur dan pecah belah.
Kabar
tentang La Dhangu Sarina terdengar oleh raja. Dia dipanggil raja ke istana. La
Dhangu Sarina kemudian diangkat menjadi pengawal raja dan dia tinggal di dalam
istana. Karena badanya yang tinggi, saat dia menggendong raja menyemberangi
sungai tubuh rajah tidak basah.
Beberapa
waktu kemudian, di istana raja tibahlah tamu asing. Mereka adalah utusan
Kompeni. Waktu di istana tamu itu melihat La Dhangu Sarina. Dia kemudian
berkata dengan terheran-heran.
“Baginda,
dapatkah kiranya orang itu saya bawa berlayar kemana-mana untuk ditunjukkan
pada penduduk dunia. Karena bentuk perawakan tubunya tinggi besar dan tiada
duanya di muka bumi ini.” Kata utusan Kompeni Belanda.
Raja sangat besar hati atas permintaan tamunya tersebut. Dia mengizinkan, tapi waktu itu belum dapat dibawa. Tapi akan dibawa pada pelayaran berikutnya. Waktu yang ditentukan tiba, utusan kompeni datang untuk menjemput La Dhangu Sarina. Namun utusan kompeni menjadi sangat kecewa karena beberapa malam sebelum berangkat berlayar La Dhangu Sarina kemudian meninggal dunia. Demikianlah kisah La Dhangu Sarina yang tidak jadi keliling dunia untuk menyaksikan bangsa-bangsa.
Rewrite. Tim
Apero Fublic
Editor.
Rama Saputra.
Tatafoto.
Dadang Saputra.
Palembang,
23 Juli 2022.
Sumber:
M.Arief Mattalitti, Dkk. Sastra Lisan Wolio. Jakarta: Departeman Pendidikan dan
Kebudayaan, 1985.
Sy. Apero Fublic.
0 Response
Posting Komentar