MENGENAL Naskah Awi-Awian
Buku
setebal 112 halaman, terdiri dari halaman caver, daftar isi, pendahuluan dan
pembahasan alih aksara dan terjemahan. Sistem pupu masih dipakai sebagaimana
ciri kesastraan Bali lama. Pupuh juga sama dengan pupuh naskah klasik sastra
Bali, misalnya pupuh demung, pupuh maskumambang, pupuh pangkur, dan lainnya.
Pada Bab ketiga dibahas nilai-nilai naskah, da nisi naskah. Seperti menjelaskan
ajaran-akaran agama Hindu yang terkandung dalam naskah.
Penulisan terjemahan dan alih aksara dengan system memanjang seperti kalimat. Tidak mengikuti bentuk asli dari naskah yang berbait-baik layaknya naskah lama. Sehingga kita disajikan seperti membaca buku pada umumnya. Bentuk tulisan naskah asli berbait-bait dan layaknya naskah klasik. Berikut cuplikannya.
Saking tuhu
manah guru,
Mituturincening
jani,
Kawru luwir
senjata,
Ne dadi
prabotang sai,
Kaanggen ngaruruh
merta,
Saenun ceninge
urip.
Ring sekolah
genah ipun,
Telebang janten
kapanggih,
Malajah seken-sekenang,
Eda sok demen
malali,
“laline”
maarti engsap.
Yang engsap
mapuara kali.
Alih
Aksara.
1.Iseng
nggawe kidung akikit anggon panglilan ati bilih sinya kasiddhan lipur paripurnna
amanggih panas ati buka borbor idhep tityange sai saidupe nama kaerang-erang
baya tityang twah ne ring kuna tan pakirti sangkane mangkin tama, tan pgat
amanggih wisti.
Terjemahan.
1.Mencoba
membuat sedikit tembang dipakai penghibur hati, semoga bisa terhibur sempurna,
selalu diliputi sakit hati bagaikan terbakar pikiran hamba setiap saat, seumur
hidup diliputi bahaya, mungkin kehidupan hamba dahulu tiada pengabdian sehingga
sekarang harus diterima, tiada hentinya kesengsaraan.
Alih
Aksara.
2.Mawuwu
wuwu sai manggredek maluwab luwab kbus buka timbung buka ilehin geni idhep
tityange rahima wngi twara pgat manahen kajantaka mangkim tityang dini
manyidayang kasangsara sasryen jimani loka, boya ke cingat tityang mangkin
susuhunan tityang lalisan jwa tuhu nyanta.
Terjemahan.
2.Bertambah-tambah
terus bagaikan sampai mendidih panasnya seperti dilalap dan dikitari api
pikiran hamba, setiap saat tiada hentinya menahan kesedihan, sekarang hamba di
sini dihadapi dengan jaman yang selalu setia terhadap kesengsaraan. Bukankah
dilihat hambah sekarang, junjungan hambah mungkin sangat lupa, sungguh
mentakdirkan.
………………..
Dalam buku naskah awi-awian juga memuat naskah I-Dremen yang memiliki nilai-nilai ajaran luhur. Ada ajaran yang menerangkan tentang aktivitas mabebasan. Aktivitas tersebut berupa membawa dan menyanyikan dan menerjemahkan kadang juga dibahas oleh peserta. Dorongan untuk mabebasan di kalangan masyarakat Bali karena kurang menguntungkan kalau membaca naskah sendiri. Selain itu, nystra wajib diketahui dan dikuasai oleh setiap orang, terutama orang dari wangsa Brahmana. Sebab wangsa Brahmana adalah wangsa tertinggi yang menjadi panutan dari wangsa Ksatria, Weisa dan Sudra.
Disusun: Tim
Apero Fublic
Palembang,
8 Agustus 2022.
Sy. Apero
Fublic
0 Response
Posting Komentar