Humaniora

Humaniora
Publish Your Articles in the Journal Apero Fublic of Humaniora

MENGENAL Naskah Awi-Awian

MENGENAL Naskah Awi-Awian
Share

JAF. HUMANIORA.- Naska awi-awian dan I dremen adalah naskah dari kebudayaan masyarakat Bali. Naskah awi-awian koleksi Perpustakaan Nasional dengan nomor naskah 523.P.18. Diterjemahkan dan alihaksarakan oleh Made Purna, I Gusti Ngurah Arinton, Anak Agung Alit Geriya, dan Fajria Novari Manan dengan editor Elizabeth Tioria. Diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1992-1993 di Jakarta.

Buku setebal 112 halaman, terdiri dari halaman caver, daftar isi, pendahuluan dan pembahasan alih aksara dan terjemahan. Sistem pupu masih dipakai sebagaimana ciri kesastraan Bali lama. Pupuh juga sama dengan pupuh naskah klasik sastra Bali, misalnya pupuh demung, pupuh maskumambang, pupuh pangkur, dan lainnya. Pada Bab ketiga dibahas nilai-nilai naskah, da nisi naskah. Seperti menjelaskan ajaran-akaran agama Hindu yang terkandung dalam naskah.

Penulisan terjemahan dan alih aksara dengan system memanjang seperti kalimat. Tidak mengikuti bentuk asli dari naskah yang berbait-baik layaknya naskah lama. Sehingga kita disajikan seperti membaca buku pada umumnya. Bentuk tulisan naskah asli berbait-bait dan layaknya naskah klasik. Berikut cuplikannya.

Saking tuhu manah guru,
Mituturincening jani,
Kawru luwir senjata,
Ne dadi prabotang sai,
Kaanggen ngaruruh merta,
Saenun ceninge urip.
 
Ring sekolah genah ipun,
Telebang janten kapanggih,
Malajah seken-sekenang,
Eda sok demen malali,
“laline” maarti engsap.
Yang engsap mapuara kali.

Alih Aksara.

1.Iseng nggawe kidung akikit anggon panglilan ati bilih sinya kasiddhan lipur paripurnna amanggih panas ati buka borbor idhep tityange sai saidupe nama kaerang-erang baya tityang twah ne ring kuna tan pakirti sangkane mangkin tama, tan pgat amanggih wisti.

Terjemahan.

1.Mencoba membuat sedikit tembang dipakai penghibur hati, semoga bisa terhibur sempurna, selalu diliputi sakit hati bagaikan terbakar pikiran hamba setiap saat, seumur hidup diliputi bahaya, mungkin kehidupan hamba dahulu tiada pengabdian sehingga sekarang harus diterima, tiada hentinya kesengsaraan.

Alih Aksara.

2.Mawuwu wuwu sai manggredek maluwab luwab kbus buka timbung buka ilehin geni idhep tityange rahima wngi twara pgat manahen kajantaka mangkim tityang dini manyidayang kasangsara sasryen jimani loka, boya ke cingat tityang mangkin susuhunan tityang lalisan jwa tuhu nyanta.

Terjemahan.

2.Bertambah-tambah terus bagaikan sampai mendidih panasnya seperti dilalap dan dikitari api pikiran hamba, setiap saat tiada hentinya menahan kesedihan, sekarang hamba di sini dihadapi dengan jaman yang selalu setia terhadap kesengsaraan. Bukankah dilihat hambah sekarang, junjungan hambah mungkin sangat lupa, sungguh mentakdirkan.

………………..

Dalam buku naskah awi-awian juga memuat naskah I-Dremen yang memiliki nilai-nilai ajaran luhur. Ada ajaran yang menerangkan tentang aktivitas mabebasan. Aktivitas tersebut berupa membawa dan menyanyikan dan menerjemahkan kadang juga dibahas oleh peserta. Dorongan untuk mabebasan di kalangan masyarakat Bali karena kurang menguntungkan kalau membaca naskah sendiri. Selain itu, nystra wajib diketahui dan dikuasai oleh setiap orang, terutama orang dari wangsa Brahmana. Sebab wangsa Brahmana adalah wangsa tertinggi yang menjadi panutan dari wangsa Ksatria, Weisa dan Sudra.

Disusun: Tim Apero Fublic
Palembang, 8 Agustus 2022.

Sy. Apero Fublic

0 Response

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel