Dongng Toraja: Sendana Datu Baine (Asal Usul Pohon Cendana).
Karena lelah
dan mengantuk akhirnya si lelaki tertidur dengan nyenyaknya. Entah berapa lama
dia tertidur. Namun, ada hal aneh terjadi. Tunggul pohon cendana tempat dia
berbaring telah tidak ada. Sekarang dia sudah berbaring di pangkuan seorang
gadis yang sangat cantik. Rupanya, tunggul pohon cendana itu telah berubah
menjadi seorang gadis cantik. Keduanya berbincang-bincang dengan akrabnya.
Saling memberi tahu satu sama lain tentang diri mereka.
“Maukah, adik
menjadi istriku?” Tanya si lelaki.
“Saya bersedia
menjadi istri kakanda. Namun ada syarat yang harus kakanda penuhi.” Jawab gadis
itu.
“Apa
syaratnya, dinda?.” Tanya si lelaki.
“Syaratnya,
janganlah kakanda sekali-kali menyebut asalku.” Jelas si gadis.
“Baiklah,
tentu aku akan tepati. Sebab syarat begitu mudah dan tidak memberatkan.” Kata
si lelaki.
“Janji, hal
yang berat kanda.” Jawab si gadis.
“Baiklah,
kanda tepati. Oh, yah. Bagaimana kalau nama dinda, kakak namakan Sendana Datu
Baine.” Kata si lelaki.
“Baiklah,
terserah kakanda saja.” Jawab si gadis sambil tersenyum malu-malu.
Si lelaki
mulai menyukai si gadis cantik itu. Dia mengutarakan kalau dia menyukainya dan
melamar si gadis untuk jadi istrinya. Gadis cantik yang tidak bernama itu,
menerima lamaran dengan baik dan bahagia. Waktu berlalu, keduanya kini menjadi
suami istri. Keduanya juga telah saling mencintai. Tinggallah keduanya di hutan
itu, hidup bahagia. Bulan berlalu dan tahun pun berganti.
*****
Pada suatu
hari, Sendana Batu Baine sedang berjalan-jalan di hutan itu. Sendana memiliki
kekuatan seperti seorang dewi. Dia mampu memanggil bunga-bunga di hutan untuk
menemaninya jalan-jalan. Bunga-bunga yang indah datang dan mengelilingi Sendana
Datu Baine. Karena banyaknya bunga-bunga membuat tubuh Sendana Datu Baine
terselimuti bermacam-macam bunga. Suaminya yang juga kebetulan tiba di sekitar
itu, tidak melihat istrinya. Melihat
bunga-bunga itu, berkatalah suami Sendana Datu Baine.
“Walau istriku
berasal dari tunggul pohon cendana. Tapi kecantikan dan kelembutannya melebihi
kalian semua para bunga-bunga.” Kata dia, walau tidak terlalu keras tapi
terdengar oleh semua yang berada di sana. Setelah berkata demikian, terjadilah
peristiwa aneh dan ajaib lagi. Semua bunga-bunga menghilang. Tinggalah Sendana
Datu Baine seorang, berdiri memandang penuh rasa sesal yang mendalam.
“Kakanda,
mengingkar janji.” Kata Sendana Datu Baine, sambil menangis. Sementara sang
suami terdiam seribu bahasa dan menyesal setengah mati. Namun semua sudah
terlanjur, ibarat pepatah nasih sudah menjadi bubur. Sendana Datu Baine menghilang,
dan di dalam hutan itu tumbuh banyak sekali pohon cendana. Padahal di hutan itu
tidak ada pohon cendana yang tumbuh, kecuali tunggul yang berubah menjadi
Sendana Datu Baine.
“Dinda, maafkan Aku. Aku menyesal sekali, kembalilah.” Teriak sang suami. Namun Sendana Datu Baine tidak pernah kembali lagi. Oleh sebab itu, si lelaki yang belum menerima kepergian istrinya selalu mencari-cari. Dia mengambil kapak dia ingin membuat tunggul pohon cendana, berharap istrinya kembali. Lalu menebang pohon cendana yang dia jumpai. Tapi aneh, dari pohon-pohon cendana yang dia tebang keluar darah. Demikianlah kisahnya, sehingga sampai sekarang getah pohon cendana berwarna merah seperti darah. Sebab asal pohon cendana dari wanita yang cantik sekali.
Rewrite: Tim Apero Fublic.
Editor. Rama
Saputra.
Tatafoto. Arip
Muhtiar.
Palembang, 21
November 2021.
Sumber: Muhammad
Sikki, Dkk. Struktur Sastra Lisan Toraja (Transkripsi dan Terjemahan). Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986.
Sy. Apero Fublic
0 Response
Posting Komentar